KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG. NOMOR : 32 Tahun 1997 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SINTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 103 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU NOMOR rz. TAHUN 2008

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN HASIL BUKAN KAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

KEPUTUSAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR: 08 TAHUN 2002 T E N T A N G

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU, NON KAYU PADA TANAH MILIK/HUTAN RAKYAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 80 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 49 TAHUN 2001

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

GUBERNUR SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG

2016, No dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN KUTAI NOMOR /HK-110/2002 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMUNGUTAN DAN PEMANFAATAN KAYU RAKYAT BUPATI KUTAI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.382/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI,

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II KAPUAS HULU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6886/Kpts-II/2002 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6886/Kpts-II/2002 TENTANG

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR: 09 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN KHUSUS PENEBANGAN JENIS KAYU ULIN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

BUPATI INDRAGIRI HILIR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 5 tahun 2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BERUPA KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG

NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

BUPATI LAMPUNG BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Izin Pemanfaatan Kayu. Prosedur.

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEREDARAN DAN PENERTIBAN HASIL HUTAN KAYU DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO. Nomor : 24 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR : 9 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATAALA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 30 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.100, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan. Prosedur. Hutam Produksi.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BUPATI TANAH DATAR PROPINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 326/KPTS-II/1997 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Izin. Usaha. Perpanjangan. Tatacara. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

Transkripsi:

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR : 32 Tahun 1997 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PEMUNGUTAN DAN PEMANFAATAN KAYU ATAU BUKAN KAYU DARI TANAH MILIK DAN ATAU HUTAN LAINNYA DI PROPINSI LAMPUNG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG Menimbang : a. Bahwa kayu atau bukan kayu yang berada di luar kawasan hutan dan diluar hutan cadangan perlu dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat secara optimal sesuai azas kelestarian hutan; b. bahwa pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya perlu diatur tata cara dan pemberian izinnya, agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat; c. bahwa dalam rangka menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah keputusan ini perlu ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah masingmasing di daerah kabupaten Tingkat II se Propinsi Lampung; d. bahwa oleh karena itu perlu ditetapkan tata cara dan persyaratanpemberian izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya dengan keputusan Gubernur kepala Daerah Tingkat I Lampung.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan; 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokPemerintah di daerah; 4. Undang-undang Nomor 4 Tahun1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perairan Laut, kehutanan dan karet rakyat daerah-daerah swatantra Tingkat I; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan dan Pemungutan Hasil Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1975; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan; 9. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 10. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1991 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 199- tentang Pengenaan Pemungutan dan Pembagian Iuran Hasil Hutan; 11. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1993 tentang Pengenaan Pemungutan dan Pembagian Iuran Hasil Hutan; 12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 194/Kpts-II/1986 tentang Petunjuk Pengerjaan Hutan Lainnya; 13. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:54/Kpts/Um/1972 tentangpohon-pohon di dalam kawasan Hutan yang dilindungi;

14. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:208/Kpts-II/1989 tentang Pemungutan Hasil Hutan Rotan; 15. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:264/Kpts-IV/1990 tentangpenambahan Lampiran keputusan Menteri Pertanian Nomor:54/Kpts/Um/2/1972 tentang pohon-pohon didalam kawasan Hutan yang dilindungi; 16. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :614/Kpts-IV/1992 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Penyetoran dan Pembagian Iuran Hasil Hutan; 17. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 86/Kpts-II/ 1994 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Pusat di Bidang Kehutanan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PEMUNGUTAN DAN PEMANFAATAN KAYU ATAU BUKAN KAYU DARI TANAH MILIK DAN ATAU HUTAN LAINNYA DI PROPINSI LAMPUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: Pasal 1

a. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung. b. Kepala Dinas Kehutanan Tingkat I adlah Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Tingkat I Lampung. c. Kepala Dinas Kehutanan TingkatII adalah Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Daerah Tingkat II. d. Kepala Cabang Dinas Kehutanan adalah Kepala Cabang Dinas Kehutanan/KPH pada Kabupaten Daerah Tingkat II/Perhutanan dan Konservasi Tanah Tingkat II di Propinsi Lampung. e. Ranting Dinas Kehutanan/Seksi Wilayah adalah RKD/Seksi Wilayah atau Cabang Dinas Kehutanan Tingkat II sebagai Unsur Pelaksanan Dinas Kehutanan Kabupaten. f. Kayu adalah pohon yang berupa batang, cabang, ranting dan akar yang dapat dipakai sebagai bahan bangunan aatau bahan baku industri. g. Bukan kayu adalah selain kayu yaitu berupa arang, rotan,getah-getahan, damar, minyak atsiri, sarang burung, kulit kayu, bambu, buah, daun bunga dan lain-lain dari kawasan hutan. h. Kawasan Hutan adalah wilayah-wilayah tertentu yang oleh Menteri Kehutanan RI ditetapkan untuk dipertahankan sebagai Hutan Tetap. i. Hutan adalah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungan dan yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan. j. Hutan lainnya adalah hutan yang berada di luar kawasan hutan dan di luar hutan cadangan, misalnya hutan yang terdapat pada tanah milik atau tanah yang dibebani hakhak lainnya. k. Tanah Milik adalah tanah di luar kawasan hutan yang dikuasai dan atau dimilik oleh perseorangan, kelompok, badan usaha/ badan hukum sesuai dengan bukti kepemilikan yang sah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA. l. Advis Teknis adalah pertimbangan teknis dari Kepala Unit Kerja ditingkat lebih rendah kepada pejabat yang berwenang memberikan izin sesuai ketentuan dalam keputusan ini.

m. Persetujuan Prinsip adalah persetujuan pejabat yang berwenang untuk pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu sesuai wewenang yang diatur dalam keputusan ini. n. Izin adalah izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai wewenang yang ditetapkan dalam surat keputusan ini. o. Pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu adalah penebangan, pengambilan, pengumpulan, pengolahan, memiliki, menguasai dan pengakutan kayu atau bukan kayu yang berasal dari tanah milik dan atau hutan lainnya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud pemberian izin adalah mengatur tertib pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu sesuai azas kelestarian hutan dan penggalian Pendapatan Asli Daerah dari tanah milik dan atau hutan lainnya, maupun pendapatan Iuran Hasil Hutan dan Dana reboisasi. (2) Tujuan adalah meningkatkan kemapuan aparat daerah tingkat kabupaten dan menggali Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II masing-masing dari pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu yang berasal dari atanah milik dan atau hutan lainnya yang berazaskan kelestarian dan konservasi. BAB III TATA CARA DAN PEMBERIAN IZIN Pasal 3

(1) Izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya dapat diberikan kepada perorangan atau badan hukum dengan permohonan tertulis bermaterai cukup ditujukan kepada yang berwenang dengan dilampiri: a. Photo copy KTP atau Akte Pendirian Perusahaan/Badan Hukum; b. Photo copy sah bukti kepemilikan tanah; c. Peta/sket lokasi tempat dimana kayu atau bukan kayu yang akan dipungut; d. Persetujuan pemilik tanah yang diketahui Kepala Desa setempat bagi pemohon yang bukan pemilik yang tercantum dalam bukti kepemilikan yang sah; e. Sanggupan tertulis untuk menanam kembali minimal 10 (sepuluh) bibit pohon untuk setiap batang pohon yang akan ditebang dan diketahui Kepala Desa setempat diatas kertas bermaterai; f. Izin indunstri yang dikeluarkan oleh instansi Perindustrian yang berwenang, atau perjanjian kerja sama dengan pemilik izin industri pengolahan kayu yang diketahui oleh pejabat kehutanan. (2) Pejabat yang berwenang memberiakan izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya diatur sebagai berikut: a. kurang dari atau sama dengan 5 M3 kayu atau 5 Ton bukan kayu diterbitkan oleh Kepala Ranting Dinas Kehutanan/Seksi Wilayah atau Cabang Dinas Kehutanan Daerah Tingkat II setelah mendapat persetujuan prinsip kepala Dinas kehutanan kabupaten yang bersangkutan. b. Di atas 5 M3 kayu atau di atas 5 Ton sampai dengan 25 Ton bukan kayu kecuali sarang burung sampai dengan 50 Kg cukup diterbitkan oleh Dinas kehutanan Tingkat II yang bersangkutan dengan persetujuan prinsip Bupati Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan dengan tembusan kepada Kepala Dinas kehutanan Tingkat I Lampung. c. Di atas 25 M3 kayu atau di atas 50 Ton bukan kayu atau di atas 50 Kg sarang burung diterbitkan oleh Kepala Dinas kehutanan Tingkat I. Untuk izin di atas 100 M3 kayu atau 100 Ton bukan kayu atau 100 Kg sarang burung perlu persetujuan

