Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

TABEL 4 * JUMLAH TENAGA PENGADAAN BERSERTIFIKAT DI PUSAT

R.Fendy R.Fe Dharma Dha Saputra

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA DINAS Nomor : ND 6/D4/1/2017 Tanggal : 16 Januari 2017

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEMBAGIAN TUGAS DI KEDEPUTIAN BADAN PENGAW

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

REKAPITULASI TARGET PNBP KEMENTERIAN/LEMBAGA TA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Repu

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan

contoh : contoh :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000 TENTANG

PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia?

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

MENTERI KEUANGAN R I

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2001 TENTANG

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA EVALUASI AKHIR TAHUN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 (BERDASARKAN DATA TRIWULAN IV LAPORAN PP 39/2006)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang Pelayanan Publik No. 25/2009

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 173 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB. Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

ffi SALINAN Dalam rangka melanjutkan pengendalian dan pengamanan pelaksanaan Untuk bphn.go.id

I. UMUM. Saldo...

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

No Pemerintahan (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis ak

KONFIGURASI KEANGGOTAAN DPR 560 ANGGOTA

2013, No.11 2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tent

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN.

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Menimbang : 1. Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga K

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

Menteri Keuangan RI KLASIFIKASI MENURUT ORGANISASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Efisien Akuntabel Efektif Adil/Tidak Diskriminatif Prinsip pengadaan barang/jasa Transparan Bersaing Terbuka

KORUPSI dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun IPK Urutan 2012 3.2 118 2013 3.2 114 2014 3.4 107 Sumber : Transparency International

KORUPSI dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kasus korupsi yang ditangani KPK terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa: Tahun Jumlah 2012 11 dari 107 kasus 2013 9 dari 70 kasus 2014 15 dari 58 kasus Sumber : Laporan Tahunan KPK

Fakta : ADB, Bank Dunia : 10% 50% BPK : 20% 50% BPKP : 10% - 30% Inefisiensi PBJP Asumsi : 1. APBN 2015 sebesar 2.039 T 2. 40% (+ Rp. 800 T) dibelanjakan melalui pengadaan B/J 3. inefisiensi 20%, sebesar Rp. 160 T

Inefisiensi PBJP Rp. 160 T setara dengan: Jembatan Suramadu + 5T = 32 unit/th Bandara Perintis + @50M = 3.200 unit/th

Inefisiensi PBJP Garis Kemiskinan : Rp. 312.328/kapita/bulan Mensubsidi 4.269.016 orang miskin Indonesia selama 10 tahun

L K P P Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Sektor Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah???

Dasar Hukum Ratifikasi United Nation Convention Against Corruption 2003 melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006. Perpres Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. Pasal 116 Ayat (2), (3), (4) Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Dasar Hukum Inpres Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. Inpres Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015.

Dasar Hukum Perka LKPP Nomor 11 Tahun 2015, tentang perubahan atas Perka LKPP No. 11/2014 Keputusan Deputi IV Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Prosedur Operasional Standar Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Stranas PPK 2012-2025

Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Rencana Aksi Pelaksanaan Whistleblower System pada Instansi Pemerintah dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Sub Rencana Aksi Tersedianya Whistleblowing System yang dapat dimanfaatkan oleh K/L dan Pemda pada Portal Pengadaan Nasional. Evaluasi terhadap Whistleblowing System di K/L dan Pemda.

Roadmap Stranas PPK 2012-2025 Target IPK/CPI 10 8 6 4 2 0 7.9 8 6.5 5 2012-2014 2015-2019 2019-2024 2025 STRANAS PPK 2011-2015 INPRES 9/2011 INPRES 17/2011 INPRES 1/2013 INPRES 2/2014 INPRES 7/2015

Perkembangan WBS Tahun Dasar Penugasan Peran LKPP 2011 Inpres 9/2011 Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011 2012 Inpres 17/2011 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 2013 Inpres 1/2013 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013 Hasil Penanggung jawab Perka LKPP Nomor 13 Tahun 2011 SOP Pembangunan aplikasi Sosialisasi Penanggung jawab Perka LKPP Nomor 7 Tahun 2012 Pengembangan aplikasi Sosialisasi dan pelatihan Pilot project= 1 Lembaga, 1 Prov, 3 Kab Penanggung jawab Perka LKPP Nomor 10 Tahun 2013 Perbaikan aplikasi Sosialisasi dan pelatihan Pengguna= 2 Lembaga, 3 Prov, 3 Kab 2014 Inpres 2/2014 Pihak Terkait Perka LKPP No. 11 Tahun 2014 Perbaikan aplikasi Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Verifikator & Penelaah Pengguna 51 K/L/I ; 3 Prov, & 3 Kab.

