BAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saat langkah kompresi dan pembakaran akan dihasilkan tekanan dan temperatur

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama lain (Johnson, 1985). Kontak yang terjadi antara dua benda dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI PEMBAHASAN. hasil pelapisan Ni-Cr menggunakan thermal spray powder coating terhadap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

Karakteristik kekerasan material dibawah permukaan akibat pemanasan-awal substrate dalam proses thermal coating

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masa berlaku: Alamat : Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Juli 2009 Telp. (022) ; Faks. (022) ,

Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Tris Sugiarto 1, Beta Hendrian 2, dan Fian Erfianto 3 1,2,3

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERIAL TEKNIK LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

Pengaruh Thermal Spray Coating Dengan Variasi Jumlah Lapisan Terhadap Kekerasan Material Baja Karbon Rendah

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

Oleh : Ridwan Sunarya Pembimbing : Dr. Widyastuti S.Si, M.Si Ir. Lilis Mariani, M.Eng. (LAPAN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Disusun Oleh : WIDI SURYANA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA UJI KEKERASAN BAJA VCN 150 PADA POROS BALING-BALING PISAU MESIN CRUSHER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

Ir. Hari Subiyanto, MSc

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

Pembahasan Materi #11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENGARUH LAPISAN UMPAN KAWAT ALUMUNIUM PADA BAJA KARBON DENGAN PROSES BUSUR LISTRIK TERHADAP KETAHANAN AUS

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

BAB II DASAR TEORI. dalam mendukung performa kendaraan. Karena, sistem pemindah tenaga atau

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang

Available online at Website

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

KAJIAN PELAPISAN YSZ, CSZ, ALUMINO SILIKAT PADA BAJA S45C DENGAN FLAME SPRAY COATING

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Arthana(2014), meneliti tentang ketahanan aus lapisan ni-cr pada dinding silinder liner yang juga meneliti melalui proses powder flame spray coating. penelitian ini dikaji pengaruh lapisan Ni-Cr menggunakan Powder flame spray coating terhadap kekerasan dan ketahanan aus dinding silinder liner menggunakan teknik XRF, mikroskop optik, SEM, uji kekerasan dan keausan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa silinder liner dari bahan besi tuang kelabu yang dilapisi menggunakan powder Ni-cr dengan powder flame spray coating memiliki kekerasan dan ketahanan aus yang lebih tinggi dibandingkan dengan besi tuang kelabu yang tidak dilapisi. Perbedaan ketebalan lapisan tidak berpengaruh terhadap kekerasan dan ketahanan aus hasil pelapisan dengan teknik powder flame spray coating. Kekasaran hasil coating tinggi, sehingga diperlukan proses permesinan untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus. Larasati dan Setiyorini (2013), meneliti tentang pengaruh jarak nozzle dan tekanan gas pada proses pelapisan ni-20cr dengan metode wire arc spray terhadap ketahanan thermal. Ia menyatakan bahwa semakin meningkatkan jarak coating yang digunakan akan menurunkan ketebalan coating yang dihasilkan hal ini dikarenakan semakin jauh jarak coating yang digunakan maka semakin banyak droplet yang mencapai permukaan substrat semakin sedikit akibat tidak sampainya droplet ke substrat tetapi seiring bertambahnya tekanan gas yang digunakan maka akan meningkatkan hasil ketebalan coating dan juga akan memperkecil ukuran porositasnya.