prinsip Gubernur Kepala Daerah (Cq. Kepala Biro Bina Perekonomian Setwilda Tingkat I Lampung). d. Batasan besarnya jumlah M3/Ton/Kg pemberian izin tersebut oleh daerah Tingkat II akan dilakukan perubahan secara bertahap sesuai dengan kesiapan dan kemampuan daerah yang bersangkutan. Pasal 4 (1) Setiap peermohonan izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik atau hutan lainnya terlebih dahulu di cek kelengkapan administrasi dan diadakan pemeriksaan fisik lapangan areal yang dimohon. (2) Pemeriksaan fisik lapangan areal yang dimohon dilaksanakan oleh suatu Tim yang ditunjuk oleh : a. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi untuk jumlah volume di atas 25 M3 kayu atau 25 Ton bukan kayu atau di atas 50 Kg sarang burung. b. Kepala Dinas Kehutanan kabupaten untuk jumlah volume di atas 5 M3 sampai dengan 25 M3 kayu atau 5 Ton sampai dengan 25 Ton bukan kayu atau sampai dengan 50 Kg sarang burung. c. Ranting Dinas Kehutanan/Seksi Wilayah untuk volume maksimal 5 M3 kayu atau 5 Ton bukan kayu. Setiap pemeriksaan fisik lapangan harus dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan peta lokasi pohon yang dilengkapi data Global Position System (GPS). (3) Berita Acara Pemeriksaan tersebut pada ayat (2) pasal ini memuat kepastian lokasi, di luar atau di dalam kawasan hutan yang dibuktikan dengan peta hasil pemeriksaan, tidak tumpang tindih dengan izin pemungutan dan pemanfaatan lain, jenis dan taksiran volume,kondisi lingkungan areal yang di mohon serta kepemilikan industri pengolahan. (4) Atas dasar kelaengkapan administrasi dan Berita Acara Pemeriksaan tersebut, pejabat yang diberi wewenang menerbitkan izin, mempertimbangkan apakah permohonan tersebut disetujui atau ditolak.

BAB IV MASA BERLAKU IZIN Pasal 5 (1) Izin pemungutan kayu atau bukan kayu dari tanah milik oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi diberikan untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak siterbitkanya Surat Izin. (2) Jangka waktu izin yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten adalah paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya Surat Izin. (3) Jangka waktu yang diterbitkan oleh Kepala Ranting Dinas Kehutanan/Seksi Wilayah adalah paling lama 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya Surat Izin. Pasal 6 Izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya sebagaimana dimaksud pada pasal 5 keputusan ini dapat diperpanjang apabila setelah masa izin berakhir ternyata masih ada kayu atau bukan kayu di lokasi tersebut yang belum di pungut atau dimanfaatkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik lapangan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. BAB V PENGGALIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pasal 7 (1) Dengan Peraturan Daerah, Pemerintah Daerah Tingkat II dapat menarik Iuran Kehutanan Daerah atas pemungutan dan pemanfaatan kayu dari hasil tanaman dan bukan kayu pada tanah milik.

(2) Pemungutan dan pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan lainnya dikenakan Iuran Hasil Hutan dan Dana Reboisasi sesuai ketentuan yang berlaku. (3) Pemungutan dan pemanfaatan bukan kayu yang berasal dari hutan lainnya dikenakan Iuran Hasil Hutan sesuai ketentuan yang berlaku. (4) Besarnya tarif Iuran kehutanan Daerah sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (1)diatas mengikuti perkembangan tarif Iuran Hasil Hutan yang ditetapkan Departemen kehutanan yang berlaku untuk hasil hutan yang berasal dari kawasan hutan. (5) Pembagian Iuran kehutanan Daerah setelah diperhitungkan 5 % upah pungut diatur sebesar 60 % untuk Pembangunan Kehutanan Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan dan 40 % untuk biaya pembangunan kehutanan Pemerintah Daerah Tingkat I Lampung. (6) A. Upah pungut Iuran kehutanan Daerah sebesar 5 % sebagaimana pasal 7 ayat (5) di atas diatur sebagai berikut: - Untuk biaya pembinaan dan pengawasantim Tingkat II bersangkutan =2,5 % - Untuk biaya pembinaan dan pengawasan Tim Tingkat I =2,5 % B. Tim Pembinaan dan pengawasan Tingkat II ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II bersangkutan. (7) Sepanjang belum ada Peraturan Daerah yang mengatur Iuran kehutanan Daerah, maka Iuran Hasil Hutan yang ditetapkan Menteri Kehutanan diberlakukan terhadap hasil hutan yang dipungut dari tanah milik. BAB VI HAK KEWAJIBAN DAN SANKSI Pasal 8 Hak pemegang izin adalah memungut dan memanfaatkan kayu atau bukan kayu dari tanah milik adan atau hutan lainnya dengan jenis dan volume sebagaimana tercantum dalam Surat Izin yang berlaku.