Target WBS 2015 (Inpres 7/2015) No Aksi Penanggung jawab Instansi Terkait Kriteria keberhasilan Ukuran keberhasilan 48. Pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang dan jasa Seluruh Kementerian/ Lembaga Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Meningkatnya pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa melalui e-procurement 5) Tersedianya WBS yang dapat dimanfaatkan oleh K/L dan Pemerintah Daerah pada portal pengadaan nasional

Target WBS 2015 (K/L yg belum menggunakan) Target Ukuran Keberhasilan Data Pendukung B07 Terbitnya Surat Keputusan Pimpinan K/L atau Pejabat yang berwenang tentang penetapan verifikator dan penelaah Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Terbukanya akun Verifikator dan Penelaah Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Surat Keputusan (SK) Pimpinan K/L atau Pejabat yang berwenang tentang penetapan verifikator dan penelaah Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disampaikan ke LKPP 1. Surat Permohonan dari Pimpinan K/L atau Pejabat yang berwenang untuk pembukaan akun verifikator dan penelaah disampaikan ke LKPP; 2. Akun (ID) Verifikator dan Penelaah yang disampaikan kepada verifikator dan penelaah oleh Administrator Sistem dalam bentuk e-mail B09 B12 Terlaksananya peningkatan kapasitas verifikator dan penelaah Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Tersedianya laporan evaluasi tindak lanjut pengaduan (WBS) dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 1. Surat permohonan dari Pimpinan K/L atau Pejabat yang berwenang untuk pelatihan bagi Verifikator dan Penelaah disampaikan ke LKPP; 2. Bukti pelaksanaan pelatihan. Laporan evaluasi tindak lanjut pengaduan (WBS) dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dari Pimpinan K/L atau Pejabat yang berwenang kepada LKPP.

Target WBS 2015 (K/L yg sudah menggunakan) Target Ukuran Keberhasilan Data Pendukung B07 1.Tersedianya laporan aktivitas WBS 2.Terlaksananya perencanaan dan persiapan implementasi WBS 1. Laporan aktivitas WBS 2. Usulan rencana kegiatan anggaran kepada pimpinan K/L B09 B12 1. Tersedianya laporan aktivitas WBS 2. Terlaksananya pelaksanaan kampanye 1. Tersedianya laporan aktivitas WBS 2. Tersedianya laporan pelaksanaan kampanye 1. Laporan aktivitas WBS 2. Bukti penayangan informasi publik kampanye WBS 1. Laporan aktivitas WBS 2. Laporan pelaksanaan kampanye

K/L/I yang telah menggunakan WBS PBJP No. K/L/D/I 1. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) 2. Badan Informasi Geospasial (BIG) 3. Badan Intelijen Negara (BIN) 4. Badan Kepegawaian Negara (BKN) 5. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 6. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) 7. Badan Narkotika Nasional (BNN) 8. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indo 9. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 10. Badan Pengawas Pemilihan Umum

K/L/I yang telah menggunakan WBS PBJP No. K/L/D/I 11. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) 12. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 13. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 14. Badan Pusat Statistik (BPS) 15. Badan SAR Nasional (Basarnas) 16. Badan Standardisasi Nasional (BSN) 17. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) 18. Dewan Ketahanan Nasional 19. Kabupaten Bengkulu Utara 20. Kabupaten Hulu Sungai Selatan

