BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Identifikasi Objek Pada Jembatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

BAB III METODE PELAKSANAAN

STUDI AWAL MONITORING DEFORMASI STRUKTUR JEMBATAN DENGAN METODE TERRESTRIS (Studi Kasus : Jembatan Cipada, Tol Cipularang )

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

1. Manajemen Pejalan Kaki

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

Sri Rahaju dan Sri Wilarso Budi R

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum 1.2. Latar Belakang

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

12/1/ Pengaturan 2.Keseimbangan 3.Warna 4.Legibilitas (Kemudahan dibaca) 5.Menarik

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada Proyek pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier Pada UPTD

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

PERTEMUAN KE 6 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

PENENTUAN LOKASI (Route Location)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

Overpass (Flyover) vs Underpass

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

4 BAB IV HASIL DAN ANALISA

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik.

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KONTUR.

I. PENDAHULUAN. perkembangan dunia konstruksi sekarang ini banyak sekali hal-hal yang

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

9. K omunikasi Bukti Bukti Secara Visual

maksud tertentu sesuai dengan kegunaan dan pesan yang akan disampaikan, berupa

BAB I PENDAHULUAN. kayu, jembatan baja, jembatan beton, dan jembatan komposit. Jembatan

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PERTEMUAN 5 (PENGUJIAN KONSEP) Senin, 7 November 2016

BAB III METODOLOGI LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DASAR-DASAR FENG SHUI

C A C A T DAN KEGAGALAN KONSTRUKSI Ir Sumardjito, MT.

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB IV STUDI LONGSORAN

Pemberdayaan Masyarakat


DESAIN DUDUKAN JEMBATAN MODEL MENYILANG PADA JEMBATAN RANGKA BAJA. Oleh : PONSIANUS YOGI PRATAMA NPM. :

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

PETA TOPOGRAFI. Oleh Ign. Sudarno

Perencanaan Peningkatan Jalan Ungaran-Cangkiran BAB III METODOLOGI START. Identifikasi Masalah dan Inventarisasi Kebutuhan Data

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB III METODOLOGI START. Identifikasi Masalah dan Inventarisasi Kebutuhan Data. Survey dan Pengumpulan Data. Data Cukup?

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

BAB. I Kompas Geologi

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Modul 10 Garis Kontur

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN MENDISKRIPSIKAN KONSEP PENGUKURAN BESARAN-BESARAN LISTRIK 4. DATA ALAT UKUR

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

Metode Ilmu Ukur Tanah

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Identifikasi Objek Pada Jembatan Identifikasi objek dilakukan pada saat survey penyuluhan (reconnaissance). Kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi berupa foto dari beberapa objek di sekitar jembatan. Gambar 4.1 Identifikasi objek sekitar jembatan Tanda panah kuning pada gambar 4.1 menunjukkan tanah yang terkikis di sekitar Jembatan Cipada. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik tanah dan aliran air dari Sungai Cipada. Sedangkan tanda panah merah menunjukkan struktur pondasi tambahan untuk menambah kekuatan struktur bawah jembatan. Penambahan struktur tersebut dilakukan sebagai antisipasi longsoran di area tersebut. Hasil identifikasi ini dapat dijadikan landasan untuk dilakukan pengukuran monitoring deformasi jembatan. 35