Pasal 9 Kewajiban pemegang izin : 1. Pemegang izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya wajib membayar Iuran kehutanan Daerah atau Iuran Hasil Hutan dan kewajiban-kewajiban lain yang dibebankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2. Wajib menanam kembali jenis pohon komersial atau pohon-pohon kehidupan dengan ketentuan tebang 1 (satu) pohon tanam 10 (sepuluh) pohon, yang petunjuk teknis pelaksanaannya diatur kemudian melalui keputusan kepala Dinas kehutanan Propinsi; 3. Secara berkala setiap akhir bulan pemegang izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu melaporkan kegiatan pemanfaatan kayu atau bukan kayu sesuai dengan ketentuan Tata Usaha Kayu yang berlaku; 4. Izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya tidak dapat dipindahtangankan dalam bentuk apapun juga. Pasal 10 Sanksi-sanksi terhadap pelanggaran pemegang izin, jika tidak terpenuhi kewajibankewajiban sebagaimana dimaksud dalam keputusan ini baik yang disengaja maupun karena kelalaian dapat berupa : 1. a. Penghentian pelayanan administrasi; b. Pencabutan izin; c. Dikenakan Pembayaran Iuran kehutanan Daerah dan denda sesuai dengan ketentuan denda yang berlaku; 2. Pengenaan sanksi tersebut di atas adalah merupakan bagian pembinaan teknis Kepala Dinas kehutanan Propinsi atau Kepala Dinas Kabupaten yang diberikan setelah 2 (dua) kali peringatan. 3. Barang siapa yang memungut dan memanfaatkan kayu dan atau bukan kayu di tanah milik tanpa izin yang berwenang dapat dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah yang berlaku.

4. Barang siapa yang memungut dan memanfaatkan kayu dan atau bukan kayu dari hutan lainnya tanpa izin yang berwenang dapat dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985. 5. Barang siapa yang mengangkut atau memiliki atau menguasai atau menyimpan kayu atau bukan kayu baik yang berasal dari hutan lainnya, tanah milik tanpa dilindungi dokumen yang sah dapat dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 11 (1) a. Pembinaan, bimbingan teknis dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan dan pemanfaatan kayu dan atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya dilaksanakan oleh Tim yang anggotanya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah. b. Pembinaan, bimbingan teknis dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan dan pemanfaatan kayu dan atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya di Daerah Tingkat II ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II bersangkutan. (2) Kepala Dinas Kehutanan Propinsi dan atau Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan pemungutan dan pemanfaatan kayu dan atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya. BAB VIII PEMBIAYAAN

Pasal 12 Biaya proses penerbitan izin pemungutan dan pemanfaatan kayu atau bukan kayu dari tanah milik dan atau hutan lainnya dibebankan kepada pemohon. BAB IX PENUTUP (1) Hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan keputusan ini diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Tingkat I Lampung. (2) Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor : G/265/B.VII/HK/1990 tanggal 2 Agustus 1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Permohonan Izin Pemungutan Kayu pada Hutan dan atau Tanah Milik Rakyat dan Hasil Hutan lainnya di dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung dinyatakan tidak berlaku lagi. (3) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Telukbetung GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG POEDJONO PRANYOTO Tembusan : 1. Menteri Kehutanan RI di Jakarta 2. Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta

3. Dirjen Pengusahaan Hutan Departemen Kehutanan di Jakarta 4. Ketua DPRD Propinsi Daerah Tingkat I Lampung di Telukbetung 5. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Lampung di Telukbetung 6. Bupati kepala daerah Tingkat II se Propinsi Lampung 7. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Tingkat I Lampung di Telukbetung 8. Kepala Biro Bina Perekonomian Setwilda Tingkat I Lampung di Telukbetung 9. Kepala Biro Hukum Setwilda Tingkat I Lampung di Telukbetung 10. Ketua BAPPEDA Tingkat I Lampung di Bandar Lampung 11. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Tengah di Metro 12. Para Kepala Cabang Dinas Kehutanan/KPH se Propinsi Lampung 13. Kepala Dinas Kehutanan Persiapan Kabupaten Tulang Bawang di Menggala 14. Himpunan Keputusan