Formulasi Deterjen Berbahan Aktif Etil Ester Sulfonat dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa) dengan Penambahan Enzim Papain

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deterjen yang pertama dibuat adalah garam natrium dari lauril hidrogen sulfat. Saat ini : kebanyakan deterjen adalah garam dari asam sulfonat

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMBUATAN HANDSOAP DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) SEBAGAI ANTI BAKTERI.

KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE ABSTRACT

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

III. METODE PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR. Sabun Pencuci Piring Cair dengan Inovasi Penambahan Ekstrak Aloe Vera sebagai Anti Bakterial yang Bernilai Ekonomis Tinggi

APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT

METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR EKSTRAKSI MINYAK BIJI KETAPANG (Terminalia catappa) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK GORENG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH RASIO MOL REAKTAN DAN LAMA SULFONASI TERHADAP KARAKTERISTIK METHYL ESTER SULFONIC (MES) DARI METIL ESTER MINYAK SAWIT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Papain adalah enzim yang tergolong dalam protease sistein yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat melalui

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SEKAM PADI MENJADI NATRIUM SILIKAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDA FARIDA SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. DETERJEN CAIR

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

LAPORAN AKHIR PENGARUH WAKTU SULFONASI DALAM PEMBUATAN SURFAKTAN MES (METHYL ESTER SULFONATE) BERBASIS MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (CPO)

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Persiapan Bahan Baku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINTESIS, PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI METIL ESTER SULFONAT (MES) SEBAGAI BAHAN INTI DETERJEN DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan golongan surfaktan anionik yang dibuat

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI METANOL DAN LAMA REAKSI PADA PROSES PEMURNIAN METIL ESTER SULFONAT TERHADAP KARAKTERISTIK DETERGEN BUBUK

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

III METODE PENELITIAN. akuades, reagen Folin Ciocalteu, larutan Na 2 CO 3 jenuh, akuades, dan etanol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

3 METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

Sintesis, pemurnian dan karakterisasi metil ester sulfonat... (Chasani, dkk.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

3 METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

Transkripsi:

Formulasi Deterjen Berbahan Aktif Etil Ester Sulfonat dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa) dengan Penambahan Enzim Papain Moch. Chasani, Purwati, Senny Widyaningsih, Bina Larasati Program Studi Kimia MIPA, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman ABSTRAK Enzim papain merupakan salah satu enzim protease yang dapat dijadikan sebagai additive pada formulasi deterjen. Protease dalam deterjen secara spesifik membantu menghilangkan protein yang menodai pakaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan enzim papain terhadap karakteristik deterjen berbahan aktif etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang (Terminalia cattapa). Karakteristik deterjen yang ditentukan meliputi: Bahan tidak larut dalam air, Stabilitas emulsi, dan Stabilitas busa. Hasil penelitian merupakan bahan tidak larut dalam air dari deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut sebesar 6; 6; 5; 4; 5, dan 4%. Stabilitas emulsi deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut adalah 93,05; 90,20; 90,70; 94,55; 94,60 dan 96,05% dan Stabilitas busa deterjen tanpa penambahan papain dan deterjen enzimatik dengan penambahan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut adalah 83,33; 70,00; 78,33; 78,59; 73,64, dan 77,50%. Penambahan enzim papain pada deterjen hasil formulasi menggunakan surfaktan etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang berpengaruh terhadap karakteristik deterjen yang meliputi bahan tidak larut dalam air, stabilitas emulsi, dan stabilitas busa Kata kunci: Deterjen, Terminalia cattapa, papain. ABSTRACT Papain enzym is a type of protease enzym that can be utilised as an addive in the formulation of detergents. Protease in detergents may specifically assist the removal of stains on clothes. In this research, the effect of addition of papain enzym to the characteristics of ethyl esthersulphonate detergent prepared from Terminalia cattapa was investigated. It was found that the addition of papain enzym affected the detergent characteristics, such as solubility, emulsion stability, and foam stability. Keywords: Detergent, Terminalia cattapa, papain. 142

