Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci: menelusuri, makna novel, struktural, semiotik.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Perjalanan manusia dalam mengarungi kehidupan tidaklah lurus dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan tanggung jawab. Karya sastra lahir dari seorang pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. dan mengulas cerita tentang kesenian tradisional Jawa. Melalui novel Ronggeng

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra menjadi lahan yang sangat luas untuk diteliti atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan komunikasi hadir mengelilingi kehidupan manusia sehari-hari. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

Transkripsi:

1 Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di tengahtengah masyarakat tiada luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra adalah gambaran kehidupan. Walaupun sebagai gambaran, karya sastra tidak pernah menjiplak kehidupan. Karya sastra merupakan hasil pemikiran tentang kehidupan yang berbentuk fiksi dan diciptakan oleh pengarang untuk memperluas, memperdalam dan memperjernih penghayatan pembaca terhadap salah satu sisi kehidupan yang disajikannya (Saini K.M, 1986:14-15). Pengarang adalah anggota masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian, terciptanya sebuah karya sastra oleh seorang pengarang secara langsung atau tidak langsung merupakan kebebasan sikap budaya pengarang terhadap realitas yang dialaminya. Oleh karena itu, dalam proses penciptaan karya sastra lebih banyak disebabkan oleh kontinuitas kehidupan yang tidak pernah habis antara nilai realitas sosial dengan nilai ideal dalam diri pengarang.

2 Sebagaimana pendapat Saini K.M di atas, Sapardi Djoko Damono menegaskan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan itu sebagai suatu kenyataan sosial yang menyangkut hubungan masyarakat dengan orang perorang, antara manusia dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang menjadi bahan 1 sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat (Sapardi Djoko Damono, 1984:1). Selaras dengan pendapat Sapardi Djoko Damono tersebut, Jakob Sumardjo menyatakan bahwa perkembangan individu sastrawan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk masyarakatnya. Seorang sastrawan belajar menjadi sastrawan dari lingkungan masyarakatnya. Latar belakang sosial dan budaya masyarakat mempengaruhi bentuk pemikiran dan ekspresi sastrawan (Jakob Sumardjo, 1999:1). Jadi, karya sastra seorang pengarang mengandung nilai-nilai kognitif konteks budaya dan nilai-nilai ideal kehidupan pengarang. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokohtokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia. Novel lahir dan berkembang dengan sendirinya sebagai sebuah genre pada cerita atau menceritakan sejarah dan fenomena sosial. Karya sastra termasuk novel mempunyai fungsi dulce et utile yang artinya menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca melalui penggambaran kehidupan nyata. Sebagai karya cerita fiksi, novel

3 sarat akan pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan. Oleh karena itu, novel harus tetap merupakan cerita menarik yang mempunyai bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik. Dengan adanya unsur-unsur estetik, baik unsur bahasa maupun unsur makna, dunia fiksi lebih banyak memuat berbagai kemungkinan dibandingkan dengan yang ada di dunia nyata. Semakin tinggi nilai estetik sebuah karya fiksi, secara otomatis akan mempengaruhi pikiran dan perasaan pembaca. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang di dalamnya memuat nilai-nilai estetika dan nilai-nilai pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan. Dengan demikian, sastra sebagai teks harus dilihat pula dalam konteks. Seorang pengarang menciptakan novel dalam konteks tertentu, cerita yang dilukiskan di dalamnya bersumber dari masyarakat imajiner yang dikehendaki atau ditolaknya. Oleh karena itu, pengarang sebagai bagian dari masyarakat dengan kekuatan imajinasinya dapat melahirkan sebuah karya sastra dari permasalahan sosial masyarakat yang melingkupinya. Ia selalu terikat oleh pengalaman hidupnya, pengetahuannya, pendidikannya, tradisinya, wawasan seninya, dan sebagainya. Ia hidup dan berelasi dengan orang-orang dan lingkungan sosial budaya di sekitarnya, maka tak mengherankan kalau terjadi interaksi dan relasi antara pengarang dan masyarakatnya. Kegelisahan masyarakat menjadi kegelisahan para pengarang. Begitu pula harapan-harapan, penderitaan-penderitaan, aspirasi mereka menjadi bagian pola diri pribadi pengarang-pengarangnya. Itulah sebabnya sifat dan persoalan suatu

4 zaman dapat dibaca dalam karya-karya sastranya (Jakob Sumardjo dan Saini K.M, 1991:3). Pernyataan di atas menandakan bahwa suatu karya sastra tidaklah akan cukup diteliti dari aspek strukturnya saja tanpa kerjasama dengan disiplin ilmu lain, karena masalah yang terkandung di dalam karya sastra pada dasarnya merupakan masalah masyarakat. Adakalanya, seni sastra juga dapat mewakili kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu diciptakan. Berkaitan dengan hal tersebut, objek penelitian ini di antaranya aspek sosial yang memuat masalah tradisi warok, penggemblakan, dan kemiskinan. Adapun cerita novel ini yaitu perjuangan tokoh utama Sapto Linggo dalam memberantas tradisi penggemblakan. (Penggemblakan yakni praktik homoseksual yang dilakukan oleh seorang warok kepada anak lelaki di bawah umur (10-17 tahun) untuk mendapatkan kesaktian (Muhammad Zamzam Fauzanafi, 2005:79)). Bermula dari himpitan sosial dan ekonomi, Sapto Linggo sang tokoh utama harus merelakan dirinya menjadi piaraan seorang warok. (Warok dalam hal ini yaitu orang lelaki yang mempunyai kedudukan tinggi di Ponorogo dan memelihara gemblak untuk dijadikan pemuas nafsu seksnya agar mendapat kesaktian (Muhammad Zamzam Fauzanafi, 2005:198)). Oleh karena itu, keluarga Sapto pun telah dijadikan pelanggan gemblak. Namun, Sapto sadar bahwa takdirnya harus dan bisa diubah sehingga ia berusaha sekolah. Akhirnya, Sapto menjadi guru, ia berusaha mengajarkan kebenaran dan rasa percaya diri pada jiwa murid-muridnya agar selalu menegakkan kebenaran sekalipun pahit. Sapto berharap, murid-muridnya tidak seperti dirinya yang membiarkan kejelekan, sementara tak secuil pun muncul keberanian untuk menentang praktik