4.2 Analisis Target Titik Obyek yang dijadikan target dalam penelitian ini berupa titik. Pemilihan obyek titik sebagai target disebabkan kondisi kenampakan dari detail-detail pada struktur jembatan. Yang terpenting sebagai syarat mutlak untuk suatu target bahwa target merupakan bagian dari obyek atau terdapat pada obyek (Soedomo, 2003), dalam hal ini objek jembatan. Target yang sudah ditetapkan tersebut, akan dihitung posisi Horisontal dan vertikal. Analisis target titik dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : 4.2.1 Posisi penempatan target titik Penempatan target perlu memperhatikan sebaran dan jumlah targetnya. Sebaran target sebanyak 8 titik pada segmen jembatan dianggap mewakili objek penelitian. Penempatan target dilakukan pada struktur bawah jembatan. Pertimbangan penempatan target pada struktur bawah tersebut didasarkan pada sifat dari struktur jembatan. Bagian struktur bawah jembatan berperan dalam menopang seluruh beban struktur atas untuk disalurkan ke pondasi jembatan. Selain penempatan target pada struktur bawah, ditempatkan pula target pada struktur atas. Bagian ini merupakan bagian yang berinteraksi langsung dengan beban yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem dll. Dengan demikian, penempatan target pada bagian struktur atas dan bawah jembatan menjadi penting untuk melihat kemungkinan terjadinya deformasi. Segmen jembatan yang berada di atas Sungai Cipada, dilakukan juga penempatan target sebanyak 2 titik. Penempatan target ini didasarkan pada kondisi tanah di bawah struktur jembatan yang mengalami penurunan tanah dikarenakan terkikis oleh air sungai seperti terlihat pada gambar 3.6. 36

4.2.2 Bentuk target Titik target berupa tonjolan besi seperti pada gambar 4.1. Benang silang alat Tonjolan Besi Gambar 4.2 Target tonjolan besi Idealnya suatu target berupa titik atau tanda silang (cross). Pengukuran monitoring deformasi dilakukan secara kontinyu (time series). Dengan demikian bidikan harus menuju tempat yang sama di setiap melakukan pengukuran yakni di satu titik. Pada pengukuran target, yang dibidik adalah bagian atas lingkaran tonjolan besi seperti ditunjukkan panah hijau pada gambar 4.1. Pada bidikan tersebut, karena tidak diberi tanda (mark) maka dapat menimbulkan inkonsistensi target untuk pengukuran selanjutnya. 4.3 Analisis Desain Benchmark Pemilihan benchmark disesuaikan dengan kondisi lapangan dan memperhatikan beberapa faktor, seperti keamanan dan kondisi tanah di area pengukuran. Kondisi tanah di sekitar Jembatan Cipada bersifat gembur karena merupakan areal pertanian warga. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, tanah yang gembur tersebut memiliki kedalaman kurang lebih 50 cm. Untuk kedalaman lebih dari 50 cm sudah termasuk jenis batuan keras Dengan pertimbangan tersebut, maka monumentasi benchmark dalam penelitian ini berupa pilar dengan spesifikasi tertentu (seperti pada gambar 3.18). 37

4.4 Analisis Kerangka Dasar Pengukuran Pemilihan lokasi dan sebaran titik ikat menjadi faktor penting dalam pembuatan kerangka dasar pengukuran. Sebaran titik ikat ini dipengaruhi oleh kondisi akses menuju lokasi penelitian. Tanda lingkaran kuning pada gambar 4.3 berupa perbukitan dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat sehingga tidak cocok jika menempatkan titik ikat di area tersebut. Tanda merah adalah segmen jembatan yang dijadikan objek penelitian. Lokasi penempatan titik ikat berada di areal pertanian masyarakat daerah setempat. Jarak antara titik ikat dan segmen jembatan kurang lebih 70 meter. Jumlah titik sebanyak 3 buah titik sudah dianggap cukup sebagai titik ikat dalam pengukuran target. Gambar 4.3 Area Pengukuran Titik ikat yang digunakan dalam pengukuran monitoring deformasi jembatan tidak harus 3 buah titik. Pengukuran target pada segmen jembatan lebih optimal diamati dari titik 1 dan titik 2 saja. Sedangkan titik 3 digunakan sebagai titik ikat pada pengukuran target yang terdapat pada segmen jembatan di atas Sungai Cipada (tanda biru pada gambar 4.3). 38

Titik 3 tidak dapat digunakan sebagai titik ikat pada pengamatan segmen jembatan yang bertanda merah. Hal ini disebabkan posisi titik 3 terlalu dekat dengan segmen jembatan tersebut sehingga jika dipaksakan melakukan pengamatan kedudukan teropong sangat curam (sudut vertikal mendekati 0 derajat). Kedudukan teropong seperti demikian tentu akan menyulitkan personil yang melakukan pengamatan karena posisi badan saat mengukur harus agak membungkuk. 39