BAB I PENDAHULUAN. komunikasi tidak langsung berupa kegiatan menulis dan membaca.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, oleh karena itu pendidikan perlu dikaji secara baik. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 1 ayat (1) (dalam Samino, 2010:36) menyebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Kata Kunci: Bangun Ruang, Benda Konkret, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, mencerdaskan seluruh kehidupan bangsa dijadikan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

I. PENDAHULUAN. dihadapkan terhadap hal baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, siswa dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat. memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing.

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suardi, 2012:71). bangsa. Hal ini sebagaiman tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang serba canggih seperti saat ini, tentu saja manusia dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih baik. Sebuah proses perubahan yang dilakukan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Taman Kanak kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Seiring zaman yang selalu berkembang dan dunia pendidikan yang selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah diatur pada pasal 31 ayat 2 yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini perkembagan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan masyarakat yang moderen seperti sekarang ini dikenal dua macam cara untuk berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung berupa kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), sedangkan komunikasi tidak langsung berupa kegiatan menulis dan membaca. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatkanya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. M Zainal Falah (1988: 25), mengatakan bahwa pada dasarnya bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan serta kehendak dengan menggunakan lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan kata lain, bahasa sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain. Sedangkan fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh manusia. Maka dari itu, untuk memperjelas mengenai bahasa siswa akan diberi pengetahuan dan diajarkan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diarahkan agar siswa terampil dalam berkomunikasi, baik lisan maupun secara tertulis. Ki Hajar Dewantara (Dwi Siswoyo, dkk., 2008: 20), mengatakan pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak maksudnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar sebagai 1

manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Jadi mengembangkan potensi anak agar anak dapat mencapai kebahagiaan ataupun cita-cita yang diinginkan. Sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1), yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Terselenggaranya pendidikan tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan yang sudah ada. Kriteria guru yang baik adalah guru mampu memahami, mengerti dan mengenal karakteristik peserta didik. Selain itu guru juga mampu mengembangkan potensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik untuk memiliki bekal atau kemampuan yang akan diperlukan bagi dirinya selama ia hidup. Jean Piaget (Sugihartono, dkk., 2007: 109), mengemukakan bahwa tahap perkembangan anak Sekolah Dasar untuk kelas tinggi yaitu operasional konkret (7-11 tahun) yaitu perilaku yang ditunjukkan anak pada tahap ini adalah ide berdasarkan pemikiran dan membatasi pemikiran pada benda-benda serta kejadian yang akrab. Alasan penulis memilih SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom untuk dijadikan penelitian yaitu, karena Sekolah Dasar tersebut berasal dari tolak ukur yang tidak jauh berbeda, dari jumlah siswanya sama yaitu 18 siswa, kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sama, nilai rata-rata UAS Bahasa Indonesia semester 1 yaitu SD N 1 Serang 73,05 dan SD N 2 2

Mantrianom 72,5 selisih nilai rata-rata 0,55 jadi tidak ada perbedaan yang signifikan. KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu SD N 1 Serang 67 dan SD N 2 Mantrianom 66, selisih nilai rata-rata 1,0 jadi tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengalaman siswa sama karena siswa kelas V bertempat tinggal dalam satu wilayah, guru yang mengampu kelas tersebut guru yang mengampu kelas tersebut mempunyai jenjang kependidikan yang sama yaitu lulusan S1. Lokasi kedua Sekolah Dasar tersebut masih dalam satu kecamatan dan jarak dari kedua Sekolah Dasar tersebut ± 400 meter. Pendidikan di bangku Sekolah Dasar merupakan langkah awal dalam menimba sebuah ilmu. Pendidikan sangat penting, karena di dalam pendidikan terkandung pembinaan (pembinaan kepribadian), pengembangan (pengembangan kemampuan-kemampuan atau potensi-potensi yang perlu dikembangkan), dan peningkatan (misalnya dari tidak tahu menjadi tahu). Di Sekolah Dasar siswa mendapatkan kemampuan dan keterampilan pokok yang disebut 3R yaitu Reading, Ritting, Rithmetic (membaca, menulis, menghitung). Haryadi dan Zamzani (1996: 19), mengatakan bahwa kemampuan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Sebelum anak dapat melakukan berbicara, membaca, kegiatan menyimaklah yang pertama kali dilakukan. Secara beturut-turut pemerolehan kemampuan berbahasa pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan menyimak masih terus dikembangkan dikelas tinggi yaitu kelas IV, V, VI. Peningkatan kemampuan menyimak dimaksudkan agar siswa 3

