KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996)

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TRAKTAT WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA. WIPO Performances and Phonograms Treaty (WPPT) (1996)

KONVENSI ROMA 1961 KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PERLINDUNGAN PELAKU, PRODUSER REKAMAN DAN BADAN-BADAN PENYIARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: /2 /0 04

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPPRES 178/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MALI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

KEPPRES 146/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SUDAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5541) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pem

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138 MENGENAI

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996) *51746 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 74 TAHUN 2004 (74/2004) TENTANG PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Jenewa, Swiss pada tanggal 20 Desember 1996 telah disetujui WIPO Performances and Phonograms Treaty, 1996 (Traktat WIPO mengenai Pertunjukan dan Rekaman Suara, 1996), sebagai hasil Konferensi Diplomatik; b. bahwa sehubungan dengan itu, dipandang perlu untuk mengesahkan Treaty tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4012); MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996). Pasal 1 Mengesahkan WIPO Performances and Phonograms Treaty, 1996 (Traktat WIPO mengenai Pertunjukan dan Rekaman Suara, 1996) yang telah disetujui di Jenewa, Swiss, pada tanggal 20 September 1996, sebagai hasil Konferensi Diplomatik yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2 Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Treaty dalam bahasa Indonesia dengan salinan naskah aslinya dalam

bahasa Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka yang berlaku adalah salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris. Pasal 3 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 2004 Ditetapkan di Jakarta *51747 pada tanggal 10 September PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 September 2004 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd. BAMBANG KESOWO ttd. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 93 TRAKTAT WORLD INTELECTUAL PROPERTY ORGANIZATION MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA WIPO Performances and Phonograms Treaty (WPPT) (1996) Mukadimah Para Negara Peserta Konvensi, yang berkeinginan untuk mengembangkan dan mempertahankan perlindungan atas hak-hak pelaku dan produser rekaman suara dalam suatu cara yang selektif dan seseragam mungkin. yang memperhatikan kebutuhan untuk memperkenalkan aturan-aturan internasional baru dalam rangka menyediakan solusi-solusi yang cukup atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dengan perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi, yang memperhatikan pengaruh yang kuat dari perkembangan dan penggabungan teknologi informasi dan komunikasi terhadap pembuatan dan penggunaan karya pertunjukan dan karya rekaman suara, yang memperhatikan kebutuhan

untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan para pelaku dan kepentingan para produser rekaman suara dan kepentingan umum yang lebih besar, khususnya pendidikan, penelitian dan akses terhadap informasi, telah menyepakati hal-hal sebagai berikut: BAB I KETENTUAN-KETENTUAN UMUM Pasal 1 Keterkaitan dengan Konvensi-konvensi lain (1) Tidak satupun ketentuan dalam Traktat ini yang mengurangi kewajiban-kewajiban Negara-negara Peserta yang telah ada sebelumnya menurut Konvensi Internasional untuk Perlindungan para Pelaku, Produser Rekaman Suara dan Lembaga-lembaga *51748 Penyiaran yang dilakukan di Roma pada tanggal 26 Oktober 1961 (selanjutnya disebut "Konvensi Roma"). (2) Perlindungan yang diberikan menurut Traktat ini bersifat utuh dan tidak mempengaruhi perlindungan hak cipta atas karya seni dan sastra. Dengan demikian, tidak ada ketentuan dalam Traktat ini yang dapat ditafsirkan merugikan perlindungan tersebut. (3) Traktat ini tidak mempunyai hubungan dengan atau tidak merugikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban menurut traktat-traktat lainnya. Pasal 2 Pengertian Untuk tujuan-tujuan Traktat ini: (a) "pelaku" adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, dan mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan karya seni atau sastra, atau ekspresi folklor; (b) "rekaman suara" adalah fiksasi (rekaman) bunyi-bunyian dari suatu pertunjukan atau dari bunyi-bunyian lain, atau suatu perwujudan dari bunyi-bunyian, selain dari bunyi-bunyian dalam bentuk fiksasi (rekaman) yang termasuk dalam suatu karya sinematografi atau karya audiovisual lainnya; (c) "fiksasi (perekaman)" adalah pengejawantahan dari bunyi-bunyian, atau perwujudan dari bunyi-bunyian, dimana bunyi-bunyian tersebut dapat dirasakan, dipancarkan kembali atau dikomunikasikan melalui suatu alat; (d) "produser rekaman suara" adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya; (e) "publikasi" dari sebuah pertunjukan yang direkam atau dari

