BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. demi kemajuan dan pengabdiannya kepada agama, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susi Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tercantum dari tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan user need (dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belajar, dan memberi peluang kepada siswa memanfaatkan sumber belajar. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini telah berkembang pesat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dan dipraktekkan. Idealnya pelajaran produktif khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. yang terlibat dalam pengembangan aktivitas belajar siswa dan upaya mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena baru dalam peradaban manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. optimalnya nilai ulangan siswa di sekolah. Guru memberikan ulangan kepada. Permendiknas nomor 20 tahun 2007, menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia, pemerintah. pembangunan pendidikan, karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia yang berkualitas perlu disiapkan untuk berpartisipasi. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. selama ini proses pendidikan yang dilakukan hanya satu arah, dengan guru

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, manusia lebih mudah menerima informasi yang melimpah, cepat, praktis

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Kejuruan (SMK) adalah memberi pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen di Kota Salatiga. SMK Pelita memiliki 44 orang guru dan 244 orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum program keahlian teknik kendaraan ringan 1) menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kinerja pendidikan akan tercermin dalam kualitas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hardy Maulana, 2013

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah formal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wenda Anggia Purnomo, 2014

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu usaha sadar yang disengaja dan terencana dalam mengantarkan manusia untuk menemukan pribadinya sebagai orang dewasa yang dapat berdiri sendiri dan penuh rasa tanggung jawab yang berdasarkan falsafah bangsa, sehingga dirinya mampu mengembangkan daya cipta, rasa dan karsanya demi kemajuan dan pengabdiannya kepada agama, bangsa dan negara. Pendidikan yang ada, di Indonesia terdiri dari berbagai bidang salah satunya yaitu pendidikan di bidang pertanian, hal ini sejalan dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara agraris, oleh karena itu pendidikan pertanian merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Sebagai langkah untuk meningkatkan pendidikan pertanian yaitu dengan adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian. Pendidikan sekolah menengah kejuruan merupakan jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu dan juga merupakan lembaga pendidikan yang mengupayakan untuk menghasilkan tenaga kerja pada tingkat menengah siap kerja yang memiliki keterampilan, terdidik, penuh kreativitas, dan memiliki wawasan luas dibidangnya, seperti dinyatakan dalam kurikulum SMK tahun 2010, yaitu: 1. Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerjaserta mengembangkan sikap, profesional, 2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, mampu mengembangkan diri, 3. Menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang, 4. Menyiapkan tamatan menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif. Sekolah sebagai tempat pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan harus mampu menyiapkan peserta didik

2 yang kompeten sesuai bidangnya. Guru memiliki peranan penting dalam keberhasilan belajar peserta didik sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Pada saat PBM berlangsung didalam kelas, guru berusaha menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student center) agar peserta didik dapat mandiri atau mengurangi ketergantungan pada guru, namum kenyataannya guru cenderung masih mendominasi,yakni aktivitas guru jauh lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas peserta didik. Dewasa ini banyak teknologi pembelajaran yang sudah diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan, salah satunya adalah pembelajaran berbasis wirausaha seperti yang diterapkan di SMK Negeri 2 Subang Jawa. Sistem pembelajaran di SMK Negeri 2 subang Jawa, yang dilaksanakan saat ini adalah peserta didik lebih dituntut belajar berproduksi dari mulai menanam sampai hasilnya dapat dijual. Metode pembelajaran seperti ini melatih peserta didik bekerja secara mandiri sehingga akan menghasilkan peserta didik yang mandiri dan kreatif peran guru dalam pembelajaran produktif bertugas memonitoring dan mengevaluasi serta memberi masukan kepada peserta didik pada saat peserta didik melakukan praktik. Penyelenggaraan pembelajaran di SMK bertujuan untuk mempersiapkan para lulusan dengan pemahaman pekerjaan dari dunia kerja dan keterampilan mengerjakan pekerjaan disamping pengetahuan secara teoritis untuk mendukung pembelajaran dan pengetahuan bekerja di lapangan. Guna mempersiapkan lulusan atau tamatan yang dapat memenuhi tuntutan profesional dunia kerja atau industri. Lulusan SMK selain dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia kerja juga dipersiapkan untuk dapat menjadi seorang wirausaha atau pengusaha yang mempunyai usaha sendiri sesuai bidangnya. Menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang tepat, dengan berwirausaha berarti dapat membuka lapangan kerja bagi diri sendiri dan menyediakan lapangan kerja bagi orang lain. SMK Negeri 2 Subang Jawa sudah menerapkan sistem pembelajaran berbasis produksi, dimana peserta didik lebih aktif, melatih kemandirian dan belajar menyelesaikan masalah dibandingkan belajar di kelas. Namun tingkat penguasaan materi atau tingkat pemahaman peserta didik masih kurang karena

