BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab gangguan kesehatan dan kematian sebelum waktunya, yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan masalah yang masih sulit diselesaikan hingga saat ini. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah dipublikasikan kepada masyarakat, namun kebiasaan merokok masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto, 2012). Saat ini konsumsi rokok telah menjadi fenomena yang mendunia, terutama terjadi di negara berkembang yang sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat miskin, dan dari jumlah perokok yang terbanyak berasal dari kelompok masyarakat tersebut. Mereka pula yang memiliki beban ekonomi dan kesehatan yang terberat akibat rokok, dari sekitar 1 milyar perokok di seluruh dunia, 80% diantaranya di negara-negara berkembang (WHO, 2012). Di Negara-negara berkembang, masyarakat miskin menghabiskan pengeluaran rumah tangga sepuluh kali lipat untuk rokok dibandingkan untuk pendidikan (Prabaningrum dan Wulansari, 2008). Menteri Kesehatan RI, meluncurkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia tahun 2011, hasilnya menunjukkan Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67,0 % pada laki-laki dan 2,7 % pada wanita (Depkes RI., 2012). Wanita mendapat paparan asap rokok lebih tinggi dari pada laki-laki. 1

2 Wanita diperkirakan mencapai 36,7 juta atau 4 kali lipat dari laki-laki menjadi korban paparan asap rokok (perokok pasif). Jumlah total semua kelompok umur menjadi perokok pasif di rumah sendiri sekitar 65 juta (66% populasi perempuan). Paparan asap rokok lebih banyak terjadi di rumah tangga dibandingkan dengan paparan asap rokok di tempat kerja (TCSC-IAKMI, 2011). Prevalensi rumah tangga bebas asap rokok tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu keluarga yang tidak bebas asap rokok mencapai sebesar 59,8%. Prevalensi perokok pasif tertinggi berada di Kabupaten Gunungkidul dan terendah di Kota Yogyakarta. Kelompok perokok pasif sangat tinggi diperlihatkan dari 83% rumah tangga yang biasa merokok di dalam rumah, dan pengeluaran rokok menempati urutan kedua pengeluaran rutin dengan persentase 14% atau rata-rata Rp. 111.000 per bulan. (Dinkes Provinsi DIY APBD Provinsi DIY, 2012). Perokok aktif dan perokok pasif memiliki risiko tinggi terkena berbagai macam penyakit akibat rokok. Hal ini disebabkan oleh racunracun dari rokok tersebut dapat terakumulasi di dalam tubuh (Kumboyono, 2010). Perokok aktif mempunyai risiko 2-4 kali lipat untuk terkena penyakit jantung koroner dan memiliki resiko lebih tinggi untuk kematian mendadak, sedangkan perokok pasif memiliki resiko terkena penyakit kanker 30% lebih besar dibandingkan dengan perokok aktif itu sendiri (PP RI No. 19 Tahun 2003), dan pengaruh

3 asap rokok pada perokok pasif 3 kali lebih buruk daripada debu atau batu bara (Aditama, 1997 cit Irnawati 2007). Dampak rokok terhadap kesehatan sering disebut sebagai silent killer karena timbul secara perlahan dalam tempo yang relatif lama, tidak langsung dan tidak nampak secara nyata (Puryanto, et al., 2012). Kebiasaan merokok merupakan salah satu penyebab utama penyakit tidak menular diseluruh dunia, antara lain penyakit kardiovaskular, penyakit serebrovaskuler, stroke, jantung, impotensi, berbagai jenis kanker yang disebabkan oleh berbagai bahan kimia atau partikel yang ada di dalam asap rokok tersebut (Aditama, 2004). Paparan asap rokok juga menurunkan 20 % kadar asam folat di dalam tubuh, sehingga paparan asap rokok pada ibu hamil menyebabkan gangguan pertumbuhan janin di dalam kandungan (Ward C, et al., 2007). Merokok atau terus-menerus menghirup asap rokok orang lain (walaupun ibu itu sendiri tidak merokok) dikaitkan dengan retardasi pertumbuhan janin dan peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi dan perinatal (Bobak, et al., 2005). Ibu hamil, suami ibu hamil, dan keluarga perlu menyadari bahwa paparan asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan bayi mereka yang belum lahir. Amasha dan Jaradeh (2012) menyatakan 88,9% asap rokok berbahaya bagi janin. Dampak merokok pasif bagi janin dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, congenital neonatal malformation, letak janin sungsang, persentasi