suatu rekaman suara adalah penawaran salinan/kopi dari pertunjukan yang direkam atau dari suatu rekaman suara kepada masyarakat, tanpa izin dari pemegang hak, dan dengan syarat bahwa salinan/kopi ditawarkan kepada masyarakat/umum dalam jumlah yang masuk akal; (f) "penyiaran" adalah transmisi, dengan alat tanpa kabel, bunyi-bunyian atau gambar-gambar dan bunyi-bunyian atau perwujudan dari gambar-gambar atau bunyi-bunyian, untuk diterima oleh masyarakat/umum, transmisi dari sinyal-sinyal yang dienkripsikan disediakan untuk masyarakat/umum oleh lembaga penyiaran atau dengan izin lembaga penyiaran; (g) "komunikasi kepada masyarakat/umum" dari suatu pertunjukan atau rekaman suara adalah transmisi bunyi-bunyian dari suatu pertunjukan atau bunyi-bunyian atau perwujudan bunyi-bunyian yang direkam dalam suatu rekaman suara kepada masyarakat/ umum dengan media apapun selain dari penyiaran. Untuk tujuan-tujuan Pasal 15, "komunikasi kepada masyarakat/umum mencakup kegiatan membuat bunyi-bunyian atau perwujudan bunyi-bunyian yang direkam dalam suatu rekaman dapat didengar oleh masyarakat/umum. *51749 Pasal 3 Ahli Waris (Beneficiary) Perlindungan Berdasarkan Traktat ini (1) megara-negara Peserta harus memberikan perlindungan yang ditetapkan menurut traktat ini kepada pelaku dan produser rekaman suara yang merupakan warga negara dari Negara-negara Peserta lainnya. (2) Yang dimaksud warga negara dari Negara-negara Peserta lainnya adalah pelaku atau produser rekaman suara yang memenuhi kriteria untuk memperoleh perlindungan menurut Konvensi Roma dan merupakan warga negara dari Negara-negara Peserta yang merupakan anggota dari Konvensi tersebut. Dalam kaitannya dengan kriteria-kriteria pemenuhan persyaratan, Negara-negara Peserta harus menerapkan definisi-definisi yang relevan dalam Pasal 2 Traktat ini. (3) Negara Peserta yang mengambil manfaat dari kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan dalam Pasal 5 (3) Konvensi Roma, atau untuk tujuan-tujuan Pasal 5 Konvensi Roma dan Pasal 17 harus menyampaikan notifikasi sebagaimana diketahui dalam ketentuan-ketentuan tersebut, kepada Direktur Jenderal WIPO. Pasal 4 Perlakuan Warga Negara (1) Masing-masing Negara Peserta harus memberikan perlakuan kepada warga negaranya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 (2), berkaitan dengan hak-hak eksklusif yang secara