3 ketidakseimbangan kegiatan pembelajaran antara pembelajaran berbasis produksi dengan pembelajaran yang dilakukan dikelas sehingga menyebabkan pemahaman peserta didik akan materi yang disampaikan menjadi kurang optimal. Pemberian materi biasanya dilakukan pada siang hari ketika peserta didik sedang istirahat atau setelah selesai produksi di lapangan, sehingga pada saat pembelajaran berlangsung peserta didik kurang konsentrasi karena cape dan mengantuk. Pembelajaran yang lain juga, kadang-kadang peserta didik hanya diberikan beberapa lembar materi dari guru tanpa dijelaskan terlebih dahulu oleh guru tersebut mengenai isi kandungannya. Hal ini disebabkan karena guru melihat jumlah peserta didik yang sedikit dan kondisional pembelajaran yang kurang kondusif sehingga peserta didik kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran di kelas. Hal ini yang melandasi penulis untuk melakukan penelitian ini dikarenakan dilihat dari Kriteria Kelulusan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk jurusan Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, yaitu 80. Sedangkan untuk nilai peserta didik pada mata diklat produktif khususnya standar kompetensi mengendalikan hama tanaman semester genap tahun ajaran 2011-2012 pada Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura kelas XI mandiri menunjukkan 30% peserta didik memiliki nilai > 80, 70% peserta didik berada pada nilai < 80. Hal tersebut menunjukkan masih banyak peserta didik yang memperoleh nilai < 80 atau belum memenuhi angka Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan pengamatan penulis, khususnya pada peserta didik program Studi Agribisnis Produksi Tanaman dan Hortikultura peserta didik SMK Negeri 2 Subang Jawa memiliki sikap dan keterampilan psikomotorik yang sangat baik, namun dilihat dari kemampuan kognitif sangat kurang atau dari prestasi belajar masih rendah. Maka perlu adanya usaha atau tindakan yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperbaiki kinerja sebagai guru dengan mengembangkan berbagai metode dan metode pembelajaran yang menarik. Usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah

4 tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang baru yaitu penerapan pendekatan individual learning dengan menggunakan modul. Sesuai dengan karakter materi pelajaran yang akan disampaikan di dalam kelas, khususnya di kelas XI mandiri Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura pada standar kompetensi mengendalikan hama tanaman yang materi pelajarannya perlu dipahami secara mendalam. Alur pembelajaran pada penerapan pendekatan individual learning ini didalamnya terdapat bimbingan individu dalam belajar dan latihan soal dengan menggunakan modul, sehingga peserta didik mampu mengerjakan soal dan belajar secara mandiri dirumah dengan modul. Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian tentang Penerapan Pendekatan Individual Learning Pada Standar Kompetensi Mengendalikan Hama Tanaman Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa APTN Mandiri di SMK Negeri 2 Subang Jawa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat, yaitu: 1. Ketidakseimbangan antara pembelajaran produksi dengan pembelajaran dikelas pada Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2. Pemahaman dan penguasaan materi peserta didik pada standar kompetensi mengendalikan hama tanaman masih belum optimal. 3. Situasional pembelajaran yang kurang kondusif dikarenakan pembelajaran mengendalikan hama tanaman dilaksanakan setelah pembelajaran produktif di lapangan. 4. Sebagian besar peserta didik dalam pencapaian nilai pembelajaran mengendalikan hama tanaman belum mencapai nilai standar yang di tetapkan sekolah. 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

5 1. Subyek penelitian adalah peserta didik kalas XI mandiri program keahlian Agribisnis Produksi Tanaman dan Hortikultura (APTN) di SMK Negeri 2 Subang Jawa. 2. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran tanpa modul untuk kelas kontrol dan pembelajaran menggunakan modul untuk kelas eksperimen. 3. Hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini hanya meliputi aspek penguasaan materi (kognitif) yaitu pret test post test selama kegiatan belajar mengajar menerapkan pendekatan individual learning dengan modul dan pembelajaran tanpa modul. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang menerapkan pendekatan individual learning dengan modul? 2. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang tidak menggunakan modul? 3. Bagaimana perbedaan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik antara pembelajaran yang menggunakan modul dengan yang tidak menggunakan modul? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang diajukan. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran hasil belajar peserta didik yang menerapkan pendekatan individual learning dengan modul pada standar kompetensi mengendalikan hama tanaman kelas XI mandiri Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang Jawa. 2. Mengetahui gambaran hasil belajar peserta didik yang tidak menggunakan modul pada standar kompetensi mengendalikan hama tanaman kelas XI mandiri Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang Jawa.

6 3. Mengetahui perbedaan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik antara pembelajaran yang menggunakan modul dengan yang tidak menggunakan modul. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Teoritis Memberikan gambaran umum tentang tingkat penerapan pendekatan individual learning pada Standar Kompetensi Mengendalikan Hama Tanaman untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Subang Jawa. 2. Praktis a. Dapat digunakan referensi guru pengajar, bahwa penerapan pendekatan individual learning dapat meningkatkan prestasi siswa pada Standar Kompetensi Mengendalikan Hama Tanaman dalam pembelajaran produktif. b. Sebagai acuan dan arahan dalam meningkatkan mutu peserta didik yang memiliki standar kompetensi kejuruan nasional. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide-ide lain kepada peneliti lainnya. 1.7 Definisi Operasional Guna menghindari salah penafsiran dalam ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pendekatan Individual Learning Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat besar bagi kepentingan pengajaran. Pembelajaran individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan atau berpusat pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Dalam pembelajaran individual peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, selain itu ada keleluasaan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Peserta didik juga

7 memiliki kedudukan yang sentral, yang menjadi pusat pelayanan dalam pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 161). 2. Pengendalian Hama Tanaman Pengendalian hama tanaman adalah teknik atau cara untuk mengendalikan hama. Hama yaitu binatang atau hewan yang secara kasat mata tampak jelas di lapangan atau suatu tempat tertentu dengan menimbulkan gejala serangan pada tanaman atau hasil tanaman pada tingkat yang melebihi batas ambang ekonomi. Pengendalian hama hama tanaman merupakan salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai dalam melakukan produksi atau budidaya taaman. Tujuan utama pengendalian hama tanaman adalah mengendalikan cara kerja atau serangan hama agar pertumbuhan tanaman tumbuh secara optimum sehingga dapat meningkatkan hasil panen. 3. Prestasi Belajar Siswa Setiap kegiatan belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya. Hasil-hasil yang diperoleh siswa dapat diukur atau diketahui berdasarkan perbedaan prilaku sebelum atau sesudah dilakukan kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar adalah perkembangan serta perubahan tingkah laku individu dari hasil belajar dengan waktu tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil tes atau ujian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan selama mengikuti proses pembelajaran.