BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi perubahan integritas molekuler (Sheehan 1997 dalam Sumarsono, 2011).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki

I. PENDAHULUAN. (2014) minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

I. PENDAHULUAN. Industri batik memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

PROGRAM STUDI BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

I. PENDAHULUAN. dalam limbah, antara lain dari instalasi kimia, bengkel logam, rumah sakit (Lee

Teknik Bioremediasi Hidrokarbon

Isolasi Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon di Tanah Tercemar Lokasi Perbengkelan Otomotif

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Judul Tugas Akhir STABILISASI LIMBAH MENGANDUNG Cu DENGAN CAMPURAN SEMEN PORTLAND DAN BENTONIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Riau sebagai penghasil lebih 50 % minyak bumi skala nasional,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu sasaran

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses produksinya menghasilkan limbah yang mengandung sulfat dan

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Konservasi Tanah & Remediasi. Angga Yuhistira

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah

FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun

SKRIPSI PEMANFAATAN LUMPUR AKTIF DALAM REMIDIASI MINYAK PELUMAS BEKAS MOBIL PENUMPANG DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI INDIGENUS

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

PENCEMARAN TANAH DAN CARA PENANGGU LANNYA

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

Desain & Pemantauan Kinerja Bioremediasi Hidrokarbon

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

I. PENDAHULUAN. lingkungan dapat menyebabkan pencemaran tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

lingkungan terutama perairan banyak disumbangkan oleh usaha-usaha seperti pertambangan, pertanian, perkebunan, industri dan kegiatan domestik yang men

Klorin merupakan unsur halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Xu dkk (2005) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003).

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

I. PENDAHULUAN. Sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik merupakan

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya, setiap hari industri tersebut memproduksi sebanyak liter

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan mengutamakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan hidup itu. dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan energi utama yang sulit tergantikan sampai saat ini. Dalam produksi minyak bumi dan penggunaannya, dapat menghasilkan buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Salah satu bahan yang dihasilkan dalam industri pengilangan minyak adalah oil sludge atau yang juga dikenal dengan lumpur minyak bumi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999 limbah oil sludge tercantum dalam limbah berbahaya dan beracun (Anonimus,1999 a ). Pada PP no. 18 pasal 10 tahun 1999 mengatakan bahwa penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkan paling lama 90 (sembilan puluh ) hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3 (Anonimus,1999 b ). Sehingga diperlukan upaya untuk segera mengatasi limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan. Produksi kilang minyak yang menghasilkan minyak bumi sekitar 2,8 juta barrel per bulan mampu menghasilkan oil sludge 10.000 barrel per tahun (Fahruddin, 2010). Limbah oil sludge mengandung unsur-unsur logam seperti Pb, Cd, dan lain sebagainya. Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya jika dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Novianti, 2010). Syafrizal, et al. 2010 mengatakan bahwa oil sludge terdiri dari minyak, air, abu, 1

2 karat tangki, pasir dan bahan-bahan lainnya. Komposisi hidrokarbon yang terkandung dalam lumpur minyak terdiri dari 57 % hidrokarbon alifatik, 29 % hidrokarbon aromatik, dan 14 % hidrokarbon asphaltik, sedangkan sisanya berupa komponen non-hidrokarbon (Fahruddin, 2010). Kandungan senyawa hidrokarbon dalam lumpur minyak (oil sludge) seperti benzena, toluena, etilbenzena, xylena dan logam-logam berat berpotensi karsinogenik. Degradasi lingkungan akibat pembuangan lumpur dari sumber polusi industri adalah masalah nyata di beberapa negara. Situasi ini bahkan lebih buruk di negara-negara berkembang seperti Nigeria di mana sedikit atau tidak ada perlakuan yang dilakukan sebelum pelepasan limbah oil sludge ke lingkungan (Asia, dkk, 2006). Kondisi tersebut serupa dengan keadaan di Indonesia yang juga merupakan negara berkembang, sehingga masih diperlukan penanganaan serius terhadap limbah ini. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi limbah ini, antara lain secara fisik dengan penyaringan lapisan lumpur yang mengapung, secara kimia dengan penggunaan surfaktan sintetik. Namun, metode-metode tersebut masih memberikan dampak negatif terhadap lingkungan serta masih memerlukan biaya pengoperasian yang mahal (Fahruddin, 2010). Sehingga dalam penelitian ini akan digunakan metode secara biologi yang aman bagi lingkungan. Secara biologi, salah satu upaya dalam pengolahan limbah oil sludge adalah metode biodegradasi menggunakan bakteri, yaitu dengan cara menginokulasikan konsorsium bakteri yang mampu mendegradasi oil sludge tersebut. Laju degradasi mikroba terhadap minyak bumi bergantung pada beberapa faktor, yaitu faktor