khusus diberikan menurut Traktat ini dan hak atas pembayaran yang wajar sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 Traktat ini. (2) Kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam ayat (1) tidak berlaku dalam hak Negara Peserta lainnya memanfaatkan reservasi-reservasi yang diperbolehkan oleh Pasal 15 (3) Traktat ini. BAB II HAK-HAK PELAKU Pasal 5 Hak-hak Moral Pelaku (1) Terpisah dari hak ekonomi pelaku dan meskipun hak ekonomi tersebut telah beralih/dialihkan, pelaku tetap mempunyai hak untuk dicantumkan identitasnya yang terekam dalam rekaman suara, kecuali bila cara/sifat penggunaan karya pertunjukannya itu tidak memungkinkan untuk dicantumkan identitasnya dan hak untuk menyatakan keberatan atas setiap perubahan, pemotongan, atau segala bentuk modifikasi lainnya terhadap karya pertunjukannya yang dapat merugikan nama baik atau reputasinya. (2) Hak-hak pelaku yang diberikan kepada seorang pelaku berdasarkan ayat (1) berlangsung, setelah pelaku meninggal dunia, sekurang-kurangnya sampai berakhirnya hak ekonomi dan *51750 dapat dilaksanakan oleh orang atau badan yang berwenang untuk itu menurut peraturan perundang-undangan Negara-negara Peserta di mana perlindungan tersebut diajukan. Namun demikian, Negara-negara Peserta yang pada saat peratifikasian atau tergabung ke dalam Traktat ini tidak memberikan perlindungan atas semua hak-hak yang disebutkan dalam ayat sebelumnya dapat menentukan bahwa, setelah si pelaku meninggal dunia, sebagian hak-hak tersebut tidak lagi dipertahankan. (3) Tata cara ganti rugi untuk melindungi atas hak diberikan dalam Pasal ini akan diatur oleh peraturan perundang-undangan Negara Peserta dimana perlindungan diajukan. Pasal 6 Hak Ekonomi Pelaku dalam Pertunjukan yang Tidak Direkam Para pelaku mempunyai hak eksklusif untuk memberikan ijin atau melarang orang lain, berkenaan dengan pertunjukan mereka untuk melakukan: (1) Penyiaran dan penyampaian kepada masyarakat/umum atas karya pertunjukkannya yang tidak direkam, kecuali pertunjukan tersebut sudah merupakan siaran pertunjukan.

(2) Perekaman atas pertunjukan mereka yang tidak direkam. Pasal 7 Hak Reproduksi atau Penggandaan Para pelaku mempunyai hak eksklusif untuk memberikan ijin atau melarang orang lain untuk mereproduksi/melakukan penggandaan baik secara langsung atau tidak langsung atas karya pertunjukannya yang direkam dalam rekaman suara, dengan cara dan dalam bentuk apapun. Pasal 8 Hak Distribusi atau pengedaran (1) Para pelaku mempunyai hak eksklusif untuk memberikan ijin atau melarang orang lain untuk melakukan penyediaan rekaman asli atau salinan atas karya pertunjukannya yang direkam dalam rekaman suara kepada masyarakat/umum melalui penjualan atau bentuk pengalihan kepemilikannya. (2) Tidak ada satupun ketentuan dalam Traktat ini yang mempengaruhi kebebasan Negara Peserta untuk menentukan syarat-syarat, jika ada, berakhirnya hak yang tersebut dalam ayat (1) didasarkan atas apakah berlaku dengan dilakukannya penjualan pertama kali atau dengan bentuk pengalihan kepemilikan lainnya dari rekaman asli atau salinan karya pertunjukannya dengan persetujuan si pelaku. Pasal 9 Hak Penyewaan (1) Para pelaku mempunyai hak eksklusif untuk memberikan ijin *51751 atau melarang orang lain untuk menyewakan secara komersial rekaman asli atau salinan karya pertunjukannya yang direkam dalam rekaman suara sebagaimana yang ditentukan oleh hukum nasional Negara-negara Peserta, meskipun rekaman tersebut telah diedarkan oleh, atau dengan persetujuan pelaku. (2) Meskipun ketentuan dalam ayat (1) demikian Negara Peserta yang pada tanggal 15 April 1994 telah mempunyai dan masih menerapkan sistem pembagian hasil (remunerasi) yang wajar bagi pelaku untuk menyewakan secara komersial rekaman asli atau salinan karya pertunjukannya, dapat tetap melanjutkan sistem tersebut sepanjang penyewa tersebut tidak mengganggu hak eksklusif pelaku untuk menggandakan rekaman karya pertunjukannya. Pasal 10 Hak untuk Menyediakan Rekaman Karya Pertunjukan

