WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K )

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 28 Tahun 2015 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2017 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

TENTANG STAN DAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS NON RAWAT INAP KOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

TENTANG. dan Jaminan

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

b. bahwa upaya pemerataan dokter spesialis dilakukan melalui wajib kerja dokter spesialis

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa hak atas kesehatan pada dasarnya dimiliki manusia sejak dalam kandungan; c. bahwa kesehatan ibu melahirkan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam rangka memberikan perlindungan guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas; d. bahwa keselamatan ibu dan anak merupakan prioritas guna menurunkan angka kematian dan kesakitan; e. bahwa dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat guna memberikan perlindungan dan lebih menjamin pelaksanaan Persalinan Aman, perlu diatur dengan Peraturan Walikota; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Persalinan Aman.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886 ); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4119); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4234); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419); 6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291); 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan; 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS;

17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran, Pengganti Air Susu Ibu; 18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu Secara Eksklusif Pada Bayi Di Indonesia; 19. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan Nomor 48/Men.PP/XII/2008 Nomor PER.27/MEN/XII/2008, dan Nomor 1177/Menkes/PB/XII/ 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja Di Tempat Kerja; 20. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Daerah (Lembaran Daerah Kota Singkawang Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Singkawang Nomor 16); 21. Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Singkawang (Berita Daerah Kota Singkawang Tahun 2009 Nomor 4). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERSALINAN AMAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Singkawang. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Walikota adalah Walikota Singkawang. 4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Singkawang. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang.

6. Tenaga Kesehatan adalah seorang profesional yang bekerja di bidang Kesehatan yang mempunyai kompetensi untuk menolong persalinan dan pelayanan Kesehatan Ibu dan anak, meliputi bidan, dokter, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dan dokter spesialis anak. 7. Tenaga Kesehatan lainnya adalah tenaga kesehatan selain tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada angka 6, seperti tenaga perawat, ahli gizi, sanitarian dan penyuluh kesehatan masyarakat. 8. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah institusi kesehatan baik negeri maupun swasta yang memberikan pelayanan persalinan, pengobatan, rawat inap, kesehatan ibu dan anak meliputi Pondok Bersalin Desa (Polindes), Puskesmas Pembantu (Pustu), UPT. Puskesmas, Bidan Praktek Mandiri dan Klinik Swasta. 9. Masyarakat adalah penduduk Kota Singkawang, 10. Bidan adalah seorang perempuan yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan mendapatkan izin untuk melaksanakan praktek kebidanan. 11. Dukun beranak adalah seorang perempuan yang diakui oleh masyarakat dalam mendampingi ibu hamil, pertolongan persalinan serta perawatan bayi baru lahir secara spiritual. 12. Kemitraan adalah kerjasama yang formal antara individu, kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu yang disepakati tentang komitmen dan harapan masing-masing dan berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. 13. Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi adalah suatu proses, kerjasama yang bersifat kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan antara bidan dan dukun bayi dalam membantu melakukan pendampingan pada seorang ibu dimulai dari saat hamil, membantu proses kelahiran berdasarkan fungsi dan kewenangannya, sehingga seorang ibu dapat melalui semua proses dengan baik, tenang, aman dan nyaman. 14. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat Daerah. 15. Camat adalah Kepala pemerintahan kecamatan yang berada dan bertanggung jawab kepada Walikota.

16. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja kecamatan. 17. Forum Multi Stakeholder adalah wadah bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, Pemerintah dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap Persalinan Aman. 18. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah Institusi Kesehatan baik Negeri maupun Swasta yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, meliputi Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Bidan Praktek Mandiri, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu (Pustu), Pondok Bersalin Desa (Polindesl), Klinik Swasta. 19. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. 20. Standar Pelayanan adalah tolak ukur yang diperlukan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. 21. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. 22. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktifitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. 23. Program Perencanaan Persalinan Aman dan Pencegahan Komplikasi yang selanjutnya disingkat P4K adalah suatu kegiatan di keluarga dan masyarakat yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran serta aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil,

