BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya : Bandung, cetakan ke-6, Mei 2004, p. 166

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. menunjang masa depan agar lebih baik. Pendidikan dalam hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

Pemanfaatan museum konperensi Asia Afrika sebagai sumber pembelajaran sejarah siswa SMA Negeri kota Bandung. Oleh : Fauzi Rachman K

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan. kebiasaan sekelompok orang yang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi. bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Dala m Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 dinyatakan

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan antara lain didefinisikan sebagai suatu proses untuk memanusiakan manusia. 1 Pengertian ini mengandung makna bahwa pendidikan adalah suatu proses untuk mengubah manusia yang pada saat lahir berada dalam keadaan belum berbudaya menjadi manusia yang berbudaya. Berbudaya yang dimaksud di sini menurut H.A.R. Tilaar adalah penuh dengan nilai-nilai kehidupan (tentunya nilai-nilai kehidupan yang sedang berlaku pada saat itu). Untuk itu, pendidikan menjadi suatu proses penggizian rohani dan jasmani untuk membentuk suatu manusia yang berbudaya. 2 Diharapkan dengan nilai-nilai kehidupan yang seseorang peroleh secara tidak langsung melalui lingkungan di mana ia tinggal (misalnya: dengan mengambil hikmah atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya) maupun nilai-nilai kehidupan yang diperoleh melalui pengajaran secara langsung oleh generasi yang lebih berpengalaman, dapat digunakan sebagai bekal untuk mengembangkan dirinya di kehidupan ini baik sebagai perorangan ataupun kelompok. Proses pendidikan yang terjadi di Indonesia pada masa sebelum reformasi adalah proses pendidikan dengan menggunakan gaya kurikulum 1994, di mana pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan. 3 Artinya, seorang nara didik akan dituntut untuk menunjukkan penguasaan materi pelajaran hanya dalam bentuk nilai yang dihasilkan dari sebuah tes tertulis. Seorang nara didik dinyatakan berkualitas baik atau tidak berdasarkan segi kognitifnya semata tanpa memperhatikan segi-segi lainnya sehingga mengakibatkan nara didik menjadi seorang pribadi yang kurang mampu menghubungkan dan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari dalam realita 1 H.A.R. Tilaar, PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL ~ Fungsi dan Peranan SISDIKNAS dalam Pembangunan yang Berbudaya, Kongres Kebudayaan 1991 : Kebudayaan Nasional : Kini dan Di Masa Depan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, 1992 / 1993, p. 418 2 bdk. s.d.a. 3 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum Berbasis Kompetensi ~ Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, cetakan ke-6, Mei 2004, p. 166

2 kehidupan yang terjadi (kehidupan dengan Tuhan, keluarga, dunia kerja, dan masyarakat). 4 Seharusnya keseimbangan antara segi kognitif, afektif, dan psikomotorik itulah yang dijadikan standar untuk menilai kualitas seorang nara didik. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang tidak hanya membuat nara didik menjadi pintar secara kognitif tetapi ketika nara didik tersebut mempunyai keselarasan antara segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Sehingga dengan kondisi tersebut, ia siap terjun menghadapi berbagai macam tantangan kehidupan di dunia ini (survive). 5 Proses pendidikan dengan gaya kurikulum 1994 tidak terlepas dari pengaruh situasi dan kondisi yang berlangsung pada masa itu, yaitu situasi pada jaman pra Orde Baru dan jaman Orde Baru. Situasi pada jaman pra-orde Baru, politik dijadikan sebagai panglima. 6 Situasi kehidupan politik pada saat itu membawa pengaruh terhadap gaya pendidikan yang ada. Dengan adanya nasionalisme yang sangat berlebihan, maka dalam praktek pendidikan, dampaknya adalah segala unsur budaya yang berasal dari luar Indonesia harus ditolak dan tidak boleh mewarnai kebudayaan bangsa Indonesia. Gaya pendidikan yang ada juga dipengaruhi dengan sikap militerisme dan otoriterisme di mana segala sesuatunya harus mengalami penyeragaman dan diarahkan sesuai dengan kemauan sang penguasa. Pada akhirnya, dampaknya adalah membuat sebagian besar manusia yang ada menjadi manusia-manusia yang tidak mempunyai kebebasan berpikir, tidak kreatif, dan tidak kritis. Situasi pada jaman Orde Baru, ekonomi sebagai panglima. 7 Keadaan bangsa Indonesia pada waktu itu yang ingin bangkit dari keterpurukan akibat terjadinya G-30-S PKI mengakibatkan 2 hal sekaligus, yaitu bangsa Indonesia memberikan perhatian yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi (dalam rangka tindakannya untuk bangkit dari keterpurukan) sekaligus ingin memerangi komunis (akibat G-30-S PKI). Kondisi ini mengakibatkan adanya gerakan dari negara-negara yang berbeda paham dengan komunis untuk membantu 4 bdk. Dr. Nurhadi, Kurikulum 2004 ~ Pertanyaan & Jawaban, PT Grasindo : Jakarta, 2004, p. 2 5 bdk. scn. 3, p. 7, 10 6 H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, PT Rineka Cipta : Jakarta, cetakan ke-2, Mei 2004, p. 2 7 sda. p. 4