Para pelaku mempunyai hak eksklusif untuk memberikan ijin atau melarang orang lain untuk menyediakan rekaman karya pertunjukannya kepada masyarakat dengan menggunakan peralatan kabel atau tanpa kabel, dengan sedemikian rupa sehingga anggota masyarakat dapat menikmati pertunjukan tersebut dan tempat dan pada waktu yang mereka pilih tersebut. BAB III HAK-HAK PRODUSER REKAMAN SUARA Pasal 11 Hak Reproduksi atau Penggandaan Para produksi rekaman suara mempunyai hak eksklusif untuk memberi ijin atau melarang orang lain untuk, baik secara langsung atau tidak langsung, melakukan penggandaan rekaman mereka, dengan cara dan dalam bentuk apapun. Pasal 12 Hak Distribusi atau Pengedaran (1) Para Produser rekaman suara mempunyai hak eksklusif untuk memberikan ijin atau melarang orang lain untuk melakukan penyediaan rekaman asli atau salinan rekaman suara mereka kepada masyarakat/umum melalui penjualan atau bentuk pengalihan kepemilikan lainnya. (2) Tidak ada satupun ketentuan dalam Traktat ini yang mempengaruhi kebebasan Negara-negara Peserta untuk menentukan syarat-syarat, jika ada, berakhirnya hak tersebut dalam ayat (1) didasarkan atas apakah berlaku dengan dilakukannya penjualan pertama kali atau dengan bentuk pengalihan kepemilikan lainnya dari rekaman asli atau salinannya dengan persetujuan prosedur rekaman suara. Pasal 13 Hak Penyewaan *51752 (1) Para produser rekaman suara mempunyai hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang orang lain untuk menyewakan secara komersial rekaman asli atau salinannya, meskipun rekaman tersebut telah diedarkan oleh atau dengan persetujuan si produser. (2) Meskipun ketentuan dalam butir (1) demikian, Negara Peserta yang pada tanggal 15 April 1994 telah mempunyai dan masih menerapkan sistem pembagian hasil (remunerasi) yang wajar bagi produser rekaman suara untuk menyewakan secara komersial rekaman asli atau salinannya, dapat tetap melanjutkan sistem tersebut sepanjang penyewaan tersebut tidak mengganggu hak eksklusif produser untuk menggandakan rekamannya.

Pasal 14 Hak untuk Menyediakan Rekaman Suara Para produser rekaman suara mempunyai hak eksklusif untuk memberikan ijin atau melarang orang lain untuk menyediakan rekamannya kepada masyarakat/umum dengan menggunakan peralatan kabel atau tanpa kabel, dengan sedemikian rupa sehingga anggota masyarakat dapat menikmatinya dari tempat dan pada waktu yang mereka pilih sendiri. BAB IV KETENTUAN-KETENTUAN YANG BERSIFAT UMUM Pasal 15 Hak Remunerasi untuk Penyiaran dan Penyampaian Kepada Masyarakat (1) Para pelaku dan produser rekaman suara berhak atas suatu bagian tertentu (remunerasi) yang wajar untuk menggunakan baik yang secara langsung maupun tidak langsung atas rekaman suara yang diedarkan/diterbitkan untuk tujuan komersial, baik dalam bentuk siaran maupun dalam segala bentuk penyampaian lainnya kepada masyarakat. (2) Negara-negara Peserta dapat menetapkan dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya bahwa suatu bagian tertentu (remunerasi) yang wajar tersebut harus dimintakan kepada pemakai oleh si pelaku ataupun oleh produser rekaman suara, atau keduanya. Negara-negara Peserta dapat mengundangkan peraturan perundang-undangan nasional yang bila tidak diperjanjikan sebelumnya, berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tentang pembagian remunerasi yang wajar antara para pelaku dan para produser rekaman suara (3) Setiap Negara peserta dapat menyatakan, dalam suatu notifikasi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal WIPO, bahwa negara tersebut akan menerapkan ketentuan ayat (1) diatas hanya untuk pemakaian tertentu, atau akan membatasi penerapannya dengan cara lain, atau tidak akan menerapkan sama sekali ketentuan-ketentuan ini. (4) Sejalan dengan tujuan Pasal ini, pengertian bahwa rekaman suara dianggap tersedia bagi masyarakat/umum baik dengan menggunakan peralatan kabel atau tanpa kabel sedemikian rupa *51753 sehingga anggota masyarakat dapat menikmatinya dari tempat dan pada waktu yang mereka pilih sendiri adalah jika rekaman tersebut telah dipublikasikan sebelumnya untuk tujuan komersial. Pasal 16 Pembatasan dan Pengecualian (1) Negara-negara Peserta dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya dapat menentukan pembatasan atau pengecualian yang

