BAB I PENDAHULUAN. kebebasan berpikir atau membuat konsep-konsep serta kebebasan. makna demokrasi yang didalamnya ada unsur-unsur keikutsertaan rakyat

dokumen-dokumen yang mirip
Perhitungan Penerimaan Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor Pada Kantor. Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat kita bahas melalui topik tersebut. Pada kesempatan ini, penulis ingin

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi di bawah Kementrian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

Kata Kunci: pelayanan Barang Impor, Prosedur Pelaksanaan Barang Impor

BAB I PENDAHULUAN. impor merupakan suatu fenomena yang setiap saat selalu terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. bagi Indonesia, untuk itu Negara Indonesia menghimpun dana tersebut mengingat

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan kunci utama bagi pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tipe Madya Pabean B Yogyakarta antara lain: Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, membutuhkan. ditempuh pemerintah adalah melalui pembangunan nasional.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.04/2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Oleh : I GEDE DANU ISWARA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Abstrak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK. 011/2011 TENTANG

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi perekonomian negara kita dalam meningkatkan proses

BAB II LANDASAN TEORI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN


BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS KEGIATAN IMPOR BARANG PADA KANTOR PENGAWASAN DAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori atas Penyelesaian BM & PDRI pada Pekerjaan Subkontrak dari Kawasan Berikat ke TLDDP pada KPPBC TMC Kudus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BAHAN AJAR TEKNIS KEPABEANAN PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI KEPABEANAN DAN CUKAI. Drs. AHMAD DIMYATI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KE LUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 65/PMK.04/2007 TENTANG PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR

UPAYA MENGURANGI POTENSI KERUGIAN NEGARA DARI PENYIMPANGAN IMPOR CBU

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT FASILITAS KEPABEANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seiring perkembangan jaman, pajak sangat dibutuhkan baik di perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang. dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan. itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dan

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK.04/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

Modul ke: PPh Pasal 22. Fransisca Hanita Rusgowanto S.Kom, M.Ak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1.Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 25 /BC/2005 TENTANG

Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-12/BC/2001 tanggal 20 April 2001 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia Manusia dalam kehidupan bermasyarakat dikatakan bebas dan terkait. Beberapa prinsip kebebasan manusia, antara lain kebebasan untuk menetapkan pilihan dan mengambil keputusan, kebebasan berpikir atau membuat konsep-konsep serta kebebasan mengadakan perbaikan kehidupan. Pengendalian sosial terkandung dalam makna demokrasi yang didalamnya ada unsur-unsur keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan, pertanggung jawaban pemerintah terhadap rakyat, dukungan rakyat dalam pemerintahan, dan kontrol masyarakat terhadap tindakan pemerintah. Untuk menjaga agar hukum dijalankan sebaikbaiknya oleh para penegak hukum dan warga masyarakat, untuk melindungi hak-hak asasi manusia dari tindakan sewenang-wenang, dan untuk melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat baik kepentingan politil, sosial, ekonomi, dan budaya. Didalam kerangka kehidupan masyarakat yang bersifat menyeluruh tindakan perusahaan selalu berkaitan dengan masyarakatnya. Antara perusahaan dan masyarakat ada hubungan timbal balik. 1

Masyarakat menjadi wadah bagi setiap perusahaan untuk bertindak dan berinteraksi guna mencapai tujuan. Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan di Indonesia menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha,khususnya perdagangan luar negeri yang mengarah pada globalisasi, sangat berpengaruh pada pemerintah, kerena berpengaruh untuk meningkatkan kinerja dalam pelayanan bisnis. Dengan adanya kebijakan dan peraturan yang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan di Indonesia. Khususnya eksportir dan importir agar dapat meningkatkan produktivitas dan kelancaran arus barang dan penumpang di Indonesia, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pemasukan devisa bagi negara. Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berfungsi sebagai fasilitas perdagangan harus dapat membuat suatu hukum kepabeanan yang dapat mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai. Dalam tugas pokok di bidang kepabeanan dan cukai terkandung misi yang saling terkait antara lain yaitu: mengamankan penerimaan negara dari sektor impor, ekspor dan cukai, melancarkan arus barang, membantu menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pertimbuhan industri dan 2

investasi melalui pemberian fasilitas kepabeanan dan cukai untuk menjamin perlindungan masyarakat terhadap ekses negatif yang timbul sebagai akibat dari masuknya barang-barang pembatasan dan larangan. Fungsi utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sebagai pengumpul penerimaan yang merupakan pendapatan negara untuk membiayai pembangunan nasional. Peranan fungsi ini berubah sesuai dengan perubahan situasi perkonomian dan sosial negara. Pada saat ini dimana Indonesia dalam keadaan krisis di segala bidang khususnya di bidang ekonomi, fungsi ini menjadi salah satu prioritas yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Penerimaan yang dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berupa bea masuk yang merupakan pajak atas perdagangan internasional dan cukai yang merupakan pajak spesifik terhadap barang-barang tertentu. Pemungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor memakai sistem Official Assessment, dimana Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan perhitungan dan pemungutan atas barang kiriman. Lain halnya dengan barang impor pada umumnya, importir melakukan kegiatan menghitung, memberitahukan dan membayar bea masuk dan pajak dalam rangka impornya sendiri atau Self Assessment. Kemudian untuk penentuan nilai pabean barang kiriman tetap berdasar pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 Tentang Nilai 3