2.2 As Roda Mobil As roda mobil adalah pusat dari lingkaran roda kendaraan mobil yang berfungsi untuk menjalankan kendaraan, dimana as roda dihubungkan dengan mesin penggerak kendaraan dan meneruskan tenaga dari differential ke roda mobil. Pada as roda mobil, as dilengkapi dengan bantalan yang tujuannya untuk memperlicin putaran pada as roda. Pada posisi bantalan yang ada pada as roda inilah yang selalu mengalami kerusakan, salah satu kerusakan itu adalah keausan bahkan tidak sedikit as roda yang mengalami patah. Kerusakan atau keausan yang dialami as roda ini banyak diakibatkan oleh as roda memumpu beban yang terlalu berat dan juga karena kurangnya pemberian pelumas pada bidang bantalan terhadap as roda. Ketika bantalan mengalami kerusakan akibat gesekan yang disebabkan karna kurangnya pelumas secara otomatis as roda juga mengalami kerusakan juga. 2.3 Baja Karbon Baja karbon merupakan salah satu jenis baja paduan yang terdiri atas unsur besi (Fe) dan karbon (C). Dimana besi merupakan unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Dalam pemanfaatannya baja karbon sering digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan alat-alat perkakas, komponen mesin, struktur bangunan, dan lain sebagainya (Sukma, 2012). Baja karbon dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah persentase komposisi kimia karbon dalam baja yakni sebagai berikut : 1. Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel) Baja karbon rendah merupakan baja dengan kandungan unsur karbon dalam sturktur baja kurang dari 0,3% C. Baja karbon rendah ini memiliki ketangguhan dan keuletan tinggi akan tetapi memiliki sifat kekerasan dan ketahanan aus yang rendah. Pada umumnya baja jenis ini digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan komponen struktur bangunan, pipa gedung, jembatan, bodi mobil, dan lain-lainya (Sukma, 2012).

2. Baja Karbon Sedang (Medium Carbon Steel) Baja karbon sedang merupakan baja karbon dengan persentase kandungan karbon pada besi sebesar 0,3% C 0,59% C. Baja karbon ini memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan baja karbon rendah, baja karbon sedang memiliki sifat mekanis yang lebih kuat dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi dari pada baja karbon rendah. Besarnya kandungan karbon yang terdapat dalam besi memungkinkan baja untuk dapat dikeraskan dengan memberikan perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja karbon sedang biasanya digunakan untuk pembuatan poros, rel kereta api, roda gigi, baut, pegas, dan komponen mesin lainnya (Sukma, 2012). 3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel) Baja karbon tinggi adalah baja karbon yang memiliki kandungan karbon sebesar 0,6% C 1,4% C. Baja karbon tinggi memiliki sifat tahan panas, kekerasan serta kekuatan tarik yang sangat tinggi akan tetapi memiliki keuletan yang lebih rendah sehingga baja karbon ini menjadi lebih getas. Dalam pengaplikasiannya baja karbon tinggi banyak digunakan dalam pembuatan alat-alat perkakas seperti palu, gergaji, pembuatan kikir, pisau cukur, dan sebagainya (Sukma, 2012)..

2.4 Baja St 60 Baja St 60 merupakan salah satu jenis baja yang tergolong kedalam bagian baja karbon sedang yang dimana baja karbon ini cukup sering digunakan dalam pembuatan bahan material permesinan. Menurut penelitian yang dilakukan Effendi (2009), komposisi kimia yang terdapat pada bahan baja St 60 setelah mendapatkan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel dibawah Tabel 2.1 Data Hasil Uji Komposisi Baja St 60 (Effendi, 2009) UNSUR KOMPOSISI (%) UNSUR Fe 98,46 V S 0,011 Mn Al 0,000 Mo C 0,564 W Ni 0,036 P Nb 0,01 Cu Si 0,142 Ti Cr 0,040 KOMPOSISI (%) 0,00 0,697 0,006 0,03 0,006 0,004 0,00 Analisis hasil uji komposisi pada tabel diatas bahwa kandungan karbon pada baja St 60 adalah 0,564 %, baja ini termasuk baja karbon medium. Pada baja St 60 ini terdapat kandungan mangan 0,697 % yang mempunyai sifat keras dan tahan aus. Baja St 60 sangat cocok untuk pembuatan poros, roda gigi, rangka jembatan serta peralatan permesinan (Effendi, 2009). 2.5 Paduan Ni-Cr Sebuah kombinasi yang tepat dari nikel dan kromium akan meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh baja karbon. Peningkatan keuletan dan ketangguhan yang diberikan pada baja karbon dengan penambahan nikel dapat digabungkan dengan peningkatan kekuatan, kekerasan permukaan yang dihasilkan oleh kromium (Clark dkk, 1961)