sama jenisnya sehubungan dengan perlindungan bagi pelaku dan produser rekaman suatu sebagaimana ditetapkan bagi perlindungan hak cipta atas karya sastra dan karya seni. (2) Negara-negara Peserta dapat menetapkan pembatasan-pembatasan atau pengecualian atas hak-hak yang diatur dalam Traktat ini diterapkan untuk kasus-kasus yang bersifat khusus sepanjang tidak bertentangan dengan pemanfaatan secara wajar/normal karya pertunjukan atau rekaman suara, dan tidak merugikan kepentingan yang wajar dan pelaku atau produser rekaman suara. Pasal 17 Jangka Waktu Perlindungan (1) Jangka waktu perlindungan yang diberikan kepada pelaku menurut Traktat ini berlaku, sekurang-kurangnya, 50 tahun yang dihitung dari akhir tahun pertunjukan tersebut direkam dalam suatu rekaman suara. (2) Jangka waktu perlindungan yang diberikan kepada produser rekaman suara menurut Traktat ini berlaku, sekurang-kurangnya, 50 tahun yang dihitung sejak akhir tahun rekaman suara tersebut diumumkan/diedarkannya karya rekaman atau sejak diwujudkan/diselesaikannya pembuatan rekaman. Pasal 18 Kewajiban-kewajiban yang Berkaitan Dengan Langkah-langkah Teknologi Negara-negara Peserta berkewajiban menyediakan perlindungan hukum yang memadai dan sanksi hukum yang efektif terhadap tindakan pengabaian/pengelakan atas tindakan-tindakan teknologi yang efektif yang digunakan oleh para pelaku atau para produser rekaman suara, berkaitan dengan pelaksanaan hak-hak mereka berdasarkan Traktat ini, dan tindakan-tindakan pembatasan yang berkaitan dengan karya pertunjukan atau rekaman suara tersebut, yang dilakukan tanpa persetujuan dari para pelaku ataupun para produser rekaman suara yang diatur atau diperbolehkan oleh undang-undang. Pasal 19 Kewajiban-kewajiban mengenai informasi Manajemen Hak (Rights Management Information) *51754 (1) Negara-negara Peserta berkewajiban menyediakan sanksi hukum yang layak memadai untuk mengatasi tindakan-tindakan seseorang yang diketahui atau terdapat cukup alasan untuk mengetahui bahwa tindakan tersebut akan mendorong, memungkinkan, menunjang atau mendukung pelanggaran hak-hak yang diatur dalam traktat ini, yang meliputi:

(i) Memindahkan atau mengganti informasi manajemen hak dengan tanpa ijin atau persetujuan; (ii) Dengan tanpa hak mengedarkan, mengimpor untuk diedarkan menyiarkan, menyampaikan atau menyediakan untuk masyarakat/umum, pertunjukan atau salinan rekaman pertunjukan atau rekaman suara yang diketahuinya bahwa informasi manajemen haknya telah dipindah atau diganti tanpa ijin. (2) Manajemen Informasi Hak (right management information) diartikan sebagai informasi yang menunjukan identitas pelaku, karya pertunjukan pelaku, produser rekaman suara, rekaman suara, pemilik hak atas pertunjukan atau rekaman, atau informasi yang menyangkut persyaratan dan kondisi penggunaan karya pertunjukan atau rekaman, serta nomor dan kode-kode lain yang digunakan untuk menunjukan informasi, baik yang disertakan/dilampirkan pada benda/barang/media rekaman maupun yang tampak dalam alat yang digunakan untuk memungkinkan penggunaan karya pertunjukan atau rekaman tersebut oleh masyarakat/umum. Pasal 20 Formalitas Pelaksanaan dan pemanfaatan hak-hak yang ditentukan dalam Traktat ini tidak harus mematuhi persyaratan formal apapun. Pasal 21 Reservasi Mematuhi ketentuan-ketentuan dari Pasal 15 (3), reservasi terhadap Traktat ini tidak diperbolehkan. Pasal 22 Penerapan Waktu Berlaku (1) Negara-negara Peserta harus menerapkan ketentuan-ketentuan Pasal 18 dari Konvensi Bem, secara mutatis mutandis, terhadap hak-hak pelaku dan hak-hak produser rekaman suara yang ditentukan dalam Traktat ini. (2) Meskipun ayat (1) demikian, Negara Peserta dapat membatasi penerapan Pasal 5 dari Traktat ini terhadap pertunjukan-pertunjukan yang berlangsung setelah berlakunya Traktat ini bagi Negara Peserta tersebut. Pasal 23 Ketentuan-ketentuan mengenai Penegakan Hukum *51755 (1) Negara-negara Peserta melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan penerapan Traktat ini,

sesuai dengan sistem hukum negaranya masing-masing. (2) Negara-negara Peserta harus memastikan bahwa prosedur penegakan hukum yang tersedia dalam perundang-undangan mereka yang merupakan tindakan yang efektif untuk mengatasi tindakan-tindakan pelanggaran hak yang dilindungi oleh Traktat ini, termasuk langkah-langkah untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran dan langkah-langkah yang dimaksudkan untuk mencegah pelanggaran lebih jauh. BAB V KLAUSULA ADMINISTRATIF AND KLAUSULA AKHIR Pasal 24 Majelis (1) (a) Negara-negara peserta memiliki suatu Majelis. (b) Setiap negara anggota diwakili oleh satu delegasi yang dibantu oleh delegasi pengganti, penasehat, dan para pakar. (c) Biaya setiap delegasi akan ditanggung oleh Negara Peserta yang menunjuknya. Majelis dapat meminta kepada WIPO untuk memberikan bantuan keuangan untuk memfasilitasi partisipasi delegasi dari Negara-negara Peserta yang tergolong negara berkembang. (2) (a) Majelis tersebut mengurusi soal-soal yang berkenaan dengan pengadministrasian dan pengembangan, serta penerapan dari operasionalisasi Traktat. (b) Majelis akan melakukan fungsi sebagaimana diatur Pasal 26 (2) dalam hal apabila ada lembaga-lembaga internasional masuk sebagai anggota. (c) Majelis akan memutuskan pertemuan konferensi diplomatik untuk merevisi Traktat ini dan memberikan petunjuk-petunjuk penting kepada Direktur Jenderal WIPO untuk persiapan konferensi diplomatik tersebut. (3) (a) Setiap Peserta yang berupa negara memiliki satu suara dan memilih atas namanya sendiri. (b) Setiap Peserta yang berupa lembaga internasional dapat berpartisipasi dalam pemungutan suara, jika dalam hal para Negara-negara anggotanya dengan sejumlah suara yang ada sebanding dengan jumlah Negara-negara anggota yang tergabung dalam Traktat ini. Tidak ada lembaga internasional yang dapat mengikuti pemungutan suara jika salah satu Negara Anggotanya menggunakan hak suaranya dan sebaliknya. (4) Majelis akan mengadakan pertemuan dua tahun sekali yang ditentukan oleh Direktur Jenderal WIPO. (5) Majelis menetapkan sendiri aturan prosedur yang berlaku, termasuk menentukan jadwal sidang-sidang khusus, syarat-syarat dipenuhinya kuorum dan, yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan Traktat ini, jumlah suara mayoritas yang dibutuhkan dalam pengambilan berbagai macam keputusan-keputusan.