K/L/I yang telah menggunakan WBS PBJP No. K/L/D/I 21. Kabupaten Hulu Sungai Utara 22. Kabupaten Sanggau, Kab. 23. Kejaksaan Agung RI 24. Kementerian Agama 25. Kementerian Badan Usaha Milik Negara 26. Kementerian Dalam Negeri 27. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 28. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 29. Kementerian Kehutanan 30. Kementerian Kelautan dan Perikanan

K/L/I yang telah menggunakan WBS PBJP No. K/L/D/I 31. Kementerian Kesehatan 32. Kementerian Ketenagakerjaan 33. Kementerian Keuangan 34. Kementerian Komunikasi dan Informatika 35. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 36. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 37. Kementerian Luar Negeri 38. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 39. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 40. Kementerian Pemuda dan Olah Raga

K/L/I yang telah menggunakan WBS PBJP No. K/L/D/I 41. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Biro 42. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 43. Kementerian Perdagangan 44. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional 45. Kementerian Perhubungan 46. Kementerian Perindustrian 47. Kementerian Pertahanan 48. Kementerian Pertanian 49. Kementerian Riset dan Teknologi 50. Kementerian Sekretariat Negara

K/L/I yang telah menggunakan WBS PBJP No. K/L/D/I 51. Kementerian Sosial 52. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) 53. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 54. Komisi Yudisial (KY) 55. Lembaga Administrasi Negara (LAN) 56. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 57. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) 58. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) 59. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) 60. Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia

K/L/I yang telah menggunakan WBS PBJP No. K/L/D/I 61. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) 62. Mahkamah Agung R.I. (M.A. R.I.) 63. Mahkamah Konstitusi R.I. (M.K. R.I.) 64. Majelis Permusyawaratan Rakyat RI (MPR RI) 65. Propinsi Jawa Barat 66. Propinsi Sulawesi Utara 67. Provinsi Sumatera Barat 68. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) 69. Sekretariat Kabinet

Tujuan

Manfaat

L K P P Ruang Lingkup Ketentuan WBS Peraturan Kepala ini berlaku bagi seluruh K/L/D/I yang melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah. Pasal 4 Perka LKPP No 11/2014

Siapa Whistleblower? Whistleblower adalah orang dalam Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang memiliki informasi/akses informasi dan mengadukan perbuatan yang terindikasi penyimpangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terjadi di dalam organisasi pengadaan tempat dimana orang tersebut bekerja

Kriteria Pengaduan Objek Pengaduan adalah seluruh perbuatan yang terindikasi terjadinya pelanggaran dalam proses Pengadaan Barang/Jasa baik bersifat Administrasi, Persaingan Usaha Tidak Sehat, dan Pidana Pelanggaran administrasi dalam Pengadaan Barang/Jasa meliputi: a. Kesalahan akibat kelalaian yang dilakukan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa; atau b. Kesalahan yang dilakukan yang tidak/belum terdapat indikasi tindakan pidana. Pelanggaran Persaingan Usaha Tidak Sehat meliputi: a. Persekongkolan tender; b. Posisi dominan; dan c. Peran ganda. Perbuatan pidana dalam pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi: a. Indikasi penipuan; b. Indikasi pemalsuan; dan/atau c. Indikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pasal 5 Perka LKPP No 11/2014

L K P P Informasi dalam Pengaduan (1) Nama kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/ institusi yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Identitas terlapor yang diketahui oleh Whistleblower diduga terlibat pelanggaran. Objek Pengaduan yang dilakukan oleh terlapor. Bukti/informasi yang mendukung Objek Pengaduan berupa: a. Dokumen; b. Gambar; dan/atau c. Rekaman. Pasal 6 Perka LKPP No 11/2014

L K P P Informasi dalam Pengaduan (2) Waktu terjadinya Objek Pengaduan yang dilakukan oleh terlapor; Nama unit kerja tempat terjadinya Objek Pengaduan dilakukan; dan Sumber informasi lain. Pasal 6 Perka LKPP No 11/2014

Tata Cara Pengaduan

Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pengaduan 4 APIP 3 Penelaah Pimpinan APIP KPPU Whistleblower Verifikator Instansi Penegak Hukum 1 2

