PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN ENERGI PADA PERCOBAAN BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK DAN MONOTONIK. Raja Marpaung 1 ) Suhadi 2 ) Lina Flaviana Tilik 3 )

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA STRUKTUR KANTILEVER BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN MONOTONIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

KAJIAN EKSPERIMENTAL POLA RETAK PADA PORTAL BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN QUASI CYCLIC ABSTRAK

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

DAKTILITAS KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENGEKANGAN DI DAERAH SENDI PLASTIS

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 5.1 Tegangan yang terjadi pada model 1.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

FAKTOR DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG MUTU NORMAL (PEMANFAATAN OPEN SOURCE RESPONSE2000)

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang : Banyak bencana alam yang terjadi,menyebabkan banyak rumah penduduk rusak

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

Pengujian Tahan Gempa Sistem Struktur Beton Pracetak

STUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KOLOM-KOLOM PADA SISTEM BETON PRACETAK DENGAN MENGGUNAKAN SLEEVES

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU GESER BALOK PADA SAMBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG ABSTRAK

PENGARUH PENEMPATAN PENYAMBUNGAN PADA PERILAKU RANGKAIAN BALOK-KOLOM BETON PRACETAK BAGIAN SISI LUAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

DAFTAR PUSTAKA. 1. SNI , Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk. Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

4.3.7 Model G (Balok Lintel) Pengujian dan Perilaku Histeresis

T I N J A U A N P U S T A K A

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

POLA RETAK DAN LEBAR RETAK DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

KAJIAN DAKTILITAS DAN KEKAKUAN PERKUATAN BALOK T DENGAN KABEL BAJA PADA MOMEN NEGATIF

STUDI PARAMETRIK PENGARUH VARIASI TINGKATAN BEBAN AKSIAL TERHADAP PERILAKU LENTUR DAN AKSIAL PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG DENGAN BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN DISIPASI ENERGI DAN DAKTILITAS PADA KOLOM BETON BERTULANG YANG DIRETROFIT DENGAN CARBON FIBER JACKET

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

ANALISIS DAKTILITAS DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (HW/LW) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

PENGARUH VARIASI JARAK TULANGAN HORIZONTAL DAN KEKANGAN TERHADAP DAKTILITAS DAN KEKAKUAN DINDING GESER DENGAN PEMBEBANAN SIKLIK (QUASI-STATIS)

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PERBANDINGAN PERILAKU BALOK-T BETON RINGAN DAN BETON HIBRIDA PRATEGANG PARSIAL AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VARIASI RASIO VOLUME TULANGAN TRANSVERSAL DENGAN INTI BETON TERHADAP DAKTILITAS AKSIAL KOLOM BETON BERTULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. penggunaan bahan konstruksi dan sistem strukturnya. Pada perencanaan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU LATERAL SIKLIK PORTAL BETON BERTULANG BERISI DINDING BATA MERAH

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

PENGARUH PENAMBAHAN FIBER KAWAT KASA TERHADAP KAPASITAS KOLOM PENAMPANG SEGI EMPAT

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB III LANDASAN TEORI

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V. Resume kerusakan benda uji pengujian material dapat dilihat pada Tabel V-1 berikut. Tabel V-1 Resume pola kerusakan benda uji material

BAB II LANDASAN TEORI

LENDUTAN DAN POLA RETAK PELAT JEMBATAN BENTANG 5 METER DITINJAU DARI PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN DAN PENDEKATAN NUMERIK. Oleh: Hafiz Abdillah 4

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

PENGUJIAN KUAT LENTUR PANEL PELAT BETON RINGAN PRACETAK BERONGGA DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON MUTU NORMAL YETRO BAYANO

ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

PENGGUNAAN CARBON FIBER REINFORCED PLATE SEBAGAI BAHAN KOMPOSIT EKSTERNAL PADA STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TULANGAN CRT DAN TULANGAN BJTD PADA KOMPONEN LENTUR DENGAN MUTU BETON F C 24,52 MPA (182S)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Rekayasa pada Struktur Dinding Geser Ganda, Sebuah Upaya dalam Meningkatkan Duktilitas Bangunan Gedung

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

STUDI EKSPERIMENTAL PERKUATAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN GFRP (GLASS FIBER REINFORCED POLYMER)

