BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I KETENTUAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

Oleh : Santi Kusumaharti NIM : E BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata. communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik tingkat kemajuan dan taraf berpikirnya dapat dicermati.

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tonggak penting sebuah sistem demokrasi di Indonesia. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara. Demokrasi dalam bidang politik, menekankan

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini, televisi dapat memberikan nilai-nilai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi. Seperti yang dikatakan oleh Zelizer dalam The

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu Negara yang berpaham demokratis, perlindungan Hak

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Pers di Negara Indonesia dan Malaysia

di media massa, baik cetak maupun elektronik karena tayangan tak mendidik itu banyak peminatnya dan tinggi ratingnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (3),

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat akan dapat dengan mudah mengetahui informasi tersebut.

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia berdasar ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 005/PUU-I/2003

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan wahana komunikasi dalam melakukan kegiatan jurnalistik dengan mencari,

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi

1. Pada pasal 1 ayat 1 Undang Undang No. 44 Tahun 2008 tentang pornografi UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

Pengertian Hukum Dalam Arti Luas : Semua peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis Dalam arti Sempit : Peraturan perundang-undangan yang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. adalah dunia penyiaran atau dalam hal ini dunia pertelevisian.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mendapatkan informasi yang akurat.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

HUKUM PERS ANDRYAN, SH., MH

BAB I PENDAHULUAN. itu terjadi pada skala lokal, regional maupun nasional.

BAB I PENDAHULUAN. politik rakyat dalam menegakkan disiplin nasional. Peran pers yang paling pokok sebagai agen perubahan (agent of

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 008/SK/KPI/8/2004 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat.

JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN HAK JAWAB DAN HAK KOREKSI DALAM PENYELESAIAN DELIK PERS BERDASARKAN UU NOMOR 40 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

PEMBATALAN SURAT IZIN USAHA PENERBITAN PERS MAJALAH MINGGUAN TEMPO, EDITOR DAN SURAT KABAR TABLOIT DETIK SERTA PERMASALAHAN HUKUMNYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan pers merupakan salah satu dimensi Hak Asasi Manusia, yaitu hak manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28E ayat (3) yaitu : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Istilah kemerdekaan pers sebenarnya nama yang lazim untuk seluruh hak yang bersifat asasi bagi warga masyarakat, yaitu berupa hak untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk membentuk dan membangun secara bebas pemikiran dan pendapatnya, serta hak untuk menyatakan pikiran dan pendapat. Makna ini berkaitan dengan tersedianya informasi secara bebas, baik informasi sosial maupun estetis (keindahan) di tengah masyarakat. Kegiatan ini menjadi penyangga bagi terbangun dan terpeliharanya peradaban manusia dewasa ini. Media pers dan jurnalis hanya salah satu diantara sekian banyak pelaksanaan bagi kedua hak asasi tersebut. Pers sebagai subsistem komunikasi mempunyai posisi yang khusus dalam masyarakat Indonesia. Pers dijadikan jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat atau antar masyarakat itu sendiri. Itu sebabnya pers mempunyai fungsi

yang melekat pada dirinya, yakni sebagai pemberi informasi, alat pendidikan, sarana kontrol sosial, sarana hiburan maupun sarana perjuangan bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers Pasal 2 menyatakan : Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Oleh karena itu, peran wartawan selaku bagian terpenting dari pers sangat dibutuhkan. Daulay (2008 : 301) menyatakan bahwa : Namun belakangan ini, kemerdekaan atau kebebasan pers sering disalahgunakan. Banyak kalangan media dengan berani menyajikan berita anarkis, fitnah, bohong, ataupun gambar-gambar berbau pornografi maupun pornoaksi. Misalnya: gambar salah satu artis yang menjadi cover bagian depan majalah yang memperlihatkan bagian-bagian vital dari kaum wanita atau laki-laki, cerita-cerita yang mengandung gairah seksualitas, media juga sering dijadikan sebagai alat provokasi dari satu golongan kepada golongan lain. Bahkan ada beberapa media pers yang sengaja menayangkan tayangan kriminalitas dengan lebih mengedepankan aksi kekerasannya daripada solusi yang diberikan sehingga menambah deretan panjang dampak negatif dari kebebasan pers. Ironisnya, semua itu dilakukan hanya sekedar menarik minat pembaca (komersial semata), tanpa dibarengi dengan nilai-nilai pendidikan. Kemerdekaan pers yang saat ini kita rasakan sayangnya tidak diiringi dengan profesionalisme wartawan. Masih ada wartawan yang bekerja tidak profesional dan melanggar kode etik wartawan. Banyak faktor yang menyebabkan tidak profesionalnya wartawan dalam menjalankan tugas, diantaranya banyak wartawan yang diupah rendah, banyaknya wartawan yang menerima imbalan/suap dari sumber berita, sehingga wartawan tidak lagi bisa menjaga sikap independensinya.

Adanya wartawan yang tidak profesional menyebabkan masih banyak berita di media massa baik cetak maupun elektronik yang tidak sesuai fakta, mengakibatkan keresahan yang mendalam bagi semua kalangan masyarakat. Bahkan diera reformasi yang sekarang pun masih ada berita yang tidak sesuai dengan fakta atau kejadian yang sebenarnya terjadi. Hal ini tentunya disebabkan adanya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang salah satunya adalah wartawan yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya selaku pencari berita. Karena itulah peran wartawan menjadi penting dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara merupakan salah satu organisasi resmi wartawan di Sumatera Utara yang sangat dibutuhkan eksistensinya demi tercapainya wartawan Indonesia yang profesional dan bersikap independen, sehingga menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Maka dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu dapat terealisasi dengan sendirinya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul : Peran Persatuan Wartawan Indonesia Dalam Mewujudkan Kemerdekaan Pers (Studi Kasus Persatuan Wartawan Indonesia Sumatera Utara).

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini. Dengan demikian, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dalam mewujudkan kemerdekaan pers. 2. Proses pelaksanaan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. 3. Masih adanya wartawan yang diupah rendah oleh perusahaan pers. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian agar peneliti terarah dan juga untuk menghindari kesimpangsiuran dalam penelitian ini, serta mengingat keterbatasan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah. Maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : Peran Persatuan Wartawan Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan pers. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah : Bagaimana peran Persatuan Wartawan Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan pers?

E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian, maka perlu adanya tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui peran Persatuan Wartawan Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan pers. F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang diteliti berguna. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis : untuk menambah wawasan penulis tentang peran Persatuan Wartawan Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan pers; 2. Bagi mahasiswa dan peneliti : sebagai bahan referensi dan penambah wawasan tentang pentingnya peran Persatuan Wartawan Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan pers; 3. Bagi Pemerintah dan Perusahaan Pers : sebagai referensi untuk memberikan masukan akan pentingnya kemerdekaan pers. Bagi masyarakat luas (termasuk wartawan) : hasil penelitian ini memberikan masukan pentingnya mewujudkan kemerdekaan