3 Indonesia dalam meningkatkan perekonomiannya. Bantuan itu dilaksanakan dengan cara memberikan pinjaman kepada Indonesia untuk membeli bahan-bahan baku impor yang diperlukan. Kemudahan-kemudahan yang diberikan ini akhirnya membuat bangsa Indonesia mengalami ketergantungan industri terhadap bahan baku impor. Dengan adanya situasi seperti ini, maka pengaruhnya adalah muncul situasi di mana tidak ada gairah untuk bersaing dan berkompetisi karena segala sesuatunya terbiasa bergantung kepada pihak luar negeri yang selalu memberikan kemudahan-kemudahan pinjaman. Kondisi tersebut yang akhirnya mempengaruhi gaya pendidikan di Indonesia pada waktu itu sehingga membuat sebagian besar manusia yang ada menjadi manusia-manusia yang tidak mempunyai daya saing, pasif, dan tidak produktif. Dengan melihat keadaan, kebudayaan masa lalu, dan tantangan yang ada pada masa kini dan masa mendatang, para ahli pendidikan di Indonesia beserta pemerintah menyadari perlu adanya suatu gerakan baru untuk membenahi sistem pendidikan nasional yang selama ini dinilai kurang efektif. Perubahan dalam sistem pendidikan nasional tersebut ditujukan untuk melahirkan manusia-manusia yang utuh, aktif, penuh dengan kreatifitas, berani mengeluarkan ide-ide dan pendapatnya, serta mempunyai semangat untuk berkompetisi dengan dunia global secara sehat. Di mana semua usaha tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menyejajarkan kedudukan bangsa Indonesia di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Atau dengan kata lain, usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional saat ini adalah usaha untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. 8 Melalui pemikiran-pemikiran yang telah dipaparkan, penulis ingin turut berperan serta dalam menindaklanjuti permasalahan pendidikan nasional di Indonesia melalui tulisan yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi. 8 bdk. Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional ~ Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, cetakan ke-1, 2005, p. 4

4 Ada 2 latar belakang yang mendasari penulisan skripsi ini : 1. Munculnya sebuah sistem pendidikan yang baru, yaitu Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) KBK adalah suatu sistem kurikulum yang dirancang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1994. KBK dirancang sebagai jawaban atas kebutuhan akan situasi di Indonesia saat ini di mana kurikulum 1994 dinilai kurang memuaskan. Penilaian bahwa kurikulum 1994 itu kurang memuaskan didasarkan pada adanya masalah-masalah dalam bidang pendidikan. Seperti dipaparkan oleh Dr. Nurhadi, ada 6 masalah utama dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu : 9 - Menurunnya akhlak dan moral peserta didik - Kurang meratanya kesempatan belajar - Rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan di Indonesia - Status kelembagaan pendidikan di Indonesia belum bersistem - Manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional - Belum profesionalnya sumber daya manusia yang bergerak dalam dunia pendidikan di Indonesia Permasalahan tersebut tidak muncul secara tiba-tiba tetapi muncul berkaitan dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung di Indonesia saat itu. Permasalahan ekonomi, sosial, dan politik yang sedang berlangsung di Indonesia membawa dampak bagi dunia pendidikan. Penjelasannya lebih lanjut sebagai berikut: Adanya situasi ekonomi yang tidak stabil, membuat banyak masyarakat pengangguran, akhirnya mengakibatkan para orang tua tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya. Hanya anak-anak dari keluarga yang mampu secara ekonomi yang dapat bersekolah, ini berarti kurang meratanya kesempatan belajar. Situasi ekonomi ini juga yang akhirnya mengakibatkan SDM yang ada menjadi kurang profesional karena keterbatasan dana untuk menempuh pendidikan yang baik, memperoleh makanan yang bergizi, dsb. Kurangnya sikap profesional tersebut merembet menjadikan rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, artinya rendahnya ketepatan atau keteraturan para petugas dalam melaksanakan sistem pendidikan. 9 scn. 4, p. 6

