ANNEALLING. 2. Langkah Kerja Proses Annealing. 2.1 Proses Annealing. Proses annealing adalah sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
RANGKUMAN NORMALISING

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

11-12 : PERLAKUAN PANAS

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

09: DIAGRAM TTT DAN CCT

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN HEAT TREATMENT

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Alat uji Jominy adalah alat bantu proses pendinginan (quenching) dalam

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

5 DIAGRAM BESI-BESI KARBIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

Di susun oleh: Rusdi Ainul Yakin : Tedy Haryadi : DIAGRAM FASA

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES THERMAL LOGAM

BAB IV HASIL PENELITIAN

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Perlakuan panas (Heat Treatment)

UNIVERSITAS MERCU BUANA

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

PERLAKUAN PANAS A. PENGETAHUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

II. TINJAUAN PUSTAKA. unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon

MODUL 9 PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

UJI KEKERASAN BAJA KONSTRUKSI ST-42 PADA PROSES HEAT TREATMENT

Karakterisasi Material Sprocket

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Makalah Mata Kuliah Perlakuan permukaan

STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL

PENGARUH PERLAKUAN QUENCH TEMPER DAN SPHEROIDIZED ANNEAL TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA PERKAKAS SKRIPSI. Oleh KHAIRUL MUSLIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

LAPORAN PRESENTASI TENTANG DIAGRAM TTT. Oleh: RICKY RISMAWAN : DADAN SYAEHUDIN :022834

BAB II KERANGKA TEORI

MODUL 3 PROSES PEMBUATAN BESI TUANG DAN BESI TEMPA

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TUGAS AKHIR. Analisa Proses Pengerasan Komponen Dies Proses Metalurgi Serbuk Untuk Pembuatan Sampel Uji Konduktivitas Thermal

Pembahasan Materi #11

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

Transkripsi:

1 ANNEALLING 1. Maksud dan Tujuan Yang dimaksud dengan annealing ialah menurunkan kekerasan suatu baja dengan jalan memanaskan baja tersebut pada temperatur di atas temperatur krisis maksimum 980 0 C, dan kemudian dinginkan secara perlahan-lahan di udara (sampai dingin). Sebagai misal baja dengan kadar karbon 1,2 % C, susunan strukturnya adalah Sementit dan pearlit, setelah di annealing maka akan didapat susunan pearlit agak kasar sehingga mengurangi kekerasan dari baja tersebut. Tujuan dari annealing ialah untuk : 1. Mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat dikerjakan mesin atau pengerjaan dingin. 2. Memperbaiki keuletan. 3. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan stuktur. 4. Memperhalus ukuran butir. 5. Menghilangkan tegangan dalam. 6. Menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas. 2. Langkah Kerja Proses Annealing. 2.1 Proses Annealing. Proses annealing adalah sebagai berikut: 1. Benda kerja kita masukan kedalam kotak baja yang di isi dengan terak atau pasir. 2. Panaskan pada temperatur 980 0 C selama 1 sampai 3 jam. 3. Setelah cukup waktunya kotak kita angkat dari dapur. 4. Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan.

2 2.2 Cara-Cara Pendinginan Pada Proses Annealing. Pendinginan dapat kita lakukan dengan cara: 1. Benda kerja dikeluarkan dari kotak dan dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan pendinginan dari udara. 2. Benda kerja bersama-sama dengan kotaknya dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan pendinginan udara. 3. Kotak yang berisi benda kerja dibiarkan didalam dapur dan dapur kita matikan. Sehingga dapur, benda kerja dan kotak mengalami pendinginan yang perlahan-lahan dari udara. 3. Tipe-Tipe Proses Annealing Full Annealing. Full annealing (FA) terdiri dari austenisasi dari baja yang diikuti dengan pendinginan yang lambat didalam tungku, kemudian temperatur yang dipilih untuk austenisasi tergantung pada kandungan karbon dari baja tersebut. 1200-1100 - 1000 - Austenite Acm E 900 - Temperatur 0 C F + A 800 - P Ac1 700-600 - 500 - F + P S P + C A + C K 400-300 - 200-100 0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 Carbon %