Jurnal Sains dan Teknologi Kimia ISSN 2087-7412 Volume 4. No. 2 Oktober 2013, hal 142-146 PENDAHULUAN Minyak biji ketapang akhir-akhir ini sudah mulai banyak dikembangkan, seperti Ilmiyatin (2011) telah membuat deterjen dari minyak biji ketapang sebagai bahan baku surfaktan namun deterjen tersebut masih banyak mengandung di-salt yang akan mengganggu kinerja etil ester sulfonat (EES). Hal ini mendorong peneliti lain melakukan kajian lanjutan. Penelitian oleh Chasani, dkk (2012) telah berhasil mengurangi produksi di-salt dengan penambahan etanol dan telah berhasil memformulasi deterjen EES murni dan diperoleh data bahwa formulasi deterjen paling optimum diperoleh dengan kadar EES murni 20 %. Formulasi pada pembuatan deterjen tidak lepas dari penambahan bahan aditif untuk meningkatkan kualitas deterjen yang dihasilkan. Menurut Kumar (1998) sebanyak 29% dari pemasaran global enzim dikuasai oleh industri deterjen untuk digunakan sebagai bahan additif. Enzim papain merupakan salah satu enzim protease yang dapat dijadikan sebagai additif. Kamelia, dkk (2005) menyebutkan bahwa protease adalah enzim yang menguasai 60% pemasaran enzim di dunia yang banyak diaplikasikan dalam industri makanan, industri kulit, industri farmasi, dan industri deterjen. Penghilangan kotoran berprotein oleh deterjen nonenzimatik menimbulkan noda permanen yang disebabkan oksidasi dan denaturasi akibat pemutihan dan pengeringan (Hasan et al., 2010). Protease dalam deterjen secara spesifik membantu menghilangkan protein yang menodai pakaian seperti noda darah dan telur. Menurut Sumarlin et al. (2011) enzim papain termasuk sistein protease golongan endopeptidase dimana papain dapat memecah protein pada tempattempat tertentu dalam molekul protein. Penelitian ini telah mengkaji karakterisasi deterjen berbahan dasar Etil Ester Sulfonat (EES) minyak biji ketapang dengan penambahan enzim papain. Formulasi deterjen dengan penambahan enzim papain diharapkan dapat mengangkat kotoran berprotein dan berlemak pada kain lebih sempurna. METODE PENELITIAN Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah EES murni dari minyak biji ketapang, etanol, xylena, Natrium karbonat (NaCO 3 ), STPP (Sodium tripolyphosphate), SLS (Sodium Lauril Sulphate), CMC (Carboxymethyl celulose), akuades, Natrium sulfat (Na 2 SO 4 ), Natrium Silikat (NaSiO 3 ), Enzim papain, deterjen komersial A, deterjen komersial B, parfum. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, seperangkat alat refluk, seperangkat alat destilasi, ph meter, magnetic stirer, oven, termometer, kertas saring, alumunium foil. Prosedur formulasi deterjen tanpa penambahan enzim papain Formula deterjen yang digunakan diadopsi dari formula Tyas (2012) seperti terlihat pada Tabel 3.1 dengan kadar EES murni 20%. Formulasi deterjen tanpa penambahan enzim digunakan sebagai kontrol dalam penelitian ini. Suhu pencampuran yang digunakan pada proses pembuatan deterjen adalah 60-70 ο C. Produk deterjen bubuk kemudian dikarakterisasi. 143

Tabel 3.1. Formula detergen Formula Bahan Baku % Massa (g) Surfaktan EES 20 20 STPP 15 15 Natrium karbonat 15 15 Natrium sulfat 15 15 Natrium silikat 7 7 SLS 6 6 CMC 3 3 Parfum 1 1 Air 15 15 Prosedur formulasi deterjen dengan penambahan enzim papain Formulasi deterjen dengan variasi penambahan enzim papain dibuat dengan konsentrasi enzim papain yang ditambahkan sebesar 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) ke dalam formulasi pada Tabel di atas. Suhu pencampuran yang digunakan pada proses pembuatan deterjen adalah 60-70 ο C. Produk deterjen bubuk kemudian dikarakterisasi. Karakterisasi Deterjen Karakterisasi deterjen hasil formulasi meliputi: Bahan tidak larut dalam air (SNI 06-4594-1998), stabilitas emulsi (ASTM 1436, 2000), dan stabilitas busa (Hui,1996) HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan deterjen enzimatis dalam penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi enzim papain yaitu 1, 3, 5, 7, dan 9%. Deterjen tanpa penambahan enzim papain dibuat sebagai kontrol. Perbedaan penggunaan konsentrasi enzim papain dalam formulasi bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi enzim papain yang mampu menghasilkan karakteristik deterjen bubuk paling baik. Bahan Tidak Larut Air Pengukuran bahan tidak larut dalam air dilakukan untuk mengetahui kemampuan kelarutan deterjen bubuk dalam air dan kandungan benda asing yang terdapat dalam deterjen bubuk hasil formulasi. Berdasarkan Gambar 1, hasil uji bahan tidak larut dalam air untuk deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) secara berturutturut sebesar 6, 6, 5, 4, 5, dan 4%. Deterjen komersial A dan B memiliki jumlah bahan tidak larut dalam air berturut-turut adalah 4% dan 2%. Menurut SNI jumlah bahan tidak larut dalam air untuk deterjen bubuk tidak boleh melebihi 1%. Berdasarkan data Gambar 1 menunjukkan semua deterjen enzimatik dan komersial tidak memenuhi nilai SNI. Secara umum nilai bahan tidak larut dalam air turun seiring naiknnya konsentrasi papain yang ditambahkan. Menurut Aprillia (2013) enzim papain memiliki sifat mudah larut dalam air. Hal ini dapat meningkatkan kelarutan deterjen dalam air sehingga nilai bahan tidak larut dalam air deterjen enzimatik rata-rata semakin kecil seiring naiknnya konsentrasi papain yang ditambahkan. 144