3 fisik dan lingkungan, faktor konsentrasi serta faktor kemampuan mikroba pendegradasi (Aniriani, 2011). Salah satu yang ikut berperan dalam degradasi oil sludge adalah lama waktu inkubasi. Pada proses degradasi ini dibutuhkan waktu agar suatu isolat bakteri dapat melakukan perombakan bahan pencemar dan melakukan metabolisme bahan. Sehingga, dapat terjadi proses degradasi terhadap bahan pencemar secara sempurna. Menurut El-Naggar, 2010 waktu Shaking dipengaruhi oleh sifat fisik sampel oil sludge, pada umumnya, degradasi minyak meningkat seperti halnya terjadi peningkatan pada waktu Shaking. Hal ini berarti semakin lama waktu shaking atau waktu inkubasi dengan menggunakan shaker, maka semakin memungkinkan terjadinya degradasi oil sludge yang lebih besar. Susunan senyawa yang kompleks, seperti minyak bumi menyebabkan suatu spesies tunggal mikroorganisme tidak dapat mendegradasi keseluruhan komponen penyusun minyak bumi tersebut, karena setiap spesies bakteri membutuhkan substrat yang spesifik. Beberapa bakteri yang berinteraksi saling menguntungkan dalam bentuk konsorsium sangat berperan selama berlangsungnya proses degradasi minyak bumi ( Nugroho, 2006). Biodegradasi produk minyak bumi yang bersifat kompleks dengan menggunakan kultur campuran lebih efektif daripada kultur murni, karena kemampuan enzimatis yang dihasilkan juga lebih kompleks dan kemungkinan terbentuknya senyawa intermediet yang bersifat toksik dapat diatasi dengan memilih mikroba pendegradasi yang tepat (Abalos et al., 2004). Untuk itu, usaha pencarian dan pengembangan jenis konsorsium mikroba yang dinamis dan sinergis dengan konsentrasi konsorsium mikroba yang tepat perlu dilakukan sehingga bioremediasi tanah yang tercemar minyak menjadi

4 cepat. Pengaruh bioremediasi dapat dilihat dari peningkatan Total Plate Count (TPC) atau jumlah mikroba (CFU/g-tanah) dan penurunan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) atau kadar minyak residu (g/g-tanah) (Sumarsono,2009 ). Perdana, et al., 2010, telah berhasil mendapatkan 7 isolat bakteri hidrokarbonoklastik potensial dari lumpur pantai kenjeran yang tercemar minyak. Namun, isolat tersebut belum dilakukan uji lebih lanjut terkait dengan kemampuannya dalam mendegradasi oil sludge. Penelitian tentang kombinasi variasi lama waktu inkubasi dan jenis konsorsium oleh isolat bakteri tersebut terhadap degradasi oil sludge belum pernah dilakukan. Sehingga, menarik untuk diteliti. Pemilihan jenis bakteri penyusun masing-masing konsorsium didasarkan pada kemampuan isolat dalam mendegradasi komponen hidrokarbon penyusun oil sludge. Penelitian ini diharapkan akan didapatkan suatu kombinasi variasi lama waktu inkubasi dan jenis konsorsium bakteri yang efektif untuk mendegradasi oil sludge. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah perbedaan jenis konsorsium bakteri lama waktu inkubasi berpengaruh terhadap biodegradasi oil sludge? 2. Apakah perbedaan lama waktu inkubasi berpengaruh terhadap biodegradasi oil sludge? 3. Apakah kombinasi variasi lama waktu inkubasi dan jenis konsorsium bakteri berpengaruh terhadap biodegradasi oil sludge dan kombinasi variasi lama waktu inkubasi dan jenis konsorsium bakteri manakah yang mampu mendegradasi oil sludge paling baik?

5 1.3 Asumsi Penelitian Isolat penyusun konsorsium didapatkan dari lumpur pantai kenjeran yang tercemar minyak. Oil sludge tersusun atas senyawa hidrokarbon alifatik,poliaromatik dan senyawa non-hidrokarbon. Bakteri diisolasi dari lingkungan tercemar minyak tersebut diasumsikan memiliki kemampuan dalam mendegradasi hidrokarbon. Degradasi oil sludge membutuhkan suatu konsorsium mikroba. Variasi lama waktu inkubasi dan jenis konsorsium bakteri mempengaruhi degradasi hidrokarbon dalam oil sludge yang ditandai dengan perbedaan jumlah sel bakteri (CFU/mL) dan berat residu oil sludge (g). 1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis kerja: Jika kombinasi jenis konsorsium bakteri dan lama waktu inkubasi berpengaruh terhadap biodegradasi oil sludge, maka variasi kombinasi jenis konsorsium bakteri dan lama waktu inkubasi akan memberikan perbedaan dalam degradasi oil sludge yang ditandai dengan perbedaan jumlah sel mikroba (CFU/mL) dan berat residu oil sludge (g). 1.4.2 Hipotesis statistik H0 1 :Tidak ada pengaruh antara variasi kombinasi jenis konsorsium bakteri dan perbedaan lama waktu inkubasi pada berat residu oil sludge (g). H1 1 :Ada pengaruh antara variasi kombinasi jenis konsorsium bakteri dan perbedaan lama waktu inkubasi pada berat residu oil sludge (g).

6 H0 2 :Tidak ada pengaruh antara variasi kombinasi jenis konsorsium bakteri dan perbedaan lama waktu inkubasi pada jumlah sel bakteri (CFU/mL). H1 2 :Ada pengaruh antara variasi kombinasi jenis konsorsium bakteri dan perbedaan lama waktu inkubasi pada jumlah sel bakteri (CFU/mL). 1.5 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis konsorsium bakteri terhadap biodegradasi oil sludge. 2. Untuk mengetahui pengaruh lama waktu ikubasi terhadap biodegradasi oil sludge. 3. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi variasi lama waktu inkubasi dan jenis konsorsium bakteri yang mampu mendegradasi oil sludge paling baik. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsorsium bakteri paling baik dalam mendegradasi oil sludge. Sehingga hasil konsorsium bakteri paling baik nantinya akan dapat digunakan untuk mengurangi residu oil sludge pada tangki penyimpanan hasil pengilangan minyak bumi dan dapat digunakan sebagai salah satu agen bioremediasi pada lahan tercemar limbah oil sludge.