4 janin (bokong), janin hipoksia, berat badan lahir rendah, bayi lahir mati dan risiko cacat bawaan. Ibu hamil yang menjadi perokok pasif berisiko tinggi mengalami kehamilan dan persalinan yang buruk dibandingkan dengan yang tidak terpapar asap rokok. Efek buruk pada kehamilan seperti meningkatkan resiko tinggi kelahiran prematur, anemia, hipertensi dalam kehamilan, dan efek buruk pada persalinan seperti meningkatkan resiko ketuban pecah dini (PROM), malpresentation, kelahiran caesar, kelahiran sungsang, dan induksi persalinan (Britton, et al., 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Gunungkidul pada tanggal 15 November 2012 melalui wawancara dengan pegawai Dinas Kesehatan Gunung Kidul bagian promosi kesehatan diketahui dari data survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga, perokok yang merokok di dalam rumah sebanyak 65,4% sedangkan perokok yang tidak merokok di dalam rumah sebanyak 34,6%. Dinas Kesehatan Gunung Kidul sudah mempunyai 40 dusun binaan kawasan bebas asap rokok dari 25 desa sejak tahun 2009 dilakukan secara bertahap yaitu tiap tahun 10 dusun binaan, dan perokok hanya dilarang merokok di kawasan bebas asap rokok itu saja. Prevalensi perokok pasif masih cenderung mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan prevalensi perokok aktif disebabkan karena banyaknya keluarga dengan ekonomi rendah lebih

5 mengutamakan penggunaan uang untuk rokok daripada untuk pendidikan (Prabaningrum dan Wulansari, 2008), kurangnya tingkat pengetahuan akan pentingnya kesehatan dan bahaya perokok pasif bagi keluarga, serta kurangnya kesadaran untuk berhenti merokok, sehingga peneliti perlu memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan) salah satunya adalah dengan memberikan konseling dan paket edukasi tentang bahaya perokok pasif bagi ibu hamil terhadap tingkat pengetahuan suami. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian konseling dan paket edukasi tentang bahaya perokok pasif bagi ibu hamil terhadap tingkat pengetahuan suami di Puskesmas Wonosari I Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Peneliti tertarik memberikan konseling dan paket edukasi untuk intervensi tentang bahaya perokok pasif bagi ibu hamil agar bisa meningkatkan pengetahuan suami yang lebih baik tentang bahaya ibu hamil perokok pasif. B. Rumusan Masalah Wanita hamil perokok pasif dapat mengakibatkan gangguan kehamilan dan janin, karena paparan asap rokok selama kehamilan akan berakibat buruk pada ibu hamil, terutama terhadap janin. Efek buruk pada kehamilan seperti meningkatkan risiko tinggi kelahiran prematur, anemia, hipertensi dalam kehamilan, dan efek buruk pada persalinan seperti meningkatkan risiko ketuban pecah dini (PROM),

6 malpresentation, kelahiran caesar, kelahiran sungsang, dan induksi persalinan, sedangkan dampak merokok pasif bagi janin dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, congenital neonatal malformation, letak janin sungsang, persentasi janin (bokong), janin hipoksia, bayi lahir mati dan risiko cacat bawaan. Ibu hamil dan suami ibu hamil perlu menyadari bahwa paparan asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan ibu hamil dan bayi mereka yang belum lahir. Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang, dapat ditarik perumusan masalah apakah ada pengaruh pemberian konseling dan paket edukasi tentang bahaya perokok pasif bagi ibu hamil dengan tingkat pengetahuan suami di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konseling dan paket edukasi bahaya perokok pasif bagi ibu hamil terhadap tingkat pengetahuan suami. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan antara suami yang mendapatkan konseling dan paket edukasi bahaya perokok

7 pasif bagi ibu hamil dengan suami yang tidak mendapatkan konseling dan paket edukasi bahaya perokok pasif bagi ibu hamil. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan masukan dan informasi selaku pihak yang mempunyai kewenangan dalam masalah bahaya perokok pasif bagi ibu hamil, serta sebagai masukan untuk kebijakan anti rokok. 2. Bagi Institusi Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ilmiah dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang. 3. Bagi Peneliti Menjadi bahan pembelajaran dalam melaksanakan penelitian untuk dikembangkan, dan sebagai bahan bacaan dan refrensi bagi peneliti lain di masa yang akan datang tentang bahaya merokok pasif bagi ibu hamil.