Jurnal Sains dan Teknologi Kimia ISSN 2087-7412 Volume 4. No. 2 Oktober 2013, hal 142-146 Bahan tidak larut air 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% Gambar 1. Grafik bahan tidak larut air deterjen enzimatik dan komersial Stabilitas Emulsi Pengujian stabilitas emulsi dilakukan untuk menguji kemampuan surfaktan sebagai salah satu bahan penyusun deterjen bubuk dalam mempertahankan emulsi air-xylene. Berdasarkan hasil penelitian pengujian stabilitas emulsi deterjen hasil formulasi dapat dilihat pada Gambar 2. Stabilitas emulsi 97.00% 96.00% 95.00% 94.00% 93.00% 92.00% 91.00% 90.00% 89.00% 88.00% 87.00% Gambar 2. Grafik stabilitas emulsi deterjen enzimatik dan komersial Berdasarkan Gambar 2 hasil uji stabilitas emulsi untuk deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) secara berturut-turut adalah 93,05, 90,20, 90,70, 94,55, 94,60, dan 96,05%. Deterjen komersial A dan B memiliki nilai stabilitas emulsi sebesar 96,04%, dan 95,02%. Deterjen dengan konsentrasi memiliki stabilitas emulsi paling tinggi. Stabilitas Busa Hasil pengukuran stabilitas busa deterjen tanpa penambahan papain dan deterjen enzimatik dengan penambahan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) secara berturut-turut adalah 83,33, 70,00, 78,33, 78,59, 73,64, dan 77,50%. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran stabilitas busa dapat dilihat pada Gambar 3. Stabilitas busa 85.00% 80.00% 75.00% 70.00% 65.00% 60.00% Gambar 3. Grafik stabilitas busa deterjen enzimatik dan komersial Standar menurut SNI untuk larutan deterjen bubuk pada konsentrasi 10-20% (b/b) memiliki nilai stabilitas busa antara 60-80%. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa deterjen enzimatik dengan penambahan papain 1, 3, 5, 7, dan 9% memenuhi standar SNI, sedangkan deterjen tanpa penambahan enzim dan deterjen komersial tidak memenuhi standar SNI. 145

KESIMPULAN Penambahan enzim papain pada deterjen hasil formulasi menggunakan surfaktan etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang berpengaruh terhadap karakteristik deterjen yang meliputi bahan tidak larut dalam air, stabilitas emulsi, dan stabilitas busa. DAFTAR PUSTAKA Antania, M.D.,( 2012), Pemurnian dan Karakterisasi Surfaktan Etil Ester Sulfonat (EES) dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattappa), Skripsi, Fakultas Sains dan Teknik, MIPA UNSOED, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan) ASTM D 1436, (2000), Standard Test Methods for Surface and Interfacial Tension of Solutions of Surface-Active Agents, Annual Book of ASTM standards, Vol 15.04. Easton, MD, USA. Attwood, D., and A. T Florence, (1983), Surfactant System : Their Chemistry Pharmacology and Biology, Champan and Hall, New York. Chasani, M. Senny, W, Purwati. (2012). Optimasi Kualitas dan Daya Kerja Produk Deterjen Berbahan Dasar Minyak Biji Ketapang (Terminalia catappa) yang Ramah Lingkungan. Laporan Penelitian. UNSOED Hasan, F., A.A. Shah, S. Javed, and A. Hameed, Enzymes Used in Detergents: Lipases, Faculty of Biological Science, Quaid-i-Azam University, Pakistan. Sumarlin, L.O., S Nurbayti, dan F Syifa, (2011), Penghambatan Enzim Pemecah Protein (Papain) oleh Ekstrak Rokok, Minuman Beralkohol dan Kopi Secara In Vitro, Valensi Vol.2 (3), 449-458. Tyas, I.A., (2012), Pembuatan dan karakterisasi Deterjen dengan Bahan Aktif Surfaktan Etil Ester Sulfonat (EES) Hasil Pemurnian dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa), Skripsi, Fakultas Sains dan Teknik, MIPA UNSOED, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan). Ilmiyatin, S., (2011), Pembuatan dan Karakterisasi Deterjen dengan Bahan Aktif Surfaktan Etil Ester Sulfonat (EES) dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa), Skripsi, Fakultas Sains dan Teknik, MIPA UNSOED, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan) Kumar CG, Malik RK, Tiwari MP, (1998). Novel enzyme-based detergents: An Indian perspective. Curr. Sci. 75: 1312-1318. SNI, (1998), Metil Ester, Badan Standarisasi Nasional, Standar Nasiona Indonesia, 06-4594-1998. 146