Pabean untuk Perhitungan Bea Masuk, dimana nilai pabean yang dimaksud nilai transaksi dari barang yang bersangkutan sesuai International Commercial Term (Incoterms), yaitu dengan menggunakan terminologi penyerahan barang Cost, Insurance and Freight (CIF), biayabiaya transportasi dan asuransi harus ditambahkan kedalam biaya yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar. Nilai pabean merupakan nilai yang digunakan sebagai dasar menghitung Bea Masuk dan Pajak dalam Rangka Impor. Kegunaan penentuan nilai pabean bagi pihak pabean adalah untuk meneliti kebenaran nilai pabean yang diberitahukan oleh Importir. Jika pemberitahuan nilai pabean oleh importir adalah benar, maka benar penghitungan Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor. Importir yang nakal cenderung untuk memanipulasi pemberitahuan nilai pabean ini dengan maksud ia dapat membayar Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor yang rendah. Caranya ialah dengan memalsukan dokumen pelengkap pabean berupa invoice atau mengubah uraian barang atau spesifikasi teknis barang yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pajak dalam rangka impor (PDRI) adalah pajak yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai atas impor barang yang terdiri dari PPN, PPh pasal 22, PPnBM. Dalam menetapkan bea masuk, cukai dan Pajak dalam rangka impor (PDRI), Indonesia menerapkan sistem self assesment, di mana pengguna jasa diharuskan untuk menghitung, 4

menetapkan dan membayar sendiri besarnya pungutan yang harus dibayarkan. Oleh karena itu setiap pengguna jasa kepabeanan harus mengetahui bagaimana cara penghitungan pungutan Bea Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka impor. Penerimaaan bea masuk selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setiap tahunnya target penerimaan bea masuk selalu meningkat. Berikut ini adalah contoh tabel dengan data Target Penerimaan dan Realisasi yang di peroleh setiap bulannya dan dapat di hitung penerimaan pabean serta cukai setiap tahunnya pada Seksi Perbendaharaan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai.Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada Tahun Anggaran 2014 dimana target penerimaan bea masuk meningkat, bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2012-2013. 5

Tabel 1.1 Target dan Realisasi penerimaan bea masuk pada KPPBC Tipe Madya Pabean Ngurah Rai 2012-2013 Tahun Anggaran S Target Penerimaan bea masuk (Rp.) Realisasi Penerimaan bea masuk (Rp.) 2012 3.120.000.000,00 7.375.874.861,00 2013 6.120.000.000,00 8.531.587.175,82 Sumber Data : Bidang Perbendaharan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai, 2015 Berdasarkan data di atas, bahwa target penerimaan bea masuk dinaikkan secara signifikan, namun realisasinya pun ternyata menunjukkan kenaikkan yang cukup tinggi. Sehingga untuk pencapaian target penerimaan bea masuk selama dua tahun anggaran selalu melebihi dari target. Direktorat Jendral Bea dan cukai di bidang penerimaan yang terus membaik utamanya dua tahun terakhir ini antara lain disebabkan oleh tekad dan kemauan seluruh jajaran Direktorat Jendral Bea dan cukai untuk mewujudkan visi Direktorat Jendral Bea dan cukai untuk menjadikan institusi Direktorat Jendral Bea dan cukai sejajar dengan institusi kepabeanan dan cukai dunia dalam citra dan kinerja serta dalam mencapai misi Direktorat Jendral Bea dan cukai untuk memberikan 6

pelayanan yang terbaik bagi industri, perdagangan dan masyarakat termasuk pemerintah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok permasalahan adalah Bagaimana Perhitungan Penerimaan Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai. 1.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan penerimaan bea masuk dan pajak dalam rangka impor pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai Tuban. 1.3 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat yang mengacu baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat di atas adalah : 1) Manfaat Teoritis Penyusunan tugas akhir ini diharapkan mampu menambah ilmu, informasi,serta bahan referensi bagi mahasiswa yang terkait mengenai Perhitungan Penerimaan Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai 7

2) Manfaat Praktis Pada Penelitian ini teori-teori yang diperoleh pada saat perkuliahan dapat digunakan sebagai kegunaan teoritis dan dapat memberikan informasi yang berguna dalam merencanakan perpajakan agar lebih baik di masa yang akan dating. 1.4 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran lebih lanjut terutama dalam hal Perhitungan Penerimaan Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Ngurah Rai. Penulisan laporan tugas akhir studi ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis sehingga antara satu bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Adapun sistematika penyajian dalam laporan ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka Bab ini dibahas mengenai landasan teori yang menguraikan tentang teori-teori yang menunjang pembahasan terhadap masalah dalam laporan ini yaitu : Pengertian pajak,sistem pemungutan 8

pajak,pengertian Impor,Nilai Pabean, Penerimaan Bea Masuk,Pajak Dalam Rangka Impor,Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN),Pengertian Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),Pajak Penghasilan,Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Kegiatan Impor Barang,Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Bab III : Metode Penulisan Bab ini berisikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan ini yang meliputi lokasi penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang Gambaran Umum Perusahaan tempat penelitian berlangsung yaitu Perhitungan Penerimaan Bea Masuk Dan Pajak Dalam Rangka Impor dan penulis melakukan penelitian pada objek penelitian dan berikut membahas hasil penelitian. 9

Bab V : Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan yang dibuat berdasarkan uraian pada bab sebelumnya serta saran-saran yang berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. 10