5 Situasi politik yang seringkali sangat kental diwarnai oleh KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) membawa pengaruh ke berbagai bidang kehidupan. Kondisi tersebut mengakibatkan merosotnya moral dan akhlak masyarakat Indonesia termasuk para nara didik, karena bagaimanapun juga nara didik hidup sehari-hari di tengah-tengah budaya masyarakat. Situasi dan kondisi di Indonesia pada jaman pra-orde Baru dan Orde Baru secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap gaya pendidikan, materi, dan tujuan yang terdapat dalam kurikulum 1994. Pada saat ini dengan berkembangnya situasi yang ada di Indonesia (di mana demokrasi mendapat perhatian dalam porsi yang besar), muncullah sebuah harapan agar situasi dan kondisi yang sedang berlangsung dapat membawa pengaruh yang lebih baik terhadap gaya pendidikan, materi, dan tujuan di dalam kurikulum pendidikan yang baru. Meskipun, pada kenyataannya tidak ada yang dapat menjamin bahwa kurikulum pendidikan yang baru dapat membawa suatu perubahan yang fantastis, tapi setidaknya telah muncul upaya untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan cara yang lebih kontekstual. Apa itu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)? Berlatar belakang dari visi reformasi pembangunan yang ingin mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, mempunyai daya saing, mengalami perkembangan, serta mendapatkan keadilan dan kesejahteraan dalam Republik Indonesia; maka hal tersebut perlu didukung oleh manusia-manusia Indonesia yang sehat, mandiri, bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, cinta tanah air, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin. Usaha perwujudan masyarakat yang berkualitas seperti yang dicita-citakan dalam visi tersebut menjadi tanggung jawab sebuah proses pendidikan.

6 Menurut Dr. Henry Alexis Rudolf Tilaar, pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen 10. Kendala yang dihadapi dari segi kuantitas, masih terbatasnya jumlah sekolah yang ada di Indonesia sehingga kurang memadai untuk menjangkau anak-anak usia sekolah yang tinggal di daerah-daerah terpencil. Dari segi relevansi, masih terbatasnya kemampuan nara didik untuk menggunakan pengetahuan yang didapat di sekolah dengan realita hidup yang harus mereka hadapi sehari-hari. Dari segi elitisme, masih kurang meratanya kesempatan belajar. Karena pada umumnya sekolah-sekolah yang ada membutuhkan dana yang cukup besar, maka hanya masyarakat golongan tertentu saja yang dapat menyekolahkan anaknya (terlebih lagi untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah berkualitas terbaik). Dari segi manajemen, masih terbatasnya tenaga-tenaga profesional yang membantu agar masing-masing sekolah dapat mengatur sekolahnya sendiri (otonom). Masih banyak sekolah yang mendapatkan intervensi dalam porsi besar dari pemerintah, di mana aturanaturan di dalamnya dilaksanakan dengan menunggu komando dari pusat. Padahal tidak semua kegiatan harus dikonsultasikan dengan pihak pusat, kecuali hal-hal yang memang krusial. Karena bila hal-hal kecil saja harus dilaksanakan dengan menunggu komando dari pusat, maka proses kerja akan menjadi tidak efisien. Dengan adanya krisis dalam dunia pendidikan, perlu dilakukan suatu penataan terhadap sistem pendidikan nasional secara menyeluruh berkaitan dengan kualitas pendidikan serta kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pendidikan yang ada diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus masa depan bangsa yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi berbagai macam tantangan kehidupan dengan tetap bertaqwa terhadap sang penciptanya. 10 H.A.R. Tilaar, seperti dikutip oleh Dr. E. Mulyasa, M.Pd. dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ~ Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, scn. 3, p. 4