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

Transkripsi:

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK Raja Marpaung 1 ), Djaka Suhirkam 2 ), Lina Flaviana Tilik 3 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 1 ) E-mail: Rajamarpaung@gmail.com 2 ) E-mail: Djaka_suhirkam@yahoo.com 3 ) E-mail: lina_tilik@yahoo.co.id ABSTRAK Dalam percobaan eksperimantal ini pemodelan struktur dibuat dalam bentuk kantilever dengan pembebanan diujung bebasnya. ini dilakukan dengan sistem pembebanan siklik. Pembebanan ini dilakukan pada spesimen secara terus menerus sampai spesimen mencapai keruntuhannya. Pengamatan kerusakan, beban kapasitas pada saat retak, leleh, ultimate dan failure didapat melalui hasil data percobaan. Dari hasil percobaan ini semakin besar beban awal pada percobaan siklik, beban puncak yang dicapai swpesimen semakin besar, penurunan beban puncak semakin besar, selieih penurunan disipasi energi kumulatif semakin kecil dan tingkat kerusakannya semakin berat.pada percobaan siklik 1 disipasi energi lebih kecil dari percobaan 2 dan 3 dan disipasi energy pada percobaan 2 lebih kecil dari percobaan 3, hal ini disebabkan pada pembebanan siklik selalu mengalami pengulangan yang menguntungkan bagi specimen guna memberikan perlawanan terhadap pembebanan sewaktu perubahan beban pada setiap siklus Pada saat kondisi leleh, specimen tidak menunjukkan kerusakan yang berarti. Retak yang terjadi belum melebar dan sebagian besar retak tersebut hanya berupa retak rambut. Pada saat ultimate, kerusakan yang terjadi pada beban tekan 5 δy, menunjukkan retak menyeluruh sepanjang tinggi balok dan selimut beton telah hancur. Pada akhir percobaan, kerusakan specimen lebih berat, beton mengalami kehancuran pada daerah pangkal balok sehingga kekuatan beton tidak lagi dapat menahan beban Kata Kunci : Pemodelan Beton, Pembebanan Siklik, Kerusakan beton PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian gempa yang melanda beberapa daerah di Indonesia dan menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana di daerah yang terkena dampak bencana tersebut, mendorong para ahli pemenuhan terhadap kaidah-kaidah perencanaan/pelaksanaan system struktur tahan gempa. Upaya-upaya yang dilakukan adalah berupa percobaan-percobaan ekperimental di laboratorium untuk mengetahui perilaku struktur beton bertulang, apakah pada saat gempa terjadi bangunan tersebut dapat bertahan terhadap keruntuhannya. Dari percobaan-percobaan tersebut perlu diketahui kekuatan dan mekanisme kerusakan-kerusakan yang terjadi pada struktur akibat pembebanan yang ditimbulkan oleh beban bolak balik (siklik). Perilaku struktur beton tersebut sangat komplek, yaitu mencakup kekuatan struktur dan kekuatan bahan yang direncanakan oleh perencana dan dilapangan berbeda. Salah satu perilaku struktur yang penting untuk diketahui yaitu kemampuan struktur untuk meredam energi yang disebabkan beban yang dapat menyebabkan keruntuhan struktur beton tersebut. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui perilaku kegagalan lentur pada elemen balok beton bertulang serta mengetahui besarnya beban saat retak awal (first crack), beban saat runtuh dan pola retak. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan koral atau agregat lainnya, dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan. Kekuatan tekan beton sangat tinggi sebaliknya beton relatif merupakan material yang mudah retak karena tegangan tariknya kecil bila dibandingkan Pengaruh Perilaku Struktur Beton Bertulang... Raja Marpaung, Djaka Suhirkam, Lina Flaviana Tilik 189

