I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Siti Rohmah, 2013

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, tapi juga turut serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus diarahkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 (Guza, 2009: 5): Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional terdapat beberapa pelajaran yang diajarkan di sekolah, salah satunya adalah matematika. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia. Peranan matematika dewasa ini semakin penting karena banyaknya informasi yang disampaikan orang dalam bahasa matematis seperti simbol, gambar, tabel, grafik atau diagram. oleh karena itu diperlukan kemampuan komunikasi matematis yang baik.

2 Kemampuan komunikasi matematis telah menjadi perhatian di dunia internasional. Hal ini diperkuat oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000 : 29) yang mempublikasikan standar pembelajaran matematika. NCTM identified five process standadrs that are important in a mathematics program, the process standards inclued: (1) problem solving; (2) reasoning and proof; (3) communication; (4) connections; (5) representation. Kemampuan komunikasi matematis juga telah menjadi bagian penting dalam pembelajaran matematika di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya Permendiknas No. 22 (Depdiknas, 2006) tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika yaitu agar siswa memiliki kemampuan: 1. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 2. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 3. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Baroody (Ansari, 2009) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, yaitu alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan ide secara jelas, tepat, dan cermat. Kedua, matematika sebagai wahana interaksi antar siswa dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

3 Berbagai studi terkait kemampuan matematika siswa telah banyak dilakukan, diantaranya adalah studi PISA (Programme for International Student Assessment). PISA adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) yang berkedudukan di Paris, Perancis. OECD (2009) memaparkan bahwa soal-soal yang digunakan pada studi PISA dalam bidang matematika merupakan soal-soal non-rutin yang membutuhkan kemampuan analisis, penalaran, dan kemampuan komunikasi matematis yang tinggi. Dalam studi PISA (OECD, 2009), kompetensi yang diukur dalam ranah kognitif yaitu berpikir dan bernalar (thinking and reasoning), berargumentasi (argumentation), berkomunikasi (communication), membuat model (modeling), menyelesaikan masalah (problem solving), representasi (representation), menggunakan simbol dan operasi (using symbolic and operations). Level kecakapan matematika yang diukur dalam PISA disajikan dalam Tabel 1.1. Hasil studi PISA tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes. Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Peru yang berada di ranking terbawah. Rata-rata skor matematika anak Indonesia adalah 375, padahal rata-rata skor untuk matematika adalah 494 (OECD, 2014). Berdasarkan Tabel 1.1, Kemampuan siswa Indonesia baru mencapai Level 1. Pada Level 1, kemampuan komunikasi belum begitu terlihat. Kemampuan komunikasi baru akan terlihat pada Level 3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia masih rendah.

Tabel 1.1 Level Kecakapan Matematika dalam PISA Level Batas Bawah Skor Kemampuan yang Dicapai Siswa Level 1 357,8 Menjawab pertanyaan yang semua informasinya sudah tersaji atau definisikan dengan jelas. Level 2 420,1 Siswa dapat menggali informasi dari sumber tunggal, menggunakan algoritma dasar, formula, dan prosedur, serta mampu melakukan penalaran dan menginterpretasikan hasil. Level 3 482,4 Siswa mampu memilih dan menggunakan strategi pemecahan masalah yang sederhana dan mengembangkan kemampuan komunikasi untuk menyajikan hasil dan penalaran mereka. Level 4 544,7 Siswa dapat membangun dan mengkomunikasikan penjelasan dan argumen mereka. Level 5 607,0 Siswa dapat memilih stratgei pemecahan masalah yang tepat dan mengkomunkasikan penalaran mereka. Level 6 669,3 Siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir matematis daan penalaran. Pada level ini siswa dapat menggunakan pengetahuan dan pemahaman dengan penguasaam symbol dan operasi matematika. Siswa dapat memformulasikan dan mengkomunikasikan dengan tepat tindakan mereka. 4 Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu proses pembelajaran di sekolah. Umumnya pada pembelajaran matematika di Indonesia, guru hanya menjelaskan konsep matematika atau prosedur menyelesaikan soal dan siswa menerima pengetahuan tersebut secara pasif. Hal ini diungkapkan oleh Asmin (2003 : 2), bahwa pembelajaran matematika di Indonesia masih banyak guru yang melakukan proses pembelajaran matematika di sekolah dengan pembelajaran konvensional. Dalam proses pembelajaran, guru cenderung mementingkan hasil dari pada proses,