8 E. Penelitian Terkait Tabel 1. Penelitian Terkait Nama & Tahun Judul Metodologi Penulis 1 Latifah, L. (2012) Penulis 2 Sulistiawati, D. (2012) Penulis 3 Nugraheni N.D (2012) Penulis 4 Oktriasi, K. (2011) Penulis 5 Saputri, W. (2013) Perbeda an Penulis 5 dengan penulis 1, 2, 3 dan 4. Pengaruh Paket Edukasi Tentang Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wanita Premenpause Dalam Menghadapi Menopause Di Dusun Murangan VIII, Triharjo, Sleman, Yogyakarta. Pengaruh Pemberian Paket Edukasi tentang Manajemen Laktasi terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Pengaruh Pemberian Paket Edukasi tentang Manajemen Laktasi terhadap Keterampilan Ibu Menyusui di Puskesmas Megarsang Yogyakarta. Pengaruh SMS (Short Message Service) Tentang Bahaya Merokok terhadap Pengetahuan dan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta. Pengaruh Paket Edukasi Bahaya Perokok Pasif Bagi Ibu Hamil terhadap Tingkat Pengetahuan Suami. Perbedaan dari penulis 5 dengan penulis 1, 2, 3 dan penulis 4 yaitu terletak pada perbedaan variabel penelitian dan tempat penelitian. Penulis 5 mengetahui pengaruh pemberian paket edukasi tentang bahaya merokok pasif bagi ibu hamil sebagai variable bebas dan tingkat pengetahuan suami sebagai variabel terikat, penulis 5 melakukan penelitian di Puskesmas Wonosari I Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, sedangkan penulis 1 mengetahui pemberian paket edukasi tentang menopause sebagai variabel terikat dan tingkat pengetahuan dan sikap wanita premenopause sebagai variabel bebas, penulis 1 melakukan penelitian di Dusun Murangan VIII, Triharjo, Sleman, Yogyakarta. Penulis 2 mengetahui pemberian paket edukasi tentang manajemen laktasi sebagai variabel bebas dan variabel terikatnya yaitu tingkat pengetahuan dan sikap ibu menyusui, penulis 2 dan penulis 3 melakukan penelitian di tempat yang sama yaitu di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Penulis 3 variabel bebas dari penelitiannya yaitu : pemberian paket edukasi tentang manajemen laktasi dan keterampilan ibu dalam menyusui sebagai variabel terikat, penulis 4 SMS (Short Message Service) bahaya merokok sebagai variabel bebas dan sebagai variabel terikatnya yaitu perilaku merokok dan skor pengetahuan tentang bahaya rokok, penelitian dilakukan di SMA Negeri 11 Yogyakarta.

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Konseling a. Pengertian Konseling Konseling merupakan pemberian nasehat atau anjuran kepada orang lain secara face to face (bertatap muka) (Enjang, 2009). Konseling juga merupakan bagian dari bimbingan sehingga konseling berarti kegiatan yang paling penting dalam bimbingan. Oleh karena itu, konseling sangat memberi arti pada bimbingan, dimana konseling ini merupakan suatu peroses kegiatan yang didalamnya terdapat seorang konselor dan konseli. Konselor berarti orang atau individu yang memberikan bantuan layanan konseling, sedangkan konseli merupakan orang yang menerima bantuan layanan konseling (Priyanto, 2009). b. Tujuan Konseling Tujuan dilakukannya konseling adalah untuk membantu konseli dalam memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan dan untuk mencapai tujuan penentuan diri (selfdetermination) konseli melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi konseli (McLeod, 2010). 9