7 Untuk memperbaiki sistem kurikulum 1994 yang dinilai kurang memuaskan, mengatasi krisis dalam pendidikan nasional, dan untuk mewujudkan visi reformasi pembangunan, maka salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah adalah dengan merancang suatu kurikulum pendidikan yang berbasis pada kompetensi. Kurikulum tersebut dikenal dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK menekankan dasar perencanaan dan pengembangan kurikulum pada kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan pembelajaran atau proses pendidikan di sekolah. 11 Kompetensi adalah kemampuan yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai hidup, pola berpikir dan bertindak yang telah menjadi bagian hidup siswa, yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak. 12 Dengan kompetensi tersebut, diharapkan nara didik dapat memperoleh keahlian dan keterampilan untuk bertahan dalam situasi hidup yang banyak mengalami perubahan, tantangan, dan ketidakpastian terutama untuk bersaing dalam suatu dunia kerja. Mewujudkan kompetensi yang dikehendaki tidak cukup hanya dicapai melalui pembelajaran materi-materi yang tersedia, tetapi harus didukung dengan penggunaan metode penyampaian materi yang tepat. Ketika metode yang digunakan tidak tepat, maka akan sia-sialah materi yang ada. Dalam KBK, proses dan hasil belajar menjadi penting. Peran nara didik yang aktif menjadi penting, karena mereka yang harus memperoleh kompetensi tersebut. Nara didik harus menjadi subyek yang aktif dalam menggeluti bahan-bahan yang dapat membantu penguasaan kompetensi. 11 Paul Suparno, Sikap Guru dalam Menghadapi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Majalah BASIS, No. 11-12, Yayasan BP Basis : Yogyakarta, 2002, p. 59 12 s.d.a.

8 2. Hal kedua yang melatarbelakangi penulisan skripsi adalah Metode Pendidikan sebagai implikasi dari adanya KBK. Hal ini dijadikan hal kedua yang melatarbelakangi penulisan skripsi karena berkaitan dengan KBK. Dalam KBK dikatakan bahwa proses dan hasil belajar memegang peranan penting. Untuk mewujudkan suatu proses dan hasil belajar yang baik diperlukan suatu metode pembelajaran yang baik pula. Kedudukan Metode Dalam suatu kegiatan pendidikan yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, pendidik harus dengan sadar berusaha untuk mengatur lingkungan belajar menjadi bergairah bagi nara didik. Caranya adalah dengan mempersiapkan program pendidikan yang baik dan sistematis. 13 Metode pendidikan yang baik tentu akan mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Akan tetapi, metode tidak dapat berdiri sendiri, metode memerlukan suatu dukungan agar benar-benar dapat menjadi alat penyampaian tujuan pendidikan yang efektif. Dukungan tersebut adalah totalitas, integritas, dan ketulusan hati dari seorang pendidik dalam mendidik ( Good teaching cannot be reduced to technique; good teaching comes from the identity and integrity of the teacher 14 ). Kedua hal ini harus saling mendukung dan berlangsung secara simultan agar proses pendidikan menjadi efektif. Karena ketika seorang pendidik memiliki semangat untuk mendidik secara kreatif tetapi tidak memiliki wawasan tentang metode pendidikan, maka proses pendidikan akan menjadi kurang efektif. Bagaimanapun juga, metode adalah sesuatu yang mati, hanya pendidik yang dapat membuat metode menjadi hidup. Kerjasama yang baik antara pendidik dengan metode yang tersedia, itulah yang akan membuat proses pendidikan menjadi efektif. 15 13 Lih. Drs. Syaiful Bahri Ojamarah dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, PT Rineka Cipta : Jakarta, 1997, p. 82 14 Parker J. Palmer, The Courage to Teach ~ Exploring The Inner Landscape of A Teacher s Life, Jossey - Bay Publishers : San Fransisco, 1998, p. 10 15 bdk. Dr. E.G. Homrighausen dan Dr. I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, PT BPK Gunung Mulia : Jakarta, 1991, p. 90-91