Monitoring dan Evaluasi

Penyelenggaraan Whistleblowing System

L K P P Penyelenggara WBS PBJP Penyelenggara Whistleblowing System terdiri dari: 1. Penanggung Jawab; 2. Pengawas; 3. Administrator Sistem; 4. Sekretariat; 5. Penelaah; 6. Verifikator. Berada di LKPP Berada di masingmasing K/L/D/I Pasal 10 Perka LKPP No 11/2014

L K P P Tugas dan Kedudukan Pelaksana WBS (1) Pelaksana Tugas Verifikator 1. Melakukan penyaringan data/informasi berdasarkan kriteria yang tersedia dalam aplikasi Whistleblowing System; 2. Meminta kelengkapan data kepada Whistleblower; 3. Meneruskan pengaduan yang memenuhi syarat kepada Penelaah; dan 4. Mengusulkan pengembangan WBS kepada penanggung jawab. Penelaah 1. Membuat telaahan terhadap pengaduan beserta dokumen pendukung yang disampaikan oleh Verifikator; 2. Menentukan apakah pengaduan yang diajukan termasuk dalam kategori pelanggaran administrasi, pelanggaran persaingan usaha atau pelanggaran pidana; 3. Menyampaikan hasil telaahan kepada Pimpinan APIP Pemerintah Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi; dan 4. Mengusulkan pengembangan WBS kepada penanggung jawab. Pasal 19, 21 Perka LKPP No 11/2014

L K P P Tugas dan Kedudukan Pelaksana WBS (2) Pelaksana Tugas Administrator Sistem 1. Penyiapan, pemeliharaan dan pemantauan terhadap perangkat lunak, perangkat keras, aplikasi, jaringan serta keamanan Whistleblowing System; dan 2. Memfasilitasi akses terhadap penggunaan aplikasi kepada organisasi Whistleblowing System. Pengawas a. Mengawasi kinerja Whistleblowing System; b. Mengidentifikasi kendala yang timbul dalam pelaksanaan Whistleblowing System; c. Menerima usulan atau masukkan dari Verifikator dan Penelaah; dan d. Menindaklanjuti usulan atau masukkan dari Verifikator dan Penelaah kepada Penanggung Jawab. Pasal 13 & 15 Perka LKPP No 11/2014

L K P P Tugas dan Kedudukan Pelaksana WBS (3) Pelaksana Tugas Penanggung Jawab a. Mengembangkan Whistleblowing System; b. Menetapkan penempatan, pengangkatan dan pemindahan Pengawas dan Administrator Sistem Whistleblowing System; c. Menetapkan pejabat untuk melaksanakan pengembangan Whistleblowing System kepada Kepala LKPP. d. Memberikan data/informasi untuk kepentingan penyelesaian masalah/kasus berdasarkan surat perintah Kepala LKPP atas permintaan Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang terkait. Sekretariat Sekretariat bertugas membantu pelaksanaan tugas Penanggung Jawab, Pengawas dan Administrator Sistem Pasal 11 & 17 Perka LKPP No 11/2014

L K P P Penyelenggara WBS PBJP Syarat Verifikator: a. Pegawai K/L/D/I (PNS, TNI/POLRI, Pegawai Tetap pada Institusi yang menggunakan APBN/APBD); b. Bertugas sebagai Auditor atau ditugaskan secara khusus oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi; c. Memiliki integritas. Pasal 18 Perka LKPP No 11/2015

L K P P Penyelenggara WBS PBJP Syarat Penelaah: a. Pegawai K/L/D/I (PNS, TNI/POLRI, Pegawai Tetap pada Institusi yang menggunakan APBN/APBD); b. Bertugas sebagai Auditor atau ditugaskan secara khusus oleh Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi; c. Memiliki integritas. Pasal 20Perka LKPP No 11/2015

Akses Aplikasi Terhubung ke internet Diakses menggunakan web browser Buka alamat : https://wbs.lkpp.go.id

wbs.lkpp.go.id

Belum Pernah Mengadu

Sudah Pernah Mengadu

Login

Kirim Pengaduan

Isi Form Pengaduan

L K P P Terima Kasih http://wbs.lkpp.go.id