dengan tegangan tekannya. Untuk itu beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Kuat tekan beton diperoleh melalui pengujian benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm) sampai hancur. Pemakaian beton sangat luas karena beton mempunyai keunggulan dari materi struktur yang lain seperti dari segi ketersediaan material dasar, kemudahan untuk digunakan dan kemampuan beradaptasi.. Persyaratan Kekuatan Penerapan factor keamanan dalam struktur bangunan disatu pihak bertujuan untuk mengedalikan kemungkinan terjadinya runtuh yang membahayakan penghuninya, dilain pihak juga memperhitungkan factor ekonomis bangunan. Sehingga untuk mendapatkan factor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan relative yang ingindicapai untuk dipakai sebagai dasar konsep factor keamanan. Struktur bangunan dan komponen-komponennya harus direncanakan untuk memikul beban lebih diatas beban yang diharapkan bekerja. Kapasitas lebih yang disediakan memperhitungkan dua keadaan, yaitu kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuatan komponen struktur akibat bebandasar atau juga proses pengerjaan yang kurang memenuhi syarat. Struktur di mana :.W = F x S W = F = Gaya (KN) S = Jarak perpindahan (mm) Persamaan energi dalam struktur akibat gempa dapat ditunjukkan sebagai berikut : E = W e + W h + W p di mana : E = energi total akibat gempa terhadap struktur W e = energi elastik, yaitu jumlah energi kinetik dan energi elastik W h = energi yang diserap oleh sistem redaman W p = energi regangan plastik kumulatip. Struktur yang dibebani dengan beban siklik, energi yang diserap dalam satu siklus pembebanan adalah jumlah dari energi yang diserap pada saat struktur menerima beban tekan dan energi yang diserap pada saat menerima beban tarik sehingga total energi yang terdisipasi selama pembebanan siklik berlangsung merupakan luas daerah dalam kurva beban-defleksi. METODE PENELITIAN loop Benda uji yang dibuat sebanyak 3 (tiga) buah berupa struktur kantilever beton bertulang dengan data-data seperti dibawah ini : Balok, dimensi 150 mm x 300 mm panjang 1250 mm Pengujian dilakukan dengan memberikan beban siklik pada ujung balok yang disimulasikan dengan alat MTS yang terdiri dari hydraulic actuator yang dilengkapi oleh load cell dan micro console control, 2 (dua) buah dial gauge untuk mengukur lendutan dan strain gauge yang dipasang pada baja tulangan untuk mengetahui regangan yang terjadi. Tiap siklus terdiri dari satu putaran pembebanan, positif dan negatif. Dari kurva hubungan bebandefleksi lateral, ditentukan nilai yield displacement yang digunakan sebagai patokan nilai untuk pembebanan tahap kedua yakni tahap displacement controlled. Tahap displacement controlled adalah tahap dimana defleksi lateral pada masing-masing siklus didasarkan pada nilai displacement ductility factor. Tiap siklus pada tahap displacement controlled ini dilakukan sebanyak dua kali putaran pembebanan. Pengujian dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari. Benda uji ditempatkan pada loading frame baja, dengan kolom dalam posisi mendatar di atas perletakan. Dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur PAU Ilmu Rekayasa ITB Bandung. Pada percobaan spesimen dengan pembebanan siklik adalah pembebanan yang dilakukan pada spesimen secara terus menerus sampai spesimen mencapai keruntuhan. Dari hasil percobaan ini didapat data beban dan defleksi pada setiap perilaku spesimen. Dalam percobaan ini beton dirancang menggunakan mutu beton fc = 35 Mpa dan mutu baja tulangan fy = 400 Mpa. ini dilakukan terhadap beberapa benda uji balok bertulang dengan spesifikasi sama. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengujian Beton Kuat tekan benda beton masing-masing benda uji ditentukan sebagai berikut : Pengaruh Perilaku Struktur Beton Bertulang... Raja Marpaung, Djaka Suhirkam, Lina Flaviana Tilik 190