9 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar : 16 a. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik Dalam proses kegiatan pendidikan, tidak mungkin seorang pendidik tidak menggunakan metode pendidikan. Oleh karena itu, pendidik harus memahami dengan benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam suatu kegiatan pendidikan. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M. (1998) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. 17 Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan gairah dan minat belajar seseorang. b. Metode Sebagai Strategi Pengajaran Dalam sebuah proses pendidikan tidak semua nara didik memiliki kemampuan intelektual yang sama, masing-masing memiliki kemampuannya sendiri-sendiri. Terhadap perbedaan kemampuan nara didik inilah, sebagai pendidik, kita memerlukan strategi pendidikan yang tepat. Metode adalah salah satu jawabannya. Dra. Roestiyah. N.K. (1989) mengatakan bahwa guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. 18 Salah satu langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah dengan menguasai teknik-teknik dalam memberikan pelajaran. Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 19 c. Metode sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam sebuah kegiatan pendidikan, sebuah pedoman yang akan memberi arah ke mana kegiatan pendidikan akan dibawa. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika dalam suatu kegiatan pendidikan ada tujuan yang ingin dicapai, sebagai pendidik, kita harus menggunakan metode yang mendukung agar tujuan tersebut tercapai. Metode berfungsi sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan. 16 scn. 13, p. 82-85 17 Sardiman A.M. seperti dikutip oleh Drs. Syaiful Bahri Ojamarah dan Drs. Aswan Zain dalam Strategi Belajar Mengajar, scn. 13, p. 83 18 Dra. Roestiyah N.K. seperti dikutip oleh Drs. Syaiful Bahri Ojamarah dan Drs. Aswan Zain dalam Strategi Belajar Mengajar, scn. 13, p. 84 19 s.d.a.

10 Metode pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang cukup penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses dan pencapaian tujuan kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai orang-orang yang menaruh minat terhadap pengembangan sebuah pendidikan di Indonesia, ikut berperan serta mendalami mengenai metode pendidikan. Ikut berperan serta mengembangkan metode-metode yang tersedia menjadi metode yang dapat membangkitkan minat belajar nara didik sehingga ada suatu perkembangan dalam proses pendidikan, nara didik, dan tentunya pendidik sendiri. Dalam memilih dan menggunakan metode-metode yang tersedia, pendidik harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode (yaitu : nara didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan pendidik). 1.2 Permasalahan Hubungan antara Metode Pendidikan dan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai komponen yang mempunyai peranan penting bagi kemajuan pendidikan nasional. Dalam KBK, proses dan hasil belajar menjadi penting. Oleh karena itu, secara tidak langsung, metode pendidikan memegang peranan yang cukup penting. Metode pendidikan perlu dipilih secara tepat agar benar-benar dapat membantu nara didik untuk mendapatkan kompetensi yang dikehendaki. Nara didik akan dapat belajar dengan baik apabila metode pendidikan yang digunakan tepat dengan konteks dan kompetensi yang dikehendaki mereka. Dengan adanya tingkat intelektual nara didik yang beraneka ragam, maka model pembelajaran yang digunakan pun harus beraneka ragam, bukan hanya satu. Sebagai pendidik, kita diharapkan terus mencari berbagai macam metode yang tepat agar nara didik dapat menguasai kompetensi yang dikehendaki. Karena nara didik juga terus berganti, maka usaha untuk mencari variasi metode pendidikan perlu terus dilakukan. Dalam KBK, pendidik perlu menggunakan berbagai macam metode pendidikan baru, yang tidak harus selalu sama dengan metode yang digunakan pada kurikulum 1994 (di mana sebagian besar menggunakan metode ceramah). Karena pada KBK, peran aktif nara didik