3 Gambar 1 : Diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur untuk full annealing Full annealing untuk baja hipeutektoid dilakukan pada temperatur austenisasi sekitar 50 0 C diatas garis A 3 dan mendiamkannya pada tempertur tersebut untuk jangka waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat diatas tungku. Pada temperatur austenisasi, pembentukan austenit akan merubah struktur yang ada sebelum dilakukan pemanasan, dan austenit yang terbentuk relatif halus. Pendinginan yang lambat didalam tungku akan menyebabkan austenit mengurai menjadi perlit dan ferit. Pemanasan yang terlalu tinggi diatas A 3 akan menyebabkan austenit tumbuh sehingga dapat merugikan sifat baja yang diproses. Menganil/annealing baja hipereutektik dilakukan dengan cara memanaskan baja tersebut diatas A 1 untuk membulatkan sementit proeutektoid. Jika baja hipereutektik dipanaskan pada temperatur A cm dan didinginkan perlahan-lahan, maka pada batas butir akan terbentuk sementit preutektoid sehingga akan terjadi rangkaian sementit pada batas butir austenit. Pendinginan yang diperlambat akan menyebabkan presipitasi ferit sebagai kelompok yang terpisah. Pembentukan daerah pemisah ferit pada baja yang tidak dikehendaki karena akan menimbulkan daerah yang lunak (soft spot) selama proses pengerasan berlangsung. Full annealing juga diterapkan pada baja karbon dan baja paduan hasil proses pengecoran serta baja hot worked hipereutektoid. Untuk produk cor yang besar, terutama yang terbuat dari baja paduan, Full annealing akan memperbaiki mampu mesin dan juga menaikan kekuatan akibat butir-butirnya menjadi halus. Full

4 annealing juga diterapkan pada baja-baja dengan kadar karbon lebih dari 0,5% agar mampu mesinnya menjadi lebih baik. 3.2 Spheroidized Annealing. Spheroidized annealing (SA) dilakukan dengan cara memanaskan baja sedikit diatas atau dibawah titik A 1, kemudian didiamkan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat. Proses ini ditujukan agar karbida-karbida yang berbentuk lamelar pada perlit dan sementit sekunder menjadi bulat. Disamping itu, perlakuan ini ditunjukan mendeformasikan struktur seperti martensit, trostit, dan sorbit dlsb yang merupakan hasil akhir dari proses quench. Gambar 2 memperlihatkan struktur hasil proses sperodisasi baja perkakas. 1200-1100 - 1000 - Acm Temperatur 0 C 900 - AC3 Austenite 800 - F +A 700-600 - 500 - F + P 400 - C + A 300-200 - 100 0 0.4 0.8 1.2 1.6 Carbon % Gambar 2 : Diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur untuk spheroidized anneling

5 Tujuan dari spheroidized annealing adalah untuk memperbaiki mampu mesin dan mempebaiki mampu bentuk. Sebagai contoh mampu mesin baja perkakas karbon tinggi sangat baik jika strukturnya sperodisasi. Semua jenis baja perkakas paduan, termasuk kelas karbida maupun baja untuk bantalan harus memiliki kondisi sperodisasi agar hasil pemesinannya baik. Metoda-metoda yang diterapkan untuk memperoleh struktur yang bulat adalah sebagai berikut: a. Metoda yang pertama Baja dipanaskan dekat tempelatur A 1 dan harus dijaga agar tidak melampaui tempelatur tersebut untuk mencegah pembentukan austenit. Baja tersebut kemudian ditahan pada tempelatur tersebut untuk suatu jangka waktu tertentu agar diperoleh karbida yang bulat dan agak kasar. Tinggi temperatur dan lama pemanasan yang dipilih sangat tergantung pada kondisi struktur baja sebelumnya dan komposisi kimia baja tersebut. Baja yang memiliki karbon kurang dari 0,3% tidak cocok untuk disperodisasi karena struktur baja-baja karbon rendah terdiri dari ferit dan sejumlah kecil perlit. Perlit yang kasar akan mudah terbentuk pada proses pendinginan yang lambat, sebagai contoh baja karbon paduan di spheroidized annealing yang tempelatur sekitar 700 0 C untuk selama 4-6 jam. Makin lama pemanasan, akan makin kasar perlit yang terbentuk. Temperatur spheroidized annealing dipengaruhi oleh unsurunsur paduan, keberadaan Ni atau Mn akan menurunkan