Hasil yang didapat dari tes uji beton sebagai berikut; Tabel 1. Hasil Uji Beton Benda Uji No. Kuat Tekan f c (Mpa) 1 27,22 2 32,49 3 32,88 Rata-rata : f c = 30,86 MPa 2. Hasil Pengujian Tarik Tulangan Hasil pengujian baja tulangan berdasarkan uji tarik adalah sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Uji Tarik Tulangan Test 1 Test 2 Test 3 Berat 0,75 kg 0,75 kg 0,75 kg Diameter 505 mm 507 mm 503 mm Beban leleh 98 KN 97,25 KN 97,825 KN Regangan leleh 2584,78 μ 2555,13 μ 2586,82 μ Beban Ultimate 134,286 KN 131,429 KN 132,857 KN Rata-rata Tegangan leleh : 515,12 Mpa Rata-rata regangan leleh : 2575,58 μ 3. Hasil dengan Pembebanan Siklik Beban leleh (P y ) dan defleksi lelah (δ y ) spesimen pada percobaan ini didapat pada saat percobaan dilakukan, yaitu pada saat regangan baja tarik (pada posisi strain A 1 ) memberikan harga sebesar ε 1 = f y /E a = 0.0025756. Daktilitas pengamatan dalam percobaan ini adalah perbandingan antara defleksi maksimum yang diberikan pada setiap siklus dengan defleksi leleh, dalam percobaan ini diambil 2, 3, 4, 5, 6, 7 kali defleksi leleh. Beban ultimate diperoleh dari beban puncak tekan yang paling besar dari seluruh siklus pembebanan. Dari hasil percobaan siklik, besar beban leleh (P y ), beban batas (P u ), defleksi lelah (δ y ) dan defleksi ultimate (δ u ), beban puncak pada setiap arah, dan grafik beban-defleksi dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut: Gambar 1. Grafik Beban Defleksi Siklik 1 Tabel 3. Beban dan Defleksi Hasil Siklik P (KN) δ (mm) P y P u δ y δ u Uji 1 40,4 51,6 13,32 66,1 Uji 2 36,23 49,63 12,3 61,5 Uji 3 41,2 53,83 15,6 62,4 Gambar 2. Grafik Beban-Defleksi Siklik 2 Pengaruh Perilaku Struktur Beton Bertulang... Raja Marpaung, Djaka Suhirkam, Lina Flaviana Tilik 191

percobaan 3. Perbedaan ini disebabkan oleh defleksi leleh yang dicapai masing-masing specimen berbeda sehingga yang dicapai berbedabeda. Penurunan beban puncak yang dicapai specimen pada siklus berikutnya ternyata penurunan beban puncak yang dicapai percobaan 1 jauh lebih besar dibandingkan penurunan beban puncak percobaan 2 dan 3. Sedangkan penurunan beban puncak 2 lebih besar dari percobaan 3. Artinya bahwa penurunan kekakuan specimen percobaan 1 jauh lebih besar dibandingkan percobaan 2 dan 3. Gambar 3. Grafik Beban-Defleksi Siklik 3 4. Analisa Hasil Hasil percobaan siklik memperlihatkan bahwa dalam suatu daerah pengamatan kemampuan struktur dalam menahan beban semakin mengecil pada siklus pembebanan berikutnya. Penurunan kekuatan ini disebabkan oleh penurunan dari kekakuan dari specimen setelah beton mengalami retak. Seiring dengan semakin banyaknya siklus pembebanan retak yang terjadi semakin banyak, maka penurunan kekakuanpun semakin kecil yang menyebabkan perbedaan penurunan kekuatan semakin besar. Beban puncak yang dicapai specimen berbeda pada setiap kondisi daktilitas pengamatan yang sama, perbedaan ini disebabkan pola pembebanan yang diberikan berbeda pada setiap specimen dan juga defleksi leleh yang diperoleh pada saat specimen juga berbeda. Pada kondisi daktilitas pengamatan 3 beban puncak yang dicapai specimen percobaan siklik 3 lebih besar dibandingkan dengan beban puncak yang dicapai percobaan siklik 2, hal ini disebabkan pola pembebanan dan δ y yang berbeda pada kedua specimen. Pada kondisi daerah pengamatan ini percoban siklik 3 dilakukan sampai defleksi 46,8 mm sedangkan pada percobaan siklik 2 hanya sampai batas defleksi 36,9 mm. Dari data percobaan 3 pada defleksi yang sama yaitu 36,9 mm beban yang dicapai 22,09 KN, ini berarti bahwa pada kondisi defleksi yang sama beban puncak percobaan 2 lebih dari beban dari yang dicapai percobaan 3. Pada kondisi daktilitas pengamatan 4, beban puncak yang dicapai percoban 1 lebih besar dari beban puncak yang dicapai percobaan 2 akan tetapi lebih kecil dari beban puncak yang dicapai Dari uraian di atas ternyata semakin besar pola pembebanan yang diberikan maka semakin besar pula beban puncak yang dicapai specimen pada setiap siklus pembebanan. Kumulatif yang didapat pada percobaan siklik ditunjukan pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Kumulatif Siklik Kumu latif 1 Siklik 2 3 32259,7 41766,7 42024,3 Pada pembebanan siklik energi kumulatif yang dapat diserap oleh spesimen yang diberi beban awal dan memberikan defleksi lebih besar, memberikan angka penyerapan energi yang lebih kecil dibandingkan dengan spesimen yang dibebani awal dengan beban yang memberikan defleksi yang lebih kecil. Disini terlihat bahwa beban awal semakin besar dalam arti memberikan defleksi dalam kelipatan defleksi leleh yang lebih besar akan mengakibatkan degradasi kekuatan spesimen yang besar dan menimbulkan penurunan energi yang besar pula. Tabel 5. pada setiap Kondisi Siklik Jenis Pembebanan leleh Ultimate Failure Siklik 1 247,0 16776,1 32159,7 Siklik 2 207,0 18482,9 41766,7 Siklik 3 301,0 28400,8 42024,3 Dari tabel di atas dapat diamati bahwa pada kondisi leleh, energi akibat pembebanan siklik perbedaannya relatif kecil. Perbedaan ini disebabkan oleh pola yang diberikan pada spesimen dan perbedaan defleksi leleh yang dicapai spesimen. Pengaruh Perilaku Struktur Beton Bertulang... Raja Marpaung, Djaka Suhirkam, Lina Flaviana Tilik 192