bersalin dan nifas, termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Persalinan Aman dimaksudkan guna menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak dengan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan, pendekatan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Program P4K, kemitraan bidan dan dukun beranak yang memerlukan dukungan keterlibatan keluarga, kader, dukun beranak, masyarakat serta petugas kesehatan dan strategi promosi kesehatan. (2) Tujuan dibentuknya Peraturan ini : a. Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi; b. Memberikan perlindungan secara hukum bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dalam melaksanakan persalinan aman; c. Memberikan perlindungan secara hukum bagi ibu untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang aman; d. Menjamin pemenuhan hak ibu dan anak untuk mendapatkan pelayanan persalinan aman; e. Meningkatkan peranan dan dukungan keluarga, dukun beranak, masyarakat dan SKPD terhadap program persalinan aman; f. Menjaga kualitas/mutu pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta melalui penggunaan standar operasional prosedur; g. Membuka ruang kepada masyarakat untuk lebih berpartisipasi dan mengawasi kualitas pelayanan persalinan aman yang diberikan oleh fasilitas pemerintah dan swasta; h. Menjamin keterlibatan masyarakat, transparansi, akuntabilitas, responsibilitas fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta dalam memberikan pelayanan persalinan aman; dan

i. Mendorong peran keluarga, masyarakat, swasta dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan persalinan aman melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Gerakan Sayang Ibu, Kemitraan Bidan dan Dukun, Kelas Ibu dan Kelompok Pendukung Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA). BAB III PERSALINAN AMAN Pasal 3 (1) Kegiatan Persalinan Aman meliputi: a. pendataan seluruh ibu hamil untuk memperoleh pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan; b. perencanaan persalinan (amanat persalinan) oleh ibu hamil bersama-sama dengan tenaga kesehatan dan keluarga, melalui penyiapan: 1) taksiran persalinan; 2) penolong persalinan; 3) tempat persalinan; 4) pendamping persalinan; 5) transportasi/ambulan kelurahan; 6) calon pendonor darah; 7) dana; 8) penggunaan metode KB pasca persalinan; c. pemasangan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil; (2) Ibu hamil harus mendapatkan bantuan dan dukungan dari partisipasi dan swadaya masyarakat melalui kegiatan P4K dan/atau Kelurahan Siaga. (3) Ibu hamil dan keluarganya berhak memperoleh pengetahuan yang memadai dari tenaga kesehatan mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta tindakan yang harus dilakukan. (4) Ibu hamil berhak mendapatkan pertolongan dalam persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai.

(5) Ibu hamil berhak mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat dari tenaga kesehatan apabila terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas dengan meningkatkan peran suami, keluarga dan masyarakat. (6) Adanya Mekanisme Rujukan Kegawat-daruratan Obstetri dan Neonatal yang sistematis dan berjalan efektif untuk memastikan persalinan dengan komplikasi dapat tertangani dengan baik. Pasal 4 (1) Setiap ibu bertanggung jawab memeriksakan kehamilannya dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan selama kehamilan berupa pemeriksaan kesehatan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali. (2) Setiap ibu hamil berhak diperiksa sesuai dengan SOP. (3) Ibu yang akan bersalin harus segera dilayani oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai SOP. (4) Ketersediaan tenaga kesehatan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dan persalinan aman diatur oleh Kepala Dinas Kesehatan. Pasal 5 (1) Dalam rangka mendukung persalinan aman, pemerintah daerah harus mengupayakan peningkatan fasilitas, sarana prasarana serta sumber daya pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah. (2) Peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan letak geografis serta kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang memadai dalam hal persalinan aman. Pasal 6 (1) Pemerintah Daerah memfasilitasi ketersediaan darah yang memadai untuk kebutuhan persalinan aman. (2) Partisipasi masyarakat melalui Kelurahan Siaga memfasilitasi ketersediaan darah yang memadai untuk kebutuhan persalinan aman melalui kelompok donor darah yang tersedia di masing-masing kelurahan.