11 mendapatkan porsi yang cukup penting. 20 Oleh karena itu, pendidik perlu mencari metode pendidikan yang sungguh-sungguh dapat membantu nara didik untuk aktif dan mandiri dalam mengolah materi. Bagaimana caranya, melalui metode-metode yang bervariasi dan tentunya didukung dengan totalitas, integritas, dan ketulusan hati pendidik, nara didik dianggap sebagai Subyek yang harus menguasai kompetensi mereka sendiri sehingga tujuan dari KBK dapat tercapai. Bagi sebagian besar sekolah, sistem KBK mulai diterapkan pada tahun 2004 dan dilaksanakan secara bertahap. Setidaknya, menurut rencana pemerintah, bagi sekolahsekolah yang belum siap melaksanakan sistem KBK pada tahun ajaran 2004/2005, diharapkan dapat melaksanakannya paling lambat pada tahun ajaran 2006/2007. 21 Dengan adanya kondisi di mana sistem KBK sendiri belum secara resmi dibakukan oleh pihak pemerintah, maka masih banyak diperlukan ide, usulan, dan sumbangan pemikiran agar KBK ini dapat berjalan dengan baik serta berguna bagi pendidik, nara didik, dan negara. Sehubungan dengan masih banyak diperlukan sumbangan pemikiran bagi KBK, maka penulis ikut berperan serta dalam mendalami tentang Metode Pendidikan sebagai salah satu komponen yang ikut menunjang keberhasilan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ditambah pula dengan adanya kebudayaan mengajar satu arah (one way) yang telah melekat pada sistem pengajaran dengan gaya kurikulum 1994 sehingga muncul budaya akan adanya ketakutan (culture of fear) 22 dari para nara didik untuk bertanya. Culture of fear ini akan dapat menghambat proses pendidikan dalam rangkaian KBK. 20 bdk. Paul Suparno, Pendidikan Agama di Sekolah Model KBK, Majalah BASIS, No. 7-8, Yayasan BP Basis : Yogyakarta, 2003, p. 33-34 21 scn. 4, p. 37 22 scn. 14

12 1.3 Batasan Permasalahan Penulis akan membatasi pembahasan skripsi pada bidang Metode Pendidikan dalam rangka menghadapi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Setelah itu, penulis akan menganalisa situasi SMA Budya Wacana, Yogyakarta dalam kaitannya dengan metode pendidikan yang digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan KBK. Penulis akan membatasi penelitian pada nara didik SMA Budya Wacana kelas I yang berjumlah 18 orang. Untuk menghadapi KBK, tentunya diperlukan banyak aspek dalam mendukung kelancaran pelaksanaannya. Tetapi, penulis akan memfokuskan pada Metode Pendidikan yang digunakan dengan jumlah sasaran 18 orang. Diharapkan melalui usaha untuk memusatkan perhatian pada bidang Metode Pendidikan dengan jumlah sasaran 18 orang, penulisan skripsi ini dapat memberikan pemikiran-pemikiran yang relevan dan bermanfaat bagi SMA Budya Wacana, penulis, serta para pendidik yang membaca karya ilmiah penulis ini. Diharapkan juga dengan adanya suatu tindakan spesialisasi terhadap Metode Pendidikan, banyak para aktivis pendidikan yang tertarik untuk membaca karya ilmiah ini sehingga mereka juga dapat terinspirasi untuk ikut berperan serta menyumbangkan ide dan pemikirannya tentang aspek-aspek lain dalam bidang pendidikan. Di mana hal tersebut dapat memperkaya wawasan yang ada dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. 1.4 Judul dan Alasan Judul Penulisan Skripsi Berdasarkan ide dan pemikiran yang telah dipaparkan, penulis memberikan judul: POKOK-POKOK PENTING METODE PENDIDIKAN DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (Rancangan Metode Pendidikan pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Berbasis Kompetensi di SMA Budya Wacana, Yogyakarta)