6 temperatur A1 dan akibatnya akan menurunkan temperatur spheroidized annealing. Jadi untuk baja yang mengandung Ni 4%, maka tempelatur spheroidized annealingnya serendah-rendahnya adalah 670 0 C. Temperatur yang lebih rendah akan mempengaruhi waktu prosesing menjadi lebih lama (8-10 jam).dilain pihak, HSS yang mengandung W, V, dan Mo dan juga Cr, harus di spheroidized annealing pada temperatur diatas 800 0 C. Keberadaan unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat akan meningkatkan stabilitas karbida didalam baja. Karena itu, dapat menurunkan penggumpalan dan menaikan waktu anil pada setiap temperatur spheroidized annealing yang dipilih. b. Metoda yang kedua Baja dipanaskan diatas temperatur kritik A 1 (lihat gambar 3), dan diam pada temperatur waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat pada laju sekitar 10-20 0 C setiap jam sampai dengan tempelatur 550-600 0 C. Pendinginan sampai ke temperatur kamar dapat dilakukan asal pendinginan dilakukan diudara. Selama proses pendinginan lambat, C yang larut kedalam austenit akan memisahkan diri dan membentuk karbida yang bulat. Pada kondisi seperti ini kekerasan baja akan relatif lebih rendah. Jika temperatur anil lebih tinggi, sejumlah besar karbida akan larut dan dan sementit akan terbentuk dalam bentuk lamelar. Metoda ini terutama diterapkan untuk baja-baja eutektoid dan hipertektoid. Sebagai contoh prosedur anil (Gambar 1.25 pada buku Panduan proses perlakuan panas, Rochim Suratman, hal 99) untuk membulatkan keseluruhan karbida didalam matrik ferit baja DIN 100 CrMo memerlukan austenisasi pada 825/830 0 C diikuti dengan

7 penahanan pada tempelatur 775/780 0 C. Proses seperti ini akan menghasilkan prestisipasi karbida. Setelah itu, kemudian didinginkan perlahan-lahan melalui rentang temperatur 740-680 0 C dan selanjutnya didinginkan diudara sampai temperatur kamar. c. Metoda ketiga Dalam metoda ini baja dipanaskan diatas temperatur kritik A 1 (tidak boleh lebih tinggi dari 50 0 C), dan dibiarkan pada tempelatur ini untuk jangka waktu tertentu Kemudian didinginkan sampai temperatur sedikit dibawah A 1 (tidak boleh lebih tinggi dari 50 0 C), dan dibiarkan pada temperatur tersebut untuk suatu jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan pada temperatur kamar. Temperatur yang mendekati A 1, struktur sperodisasi yang akan diperoleh lebih kasar dan lebih lunak, namun jika proses temperatur menjauhi A 1, misalnya 680 0 C, struktur yang dihasilkannya akan berbentuk lamelar dan bersifat lebih keras. Dengan cara ini proses sperodisasinya memerlukan waktu yang lebih singkat dibanding dengan cara-cara sebelumnya dan mulai diterapkan untuk baja karbon dan baja paduan. d. Metoda keempat Sperodisasi dapat juga dilakukan dengan cara memanaskan dan mendinginkan yang berulang-ulang pada temperatur diatas dan dibawah A 1.Selama pemanasan diatas A 1, hanya butir-butir sementit yang kecil yang akan larut kedalam austenit, tetapi untuk butir-butir sementit yang besar waktu tersedia untuk larut tidak mencukupi. Pada siklus pendinginan berikutnya, molekul-molekul sementit akan mengendap pada butir-butir sementit yang tidak