sekolah dasar mampu memahami pembicaraan orang lain, baik langsung maupun lewat media seperti radio atau televisi. Selain itu juga, siswa mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menyimak diharapkan dapat meningkat. Berdasarkan hasil wawancara di SD N 1 serang dan SD N 2 Mantrianom pada tanggal 26 September 2011, diperoleh informasi bahwa (1) siswa merasa kurang berminat dalam pembelajaran menyimak, (2) konsentrasi siswa kurang terpusat karena dalam pembelajaran tidak menggunakan media yang menarik. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran menyimak. Kesulitan siswa dalam pembelajaran menyimak yaitu ketika siswa menyimak dongeng yang diceritakan guru, menggunakan media yang kurang menarik maka siswa lekas bosan dan ketika akan mengerjakan soal bersadarkan dongeng yang disimaknya siswa merasa sulit karena ketika menyimak konsentrasi siswa tidak terpusat pada menyimak. Azhar Arsyad (2009: 3), mengatakan media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan atau informasi yang disampaikan oleh guru, sedangkan penerima informasinya adalah siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran sangatlah penting demi pemahaman siswa terhadap suatu pembelajaran yang sedang diajarkan. Dengan adanya media pembelajaran, diharapkan bisa mengubah suasana 4

belajar dan proses belajar menjadi lebih hidup (aktif) serta untuk mempertinggi mutu pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar siswa yang lebih baik. Dalam pembelajaran menyimak, siswa kurang berminat dalam pembelajaran menyimak dongeng, karena ketika guru sedang menceritakan dongeng, lama kelamaan siswa kurang memperhatikan dongeng yang sedang diceritakan melainkan kebanyakan siswa bercerita dan bermain sendiri dengan temannya. Dalam kenyataannya sekarang guru jarang menggunakan media yang menarik dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut bisa membuat siswa lama kelamaan akan merasa lekas bosan dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran menyimak ketika guru menggunakan media yang kurang menarik siswa akan merasa jenuh dan konsentrasi siswa akan tidak terpusat dibandingkan dengan menggunakan media yang menarik. Kegiatan pembelajaran di SD Negeri 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom sebenarnya sudah menggunakan media, namun media yang digunakan hanya media gambar. Ketika guru menceritakan dongeng kepada siswa guru menunjukkan gambar sesuai dengan apa yang sedang diceritakan. Siswa merasa bahwa pembelajaran menyimak dongeng merupakan hal yang sulit dan membosankan karena yang dilakukan hanya mendengarkan dan menjawab soal dari dongeng tersebut, tetapi dengan pembelajaran menyimak dongeng jika dilakukan dengan menggunakan cara yang menarik serta menggunakan media wayang dalam menceritakan dongeng, maka siswa 5

akan merasa senang dan konsentrasi siswa akan lebih terpusat dibandingkan dengan yang tidak menggunakan meda wayang dalam pembelajaran menyimak. Bermacam-macam media yang digunakan dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu materi yang ada di SD yaitu tentang dongeng. Dalam pembelajaran mengenai dongeng bisa menggunakan media wayang, sehingga guru dalam menceritakan dongeng dengan menggunakan media wayang. Siswa akan menyimak dongeng yang sedang dibawakan oleh guru dari kegiatan tersebut siswa mengikuti kegiatan menyimak dongeng dengan perhatian yang sungguhsungguh. Dalam kegiatan pembelajaran menyimak dongeng di SD Negeri 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom guru hanya menggunakan media gambar dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang menarik. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan suatu penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Wayang Terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng di Kelas V SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom Kecamatan Bawang Banjarnegara. 6

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan hasil observasi sebelum penelitian dilaksanakan diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Siswa merasa kurang berminat dalam pembelajaran menyimak. 2. Konsentrasi siswa kurang terpusat karena dalam pembelajaran tidak menggunakan media yang menarik. 3. Media wayang belum pernah digunakan dalam pembelajaran menyimak dongeng. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka dalam penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh penggunaan media wayang terhadap kemampuan menyimak dongeng di kelas V SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom, Kecamatan Bawang, Banjarnegara. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan Apakah pembelajaran menggunakan media wayang berpengaruh terhadap kemampuan menyimak dongeng di kelas V SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom, Kecamatan Bawang, Banjarnegara?. 7

E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media wayang terhadap kemampuan menyimak dongeng di kelas V SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom, Kecamatan Bawang, Banjarnegara. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom, Kecamatan Bawang, Banjarnegara memiliki manfaat, secara teoritis dan praktis seperti berikut: 1. Secara Teoritis Penggunaan media wayang dalam pembelajaran menyimak dongeng dapat menjadi salah satu model pembelajaran di SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom, Kecamatan Bawang, Banjarnegara. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti 1) Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal media pembelajaran. 2) Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian-penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain. b. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pengetahuan serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. 8

c. Bagi siswa Untuk lebih meningkatkan minat dan prestasi belajarnya agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. d. Bagi guru 1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar. 2) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu, kualitas dan efektifias dalam penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 3) Sebagai panduan dalam upaya mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa. e. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif kepada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, sekolah dapat mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran untuk kegiatan belajar mengajar yang sesuai dan tepat untuk memperlancar proses pembelajaran di Sekolah Dasar. 9