Pada kondisi ultimate dan failure terlihat bahwa disipasi energi spesimen pada percobaan 1 lebih kecil dari percobaan 2 dan 3. Dan disipasi energi yang dicapai pada percobaan 2 lebih kecil dari percobaan 3. Hal ini disebabkan pada pembebanan siklik selalu mengalami pengulangan yang menguntungkan bagi spesimen guna memberikan perlawanan terhadap pembebanan sewaktu perubahan beban pada setiap siklus. 5. Kerusakan Struktur Dari hasil pengamatan visual selama percobaan berlangsung, kerusakan specimen dapat diamati sebagai berikut : Pada saat kondisi leleh, specimen tidak menunjukkan kerusakan yang berarti. Retak yang terjadi belum melebar dan sebagian besar retak tersebut hanya berupa retak rambut. DAFTAR PUSTAKA Iswandi Imran., Fajar Hendrik, 2010, Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa, Penerbit ITB. Park, R., and Paulay, T., 1975, Reinforced Concrete Structures, John Wiley & Sons. Paul Nugraha, Antoni., 2007, Teknologi Beton, Penerbit Andi4.Phil M. Fergunson., Reinforced Concrete Foundamentals, Fourt Edition, New York Chichester Brisbane Toronto. Pada saat ultimate, kerusakan yang terjadi pada beban tekan 5 δy, menunjukkan retak menyeluruh sepanjang tinggi balok dan selimut beton telah hancur. Pada akhir percobaan, kerusakan specimen lebih berat, beton mengalami kehancuran pada daerah pangkal balok sehingga kekuatan beton tidak lagi dapat menahan beban. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarakan pengamatan selama percobaan dan dari analisa data yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan beban kapasitas dan energi yang terdisipasi dengan pola pembebanan spesimen yang dibebani secara siklik, sebagai berikut: 1. Kekuatan struktur dipengaruhi oleh retak yang terjadi pada specimen. Sebelum terjadi retak kekuatan struktur sepenuhnya dipikul beton dan tulangan. Semakin besar beban yang dipikul struktur, retak semakin besar mengakibatkan kekuatan struktur semakin menurun. 2. Semakin besar beban awal pada percobaan siklik, beban puncak yang dicapai semakin besar, penurunan beban puncak semakin besar, disipasi energi semakin kecil dan tingkat kerusakannya semakin berat. 2. Saran Untuk penelitian lebih lanjut spesimen sebaiknya specimen dibuat dalam jumlah yang banyak agar karakteristik specimen lebih tepat. Pengaruh Perilaku Struktur Beton Bertulang... Raja Marpaung, Djaka Suhirkam, Lina Flaviana Tilik 193