8 larut. Berdasarkan hal ini timbullah proses koagulasi. Atas dasar hal ini, metode sperodisasi memerlukan waktu yang lebih singkat tetapi sulit untuk dilaksanakannya. Laju sperodisasi tergantung pada struktur yang dimiliki sebelumnya. Makin halus karbida pada struktur asalnya, makin mudah proses sperodisasinya. Jadi struktur perlit yang halus lebih mudah dibandingkan struktur perlit yang kasar. Struktur bainit lebih baik lagi untuk di sperodisasi dan yang terbaik adalah struktur sorbit (struktur yang diperoleh dari hasil penempern martensit). Proses pengerjaan dingin yang dapat memecahkan sementit dan mendistribusikannya secara lebih homogen dapat membantu mempercepat proses sperodisasi. Unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat, terutama Cr, W, Mo, dan V meningkatkan stabilitas karbida dalam baja. Karena itu unsur-unsur tersebut menurunkan laju koagulasi dan meningkatkan waktu yang diperlukan untuk soft anneal pada temperatur annealnya. Kekerasan yang dicapai setelah proses sperodisasi tergantung pada komposisi kimia baja. Baja-baja yang mengandung karbon yang rendah menghasilkan kekerasan sekitar 160-190 HB, sedangkan pada baja paduan dan karbon tinggi, menghasilkan kekerasan sekitar 200-230 HB. Untuk meningkatkan mampu mesin baja-baja perkakas karbon tinggi, paduan tinggi, baja pegas, baja bantalan, baja tahan aus, baja perkakas, dan sebagainya sperodisasi dilakukan setelah proses tempa. Sperodisasinya dilkukan dengan cara memanaskan baja diatas tempelatur A 1 kemudian didinginkan perlahan-lahan dan ditahan pada tempelatur sedikit dibawah A 1 Untuk jangka waktu

9 tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan diudara sampai tempelatur kamar. Perlu diperhatikan bahwa, agar memperoleh struktur yang globular (bulat), baja harus dipanaskan secara homogen dan distribusi tempelatur di dalam tungku juga harus homogen. Baja-baja yang mengandung sementit dibatas butirnya relatif sulit untuk dimesin. Untuk itu, proses sperodisasinya dilakukan dengan cara mengeliminasi sementit dengan proses homogenisasi atau normalizing diatas tempelatur A cm kemudian diquench dan dilanjutkan dengan proses sperodisasi. 3.2.1 Tungku-tungku untuk proses soft anneal Pemilihan tungku untuk proses sperodisasi ditentukan sebagai berikut : a. Jika tempelatur sperodisasi relatif rendah dan fluktuasi temperatur harus kecil maka digunakan tungku listrik karena waktu yang diperlukan untuk proses sperodisasi akan relatif lama. b. Berdasarkan hal tersebut diatas tungku kamar listrik lebih banyak digunakan daripada tungku kontinyu. c. Tungku vakum dan tungku garam dapat juga digunakan jika benda kerja yang akan diproses relatif kecil.tungku ini banyak dimanfaatkan untuk menganil ulang benda kerja yang sudah dikeraskan. Isothermal Annealing. Isotermal annealing dikembangkan dari diagram TTT. Jenis proses ini digunakan untuk melunakan baja-baja sebelum dilakukan proses

10 pemesinan. Proses ini terdiri dari austenisasi pada temperatur anilnya ( full annealing) kemudian diikuti dengan pendinginan yang relatif cepat sampai ke temperatur 50-60 0 C dibawah garis A 1 (menahan secara isotermal pada daerah perit). Penahanan baja pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu menyebabkan timbulnya penguraian austenit menjadi strutur yang optimal untuk dimesin. Setelah transformasi berlangsung, baja kemudian didinginkan didalam tungku atau di udara atau bahkan didinginkan dengan cepat. 800-700 - (2) (1) P + A 600 - Temperatur o C 500-400 - B + A 300 - MS 200-100 - M (1) Continous - cool anneal (2) Isotermal anneal 0 2 5 10 20 2 5 10 20 2 5 10 20 Seconds minutes hours Tranformation time Gambar 3 : Diagram isotermal annealing Kekerasan yang dicapai setelah proses isotermal annealing, tergantung pada tingginya temperatur penahanan baja dibawah A 1. Jika baja setelah diaustenisasi ditahan pada temperatur sedikit dibawah A 1 austenit akan mengurai perlahan lahan, sehingga