mengajarkan secara urut halaman per halaman tanpa membahas keterkaitan antar 5 konsep atau masalah. Selama ini siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa biasanya hanya diberi rumus, contoh soal, dan latihan. Aktivitas pembelajaran seperti ini mengakibatkan terjadinya penghafalan konsep dan prosedur, sehingga aktivitas komunikasi siswa rendah karena tidak distimulus oleh guru. Akibatnya siswa jarang melakukan komunikasi matematis seperti berdiskusi dengan teman. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis juga terjadi pada siswa kelas IX SMPN 1 Abung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika, pembelajaran di sekolah ini masih menggunakan pembelajaran konvensional. Mayoritas siswa yang sulit mengerjakan soal-soal uraian disebabkan kurang pahamnya mereka terhadap soal matematika dan cara menuliskan jawabannya. Hal ini terjadi karena siswa hanya hafal dengan rumus-rumus tanpa memahami konsep-konsepnya. Fakta ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa menyajikan suatu permasalahan ke dalam model matematika yaitu berupa gambar maupun simbol matematika masih rendah. Permasalahan komunikasi matematis adalah permasalahan yang perlu mendapat perhatian lebih. Melihat kenyataan di lapangan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih tergolong rendah, maka perlu suatu model pembelajaran yang mampu memberikan rangsangan kepada siswa agar siswa menjadi aktif. Siswa aktif disini diartikan siswa mampu dan berani mengemukakan ide,

menjelaskan masalah, bertukar pikiran dengan teman dan mencari alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. 6 Pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Pembelajaran ini melatih siswa untuk membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide matematika, kemudian menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk memberikan penjelasan dari ide-ide tersebut. Pembelajaran TPS dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir secara mandiri (think), selanjutnya siswa berpasangan (pair) sehingga siswa dapat mendiskusikan ide-ide dengan pasangannya, dan diakhiri dengan berbagi (share), memberikan penjelasan ide-ide tersebut kepada seluruh teman sekelas. Tahapan TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dan saling tukar pendapat baik dengan teman sekelompok ataupun dengan teman sekelas. Ketika siswa saling tukar pendapat maka akan terjadi proses latihan menyajikan ide/ pendapat baik dalam bentuk lisan maupun tulisan untuk saling melengkapi informasi. Sehingga kualitas jawaban dan kemampuan komunikasi matematis siswa akan menjadi lebih baik. TPS juga merupakan pembelajaran dengan kelompok kecil. Jumlah anggota kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang (berpasangan) dapat mengoptimalkan peran aktif setiap siswa dalam kelompoknya serta memudahkan siswa untuk saling bekerja sama dalam menuangkan dan mendiskusikan gagasan-gagasan

7 matematika yang dimilikinya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pembelajaran TPS yang sederhana ini cocok diterapkan pada sekolah yang belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu, dilaksanakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas IX SMPN 1 Abung Selatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX SMPN 1 Abung Selatan tahun pelajaran 2013/2014?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX SMPN 1 Abung Selatan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

8 Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran matematika yang terkait dengan kemampuan komunikasi matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan diantaranya sebagai berikut : a. Bagi guru matematika Penggunaan model pembelajaran dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran pada guru mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas. b. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti yang ingin meneliti tentang model pembelajaran koopertaif tipe TPS dan komunikasi matematis. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Pengaruh dapat dilihat dari ada atau tidaknya perubahan. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa yang diakibatkan oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika.

2. Model Pembelajaran TPS adalah model pembelajaran yang mengembangkan 9 cara berpikir dan komunikasi siswa. Langkah-langkah pembelajarannya terdiri atas tiga tahapan, yaitu: a. Think, siswa secara individu membaca Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mencoba memikirkan langkah penyelesaian permasalahan yang diberikan. b. Pair, siswa berdiskusi secara berpasangan untuk membahas hasil gagasan yang diperolehnya dalam tahap sebelumnya. c. Share, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil dari diskusinya di depan kelas dan siswa lain menanggapi. 3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah yang akan diteliti. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan ceramah tentang materi, memberikan contoh soal dan penyelesaian, sedangkan siswa menyimak dan mencatat, dilanjutkan dengan memberikan soal latihan. 4. Indikator kemampuan komunikasi matematis yang diteliti adalah (1) drawing, kemampuan menyatakan ide matematika ke dalam bentuk gambar, diagram, tabel dan sebaliknya, (2) mathematical expression, mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, dan (3) written texts, membuat model situasi matematika dengan menggunanakan tulisan dan aljabar, dan memberikan penjelasan ide dengan bahasa sendiri. 5. Materi yang dipelajari dalam penelitian ini adalah materi bangun ruang sisi lengkung