13 Penulis menggunakan kata pendidikan dan bukannya pengajaran karena sebuah kegiatan mendidik mempunyai makna yang lebih luas daripada sebuah kegiatan mengajar. Mengajar mempunyai makna hanya sebatas mentransferkan ilmu yang dimiliki pendidik kepada nara didik dalam suatu kegiatan pendidikan. Tetapi, mendidik mempunyai makna yang lebih luas, pendidikan tidak hanya terbatas pada kegiatan mentransferkan ilmu yang dimiliki pendidik kepada nara didik, tetapi pendidik akan turut serta membangun pribadi nara didik menjadi pribadi yang utuh (selaras dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik serta menyadari dan bertanggung jawab terhadap aspek-aspek dalam dirinya). Dalam sebuah proses pendidikan, tidak akan selalu terjadi kegiatan membagikan ilmu hanya dari pendidik, tetapi justru akan terjadi secara timbal balik. Penulis merasa bahwa rumusan kalimat di atas cukup menggambarkan secara ringkas tentang apa yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini. Karena penulis memberikan perhatian yang besar terhadap metode pendidikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Setelah hal tersebut dibahas secara lebih mendalam, penulis akan mengaitkan pembahasan tersebut dengan realita yang terjadi di SMA Budya Wacana pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen. 1.5 Metode Penelitian yang Digunakan Dalam penulisan ini, penulis akan memakai pola pendekatan deskriptif analitis di mana penulis berusaha mengungkapkan dan menganalisa permasalahan yang ada dengan didukung oleh metode penelitian berupa studi literer, pengamatan langsung, wawancara dengan berbagai narasumber yang bersangkutan (pendidik, nara didik, kepala sekolah, dan nara sumber lain yang turut mendukung), serta membagikan kuesioner kepada pendidik dan nara didik yang bersangkutan. Jika pada kenyataannya, metode pendidikan yang digunakan di SMA Budya Wacana kurang relevan dengan tujuan serta cita-cita KBK, maka penulis juga akan mengadakan kerjasama dengan pendidik yang bersangkutan untuk melakukan uji coba penerapan usulan metode.

14 Sehingga melalui kegiatan tersebut dapat diperoleh hasil evaluasi yang relevan bagi SMA Budya Wacana. 1.6 Sistematika Skripsi Bab I :PENDAHULUAN Penulis memaparkan latar belakang masalah, permasalahan, batasan permasalahan, judul dan alasan judul penulisan skripsi, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika skripsi. Bab II :PENDIDIKAN, METODE, dan KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Penulis akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai Pendidikan, Metode, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi serta akan menjelaskan pemahaman tentang Metode pendidikan sebagai salah satu sarana yang penting dalam mendukung kelancaran pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bab III :PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN dan PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI pada MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (Secara Umum dan Khususnya di SMA Budya Wacana, Yogyakarta) Penulis akan menjelaskan PAK secara umum dan bentuk umum sebuah PAK yang berbasis kompetensi. Setelah itu, penulis akan menganalisa penerapan PAK berbasis kompetensi di SMA Budya Wacana yang didukung dengan uraian dan analisa mengenai kondisi nara didik, kondisi pendidik, kondisi proses pendidikan yang terjadi dan yang diharapkan, serta situasi sosial dan organisasi di SMA Budya Wacana, Yogyakarta. Bab IV :RANCANGAN METODE MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KELAS I SMA BUDYA WACANA, YOGYAKARTA Penulis akan memberikan rancangan metode yang dapat digunakan dalam PAK berbasis kompetensi di SMA Budya Wacana kelas I (metode-metode tersebut dipilih berdasarkan situasi, kondisi, dan kebutuhan SMA Budya Wacana yang telah diuraikan serta dianalisa pada bab III). Rancangan metode tersebut akan diuraikan berdasarkan jumlah tatap muka

15 selama 1 tahun ajaran ~ 2 semester. Kiranya rancangan metode tersebut dapat dimanfaatkan bagi nara didik SMA Budya Wacana kelas I di tahun ajaran baru yang akan datang. Bab V :KESIMPULAN Penulis akan memberikan kesimpulan dari apa yang telah penulis telaah dan teliti dalam rangka penulisan skripsi ini. Kiranya kesimpulan yang ada dapat menjadi suatu wacana yang dapat diingat oleh para pembaca serta memberikan suatu spirit bagi para pendidik maupun orang-orang yang menaruh minat terhadap dunia pendidikan untuk terus berperan serta memajukan sistem pendidikan nasional di Indonesia.