5 penggemblakan. Berdasarkan keyakinan agamanya (Islam), hal itu adalah sesuatu yang salah dan harus cepat diubah agar tidak terus-menerus berada dalam kubangan kesalahan. Di samping itu, Sapto juga menjadi seorang pengarang yang isinya memperjuangkan penghapusan tradisi penggemblakan yang selama ini pernah dirasakannya. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik mengkaji novel Toenggoel karya Eer Asura karena berlatar belakang masyarakat Ponorogo, Jawa Timur yang khas dengan tradisi reyog berikut gemblaknya. Selain itu, bila ditinjau dari permasalahanpermasalahan yang terdapat dalam novel Toenggoel tampak bahwa dari seluruh ceritanya mengungkap masalah-masalah sosial, yaitu: penggemblakan, kemiskinan, dan kawin lari. Dari masalah sosial tersebut timbul rasa penasaran peneliti untuk mendeskripsikan aspek sosial novel Toenggoel. Adapun alasan lain peneliti memilih novel Toenggoel karena novel ini belum pernah diteliti. Pengecekan ini dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Yogyakarta (FPBS UNY), Fakultas Sastra Universitas Diponegoro (FS UNDIP), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (FKIP UMS), dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret (FSSR UNS). Pada penelitian ini akan digunakan tinjauan struktural dan aspek sosial. Maksudnya, novel Toenggoel terlebih dahulu akan dianalisis unsur pembangun karya sastra yang meliputi: penokohan, alur, latar, tema, dan amanat, maka akan mudah diketahui aspek sosial yang terdapat didalamnya. Mengingat bentuk dan isi karya

6 sastra menangkap realitas yang terjadi di masyarakat beserta permasalahanpermasalahannya. Adapun aspek sosial novel Toenggoel ini di antaranya menguak tradisi gemblak yang masih terjadi di Ponorogo. Karya sastra yang dilahirkan dapat mewakili aspirasi dan cerminan kondisi suatu masyarakat tertentu. Cukup relevan novel Toenggoel ini dikaji melalui pendekatan struktural. Pendekatan struktural ini diharapkan dapat mengungkap dan mendeskripsikan unsur pembangun novel Toenggoel dan aspek sosial novel Toenggoel. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengambil judul: STRUKTUR SASTRA DAN ASPEK SOSIAL NOVEL TOENGGOEL KARYA EER ASURA. B. Pembatasan Masalah Penelitian ini masalah akan dibatasi pada: 1. Struktur novel Toenggoel yang akan dianalisis meliputi: unsur penokohan, alur, latar, tema dan amanat karena unsur-unsur tersebut lebih erat hubungannya dengan permasalahan yang akan dibicarakan. 2. Konteks eksternal yang meliputi: aspek kepengarangan novel Toenggoel (riwayat hidup pengarang dan pandangan dunia pengarang terhadap masalah penggemblakan, kemiskinan, dan kawin lari), dan. aspek sosial novel Toenggoel. C. Perumusan Masalah

7 Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah struktur novel Toenggoel? 2. Bagaimanakah konteks eksternal novel Toenggoel yang meliputi: aspek kepengarangan dan aspek sosial? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan struktur novel Toenggoel yang meliputi: unsur penokohan, alur, latar, tema dan amanat karena unsur-unsur tersebut lebih erat hubungannya dengan permasalahan yang akan dibicarakan. 2. Mendeskripsikan konteks eksternal novel Toenggoel yang meliputi: aspek kepengarangan (riwayat hidup pengarang dan pandangan dunia pengarang terhadap masalah penggemblakan, kemiskinan, dan kawin lari) dan aspek sosial. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoretis maupun manfaat secara praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.

8 1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah penelitian Sastra Indonesia khususnya dalam hal studi analisis novel tentang struktur sastra dan aspek sosial. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk mengetahui budaya tradisi daerah Ponorogo, Jawa Timur. Selain itu, pembaca dapat menambah wawasan tentang struktur sastra dan aspek sosial novel Toenggoel. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa bab sebagai berikut. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi kajian teori dan kerangka pikir. Kajian teori tersebut terdiri dari pendekatan struktural dan aspek sosial. Bab ketiga terdiri dari metode penelitian yang memuat objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penarikan kesimpulan. Bab keempat memuat analisis struktural novel Toenggoel yang terdiri dari: penokohan, alur, latar, tema, dan amanat.

9 Bab kelima merupakan konteks eksternal yang memuat aspek kepengarangan novel Toenggoel yang meliputi: riwayat hidup pengarang dan pandangan dunia pengarang terhadap masalah kemiskinan, penggemblakan, dan kawin lari. Selain itu, diungkap pula aspek sosial novel Toenggoel. Bab keenam, penutup yang berisi kesimpulan hasil analisis dan dilengkapi saran-saran.