Pasal 7 Setiap ibu berhak mendapatkan pelayanan nifas dari tenaga kesehatan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai SPM dan SOP. BAB IV PROGRAM P4K Pasal 8 (1) Dalam rangka meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan, digunakan stiker P4K. (2) Pemasangan stiker P4K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: a. agar ibu hamil terdata, tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat seperti kader, dukun dan tokoh masyarakat maupun masyarakat peduli kesehatan lainnya. b. masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil, dan apabila sewaktu-waktu membutuhkan pertolongan, masyarakat siap sedia untuk membantu. (3) Manfaat P4K adalah meningkatkan cakupaan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat. BAB V KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI Pasal 9 (1) Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi bertujuan untuk meningkatkan akses ibu dan bayi terhadap pelayanan kebidanan berkualitas dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) akibat kehamilan, melahirkan dan nifas serta mendorong kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat (2) Tata cara kemitraan Bidan dan Dukun Bayi, adalah sebagai berikut :

a. bidan melakukan penyebaran informasi dengan pemangku kepentingan yang dianggap potensi atau penting untuk menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya; b. melakukan kegiatan yang sudah disepakati dengan baik sesuai dengan peran masing-masing berlandaskan prinsip kemitraan; dan c. kegiatan pemantauan dan penilaian harus disepakati sejak awal terutama tentang tata cara pemantauan atau penilaian. BAB VI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN Pasal 10 (1) Promosi kesehatan bertujuan untuk memberikan informasi tentang hak-hak ibu dan anak terhadap Persalinan Aman. (2) Dinas Kesehatan dan RSUD bekerjasama dengan masyarakat dalam merumuskan dan melakukan promosi baik dalam kegiatan budaya, sosial maupun keagamaan. (3) Dinas Kesehatan dan RSUD bekerjasama dengan SKPD terkait lainnya dan Kantor Kementerian Agama Kota serta Majelis Ulama dan Adat melakukan Persalinan Aman. (4) Dinas Kesehatan dan RSUD bekerjasama dengan media lokal baik media elektronik dan cetak, media sosial, dan media alternatif lainnya menyampaikan informasi Persalinan Aman. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 11 (1) Masyarakat berperan serta aktif dalam mendorong keberhasilan program Persalinan Aman. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui : a. pemberian sumbangan pemikiran terkait dengan penentuan kebijakan dan/atau pelaksanaan program persalinan aman; b. penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan program persalinan aman;

c. bersama-sama pemerintah daerah melaksanakan sosialisasi Program Persalinan Aman; d. dukungan moral dari suami dan keluarga kepada ibu melahirkan untuk dapat melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan memberikan ASI Eksklusif; dan e. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program persalinan aman, mulai dari pelayanan di posyandu, Polindes, Pustu, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan swasta lainnya. BAB VIII PENGHARGAAN DAN SANKSI Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada perseorangan, kelompok, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan lembaga serta instansi yang telah berprestasi dalam pelaksanaan Persalinan Aman. (2) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Pasal 13 Setiap Tenaga Kesehatan dan Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 11 akan dikenakan sanksi administratif oleh pejabat berwenang berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. penutupan sementara; dan d. pencabutan izin praktek dan penutupan kegiatan. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 14 Pembiayaan Program Pelayanan Persalinan Aman ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, partisipasi swasta dan masyarakat serta sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kota Singkawang. Ditetapkan di Singkawang pada tanggal 24 November 2015 WALIKOTA SINGKAWANG, ttd Diundangkan di Singkawang pada tanggal 24 November 2015 AWANG ISHAK SEKRETARIS DAERAH KOTA SINGKAWANG, ttd SYECH BANDAR BERITA DAERAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2015 NOMOR 29 Salinan Sesuai Dengan Aslinya, KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, ttd YASMALIZAR, S.H. Pembina Tk. I NIP. 19681016 199803 1 004