11 diperoleh karbida yang bulat dan relatif kasar atau lamelar sangat dipengaruhi oleh tempelatur austenisasinya. Hasil proses ini cenderung lunak. Pada temperatur transformasi, biasanya penguraian austenit berlangsung lebih cepat, sehingga produknya relatif lebih keras, lebih banyak lamelar dan relatif tidak kasar dibandingkan dengan benda kerja yang jauh dari temperatur transformasi (A 1 ). Baja paduan biasanya mengalami isotermal anneal. Setelah baja dikarburasi pada 900-930 0 C, kemudian ditahan pada 630-680 0 C untuk 2-4 jam agar seluruh austenit bertransformasi seluruhnya lalu didinginkan. Struktur yang diperoleh terdiri dari ferit dan perlit yang sangat cocok untuk proses pemesinan. Biasanya, penahanan isotermal diperpanjang 1-2 jam dari akhir transformasinya. Hal ini dimaksudkan agar sifat mampu mesinnya dapat lebih ditingkatkan lagi sebagai akibat adanya sebagian sementit didalam perlit bentuknya menjadi bulat. Isotermal annealing yang lazim diterapkan adalah mendinginkan dengan cepat dari temperatur austenisasi ke temperatur transformasinya. Kemudian setelah proses isotermal, dilanjutkan dengan proses pendinginan ke temnperatur kamar. Proses Homogenisasi. Proses ini dilakukan pada rentang temperatur 1100-1200 0 C (lihat gambar 4). Proses dipusi yang terjadi pada temperatur ini akan menyeragamkan komposisi baja. Proses ini diterapkan pada ingot baja-baja paduan dimana pada saat membeku sesaat setelah proses penuangan, memiliki struktur yang tidak homogen. Sebagian besar tidak homogen tersebut dapat diatasi pada saat pengolahan ingot baja tersebut. Seandainya ketidak homogenan tidak dapat dihilangkan

12 sepenuhnya, maka perlu diterapkan proses homogenisasi atau diffusional annealing. Temperatur o C AC3 AC1 Time Gambar 4: Diagram proses homogenisasi Proses homogenisasi dilakukan selama beberapa jam pada tempelatur sekitar 1150-1200 0 C. Setelah itu benda kerja didinginkan ke 800-850 0 C, dan selanjutnya didinginkan di udara. Setelah proses ini, dapat juga dilakukan proses normal atau anil untuk memperhalus struktur over heat. Perlakuan seperti ini hanya dilakukan untuk kasuskasus yang khusus karena biaya prosesnya sangat tinggi. Intermediate Annealing Proses ini dilakukan terhadap baja yang sudah mengalami proses Case hardening agar dapat dimesin. Prosesnya terdiri dari penahan benda kerja pada temperatur dibawah A 1, yaitu sekitar 630-680 0 C, untuk selama 4-6 jam dan diikuti dengan pendinginan yang lambat (lihat gambar 5).Tujuan dari proses ini mirip proses sperodisasi yaitu memperbaiki mampu mesin.

13 Temperatur o C AC3 AC1 Time Gambar 5 : Diagram intermediate annealing Bright Annealing Proses ini dilakukan untuk menghasilkan permukaan benda kerja yang bebas dari oksidasi. Perlindungan terhadap oksidasi selama proses perlakuan panas biasanya dilakukan dengan menyelimuti benda kerja dengan atmosfer tungku yang sesuai. Atmosfer tungku yang dipilih selain mencegah oksidasi, juga harus mampu mencegah timbulnya sulfidasi, pengetasan atau dekarburasi selama proses perlakuan panas berlangsung. Proses bright annealing dilakukan dengan berbagai cara yang masing masing dapat diterapkan pada material ferro atau non ferro, baik berbentuk kawat, strip, lembaran maupun berbentuk tabung dan sebagainya. Memilih gas dan tungku yang digunakan dalam proses bright annealing dapat dilihat pada tabel berikut ini: No Material Bentuk benda Jenis Gas yang

14 1 Baja karbon 2 Baja medium 3 Baja tahan karat kerja tungku digunakan Strip dan Tungku Amoniak atau gas kawat dalam bell/pit eksotermik dengan gulungan kadar CO 2 dan H 2 O yang rendah. Strip/kawat Tungku Gas eksotermik dalam bell/pit gulungan, lembaran, tabung Strip/kawat, Tungku Amoniak atau gas tabung dsb. type hidrogen pusher at au mesh belt

15 DAFTAR PUSTAKA Rohyana Solih Drs. Pengetahuan & Pengolahan Bahan.Humoria Utama Press: Bandung, 1995. Supratman Rochim. Panduan Peoses Perlakuan Panas. Lembaga Penelitian ITB: Bandung 1994. Wahyudin Ir. Diktat Kuliah Ilmu Bahan.FPTK-UPI:Bandung,2003.