Paduan nikel dan kromium merupakan salah satu bahan pilihan untuk hard facing karena mempunyai kekerasan tinggi serta sifat fisik dan mekanik yang baik. Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan unsur paduan utama yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan korosi, biasanya digunakan secara luas pada baja stainless dan paduan berbasis nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan nikel biasnya digunakan pada aplikasi temperatur tinggi seperti yang terlihat pada komponen mesin jet, roket, dan pembangkit listrik tenaga nuklir (Arthana et al, 2014). 2.6 Kekasaran Permukaan Tidak ada permukaan mesin yang sempurna, tidak peduli seberapa hati-hati nya pengerjaannya atau bahkan dengan persiapan biaya yang mahal dapat memproses geometri yang sempurna. Begitu juga kesalahan dalam pembentuk atau bentuk dari sebuah komponen akan selalu ada kekasaran di permukaan yang jelas ketika permukaan itu diperiksa pada perbesaran yang cukup tinggi (Williams J.A, 1993). Tingkat kehalusan atau kekasaran suatu permukaan memang peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu komponen mesin khususnya yang menyangkut masalah gesekan, keausan, tahanan terhadap kelelahan dan lain sebagainya (Munadi, 1998). Dalam proses coating kegunaan dari kekasaran permukaan perlu dilakukan terhadap permukaan material yang akan dicoating dengan tujuan untuk menambah daya lekat material pelapis yang akan ditembakkan dengan permukaan material yang akan dilapisi agar nantinya keduanya dapat menyatu antara material pelapis dan material yang akan dilapisi.

2.7 Sand Blasting Menurut Kurniawan et al (2013) Sand Blasting dapat didefenisikan sebagai suatu proses pembersihan permukaan dengan cara menembakan partikel (pasir) ke suatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan/tumbukan dengan tujuan untuk menghilangkan material-material kontaminasi seperti karat, cat, garam, oli dll. Selain itu juga sand blasting juga bertujuan untuk membuat profile (kekasaran) pada permukaan logam/material sehingga cat atau proses pelapisan menjadi lebih melekat. Tingkat kekasarannya dapat disesuaikan dengan ukuran pasirnya serta tekanannya. 2.8 Teknologi Pelapisan Pelapisan adalah proses penambahan material yang sejenis ataupun berbeda jenis terhadap permukan material lainnya. Teknologi pelapisan sering dilakukan pada saat sekarang ini dengan tujuan diantaranya : 1. Untuk proses finishing agar material tersebut terlihat lebih rapi, bersih dan menarik penampilannya 2. Melindungi dan menjaga material agar tidak mengalami korosi atau kerusakan khususnya pada bagian permukannya 3. Dapat memperbaiki atau menutupi kerusakan yang terjadi pada permukaan material 4. Untuk menambah umur penggunaan dari material tersebut Pelapisan terdiri dari bermacam-macam teknik pelapisan. Teknik teknik ini dapat dibagi menjadi metallic dan non meallic. Metallic coating deposition dianggap menjadi tiga kategori, dimana hard facing menjadi teknik yang dipentingkan dalam hal ini. Hard facing digunakan untuk melapiskan material tahan aus pada komponen yang telah aus atau komponen baru yang akan digunakan untuk suatu pemakaian dengan kemungkinan akan mengalami keausan. Ada tiga teknik dalam hard facing yaitu cladding, welding, dan thermal spraying (Arthana, 2014).

2.9 Thermal spray Thermal spray dipatenkan untuk pertama kalinya oleh Insinyur Swiss Max Ulrich Schoop (1870-1956) pada awal abad ke-20. Dia menyadari bahwa aliran partikel cair yang bertabrakan satu sama lain dapat membentuk lapisan. Pada tahun 1909 Max Ulrich Schoop mengajukan sebuah paten yang disebut "Powder Flame spraying dan wire flame spraying". Thermal spray adalah teknik penumpukan material dimana semprotan partikel cair diarahkan atau disemprotkan ke bagian material yang akan dilapisi. Hal ini digunakan untuk melindungi bagian-bagian suatu material terhadap keausan, korosi dan suhu tinggi sehingga meningkatkan sifat permukaan suatu material. (Simunovic K, 2010). Thermal spray juga dipakai untuk memperbaiki bagian material yang mengalami kerusakan dan usang. Kadang-kadang thermal spray dapat diterapkan untuk proses finishing material sehingga meningkatkan sifat estetika suatu bagian material tersebut. Dalam thermal spray bahan pelapis yang sering digunakan dapat berupa kawat, bubuk, batang, kabel atau bentuk cair. Dengan proses penyemprotan termal yang relatif tebal memungkin suatu material mengalami suatu perubahan fisik seperti apa yang diinginkan. Energi panas dihasilkan dari suatu proses pembakaran atau listrik yang diterapkan untuk melakukan pemanasan,peleburan atau pencairan bahan pelapis ( bahan baku, bahan pakan semprot bahan, permukaan material). Dari suluh semprot (spray gun, pistol), butiran partikel cair atau semi cair (plastik) kemudian dipercepat, didorong dan diendapkan pada substrat yang disiapkan, yang kemudian membentuk suatu lapisan. Partikel cair biasanya memperoleh energi kinetik karena tekanan atomisasi atau pembakaran gas. Menurut Arthana (2014) ada beberapa karakteristik dari pelapisan yang dilakukan dengan teknik thermal spraying. Adapun karakteristik itu adalah sebagai berikut: 1. Kekerasan, berat jenis, dan porositas Pelapisan thermal spray sering digunakan karena derajat kekerasanya yang relatif lebih tinggi daripada pelapisan cat (paint coatings) ataupun elekroplating. Kekerasan dan ketahanan korosinya membuat pelapisan thermal spray sangat bernilai pada pemakaian dengan tingat keausan tinggi. Kekerasan dan berat jenis lapisan thermal spray umumnya lebih rendah daripada material

feedstock itu sendiri sebelum dilapiskan. Pada pelapisan logam thermal spray, kekerasan dan berat jenis bergantung pada material yang digunakan, jenis peralatan thermal spray, dan parameter-parameter yang digunakan. Secara umum, semakin tinggi kecepatan partikel, semakin tinggi pula tingkat kekerasan dan berat jenisnya. Kecepatan partikel yang dihasilkan oleh prosesproses thermal spray dari yang tertinggi adalah detonation, high velocity oxyfuel (HVOF), busur api plasma, busur api wire, dan flame spray (Arthana, 2014). 2. Ketahanan Korosi Lapisan logam thermal spray dapat anodic atau katodic terhadap substrat logam dibawahnya, karena korosi muncul pada anoda, lapisan anodic akan terkorosi pada lingkungan korosif, sedangkan katoda tidak. Sistem pelapisan anti korosi umumnya dirancang sehingga material pelapis anodic terhadap logam substrat. Pelapis anodic akan terkorosi atau dikorbankan untuk melindungi substrat. Pada beberapa kasus, ketahanan korosi dari material pelapis itu sendiri sangat penting. Pada penggunaan pada temperatur tinggi dan untuk penggunaan dengan bahan kimia, lapisan thermal spray harus sangat tahan korosi (Arthana, 2014). 3. Perekatan (adhesi) Pelapisan thermal spray mempunyai adhesi yang sangat tinggi. Pelapisan khusus untuk ketahanan aus, yang dilakukan dengan proses thermal spray dengan kecepatan partikel yang sangat tinggi dapat memiliki adhesi regang (tensile adhesion) lebih besar daripada 34.000 kpa (5000 psi) (Arthana, 2014). 2.10 Powder Flame Spray Flame spray merupakan salah satu pelapisan yang menggunakan energi panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar gas (sebagian besar acetylene, propane atau hidrogen) dan oksigen yang mencairkan partikel bahan pelapis (Simunovic K, 2010). Pada powder flame spray partikel cair yang berbentuk bubuk didorong menuju permukaan substrat dan mendapatkan energi kinetik karena tekanan gas pembakaran atau udara terkompresi yang dapat digunakan untuk atomisasi dan di percepat menuju benda kerja (substrate).