*51756 Pasal 25 Biro Internasional Biro Internasional WIPO akan melaksanakan tugas-tugas administratif mengenai Traktat ini. Pasal 26 Syarat-syarat yang harus Dipenuhi untuk Menjadi Peserta Traktat ini (1) Semua Negara Anggota WIPO dapat menjadi peserta Traktat ini. (2) Majelis dapat memutuskan untuk mengizinkan organisasi antar-pemerintah yang memiliki kompetensi mengenai hal-hal yang tercakup dalam Traktat ini dan mempunyai perangkat hukum sendiri yang mengikat semua Negara Anggotanya, serta telah diberikan kuasa penuh sesuai dengan prosedur internal organisasi tersebut, untuk menjadi peserta Traktat ini. (3) Komunitas Eropa, yang telah membuat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam ayat sebelumnya, dalam konferensi Diplomatik yang telah menyetujui Traktat ini, dapat menjadi peserta Traktat ini. Pasal 27 Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban menurut Traktat Mematuhi ketentuan-ketentuan khusus yang bertentangan dengan Traktat ini, masing-masing Negara Peserta memiliki semua hak dan memikul kewajiban-kewajiban menurut Traktat ini. Pasal 28 Penandatanganan Traktat Traktat ini terbuka untuk penandatanganan sampai tanggal 31 Desember 1997 oleh semua Negara Anggota WIPO dan oleh Komunitas Eropa. Pasal 29 Pemberlakuan Traktat Traktat ini mulai berlaku tiga bulan setelah 30 instrumen ratifikasi atau aksesi disampaikan kepada Direktur Jenderal WIPO. Pasal 30 Tanggal Mulai Berlakunya Keanggotaan dalam Traktat Traktat ini mengikat: (1) 30 negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 sejak

tanggal mulai berlakunya Traktat ini. (ii) masing-masing Negara, terhitung dan berakhirnya waktu 3 (tiga) bulan sejak Negara tersebut menyerahkan/menyimpan instrumen notifikasinya kepada Direktur Jenderal WIPO. *51757 (iii) Komunitas Eropa, terhitung dari berakhirnya waktu 3 (tiga) bulan sejak penyerahan instrumen ratifikasi atau aksesinya, jika instrumen tersebut diserahkan setelah berlakunya traktat ini sebagaimana dimaksud Pasal 29, atau, 3 (tiga) bulan setelah berlakunya traktat ini jika instrumen tersebut diserahkan sebelum berlakunya traktat ini; (iv) Organisasi antar-pemerintah lain yang disetujui untuk menjadi peserta Traktat ini, terhitung dari berakhirnya waktu 3 (tiga) bulan sejak penyerahan/penyimpanan instrumen notifikasi; Pasal 31 Pengunduran Diri dari Traktat Negara Peserta dapat mengundurkan diri dari Traktat ini dengan menyampaikan notifikasi yang ditujukan kepada Direktur Jenderal WIPO. Pengunduran diri tersebut berlaku satu tahun sejak tanggal diterimanya notifikasi oleh Direktur Jenderal WIPO. Pasal 32 Bahasa yang Digunakan dalam Traktat (1) Traktat ini ditandatangani dalam satu naskah asli berbahasa Inggris, Arab, Cina, Perancis, Rusia, dan Spanyol dalam versi yang sama. (2) Naskah resmi dalam bahasa selain yang dimaksud dalam ayat (1) harus ditentukan oleh Direktur Jenderal WIPO berdasarkan permintaan dari pihak yang berkepentingan, setelah berkonsultasi dengan semua pihak yang berkepentingan. Untuk tujuan-tujuan ayat ini, yang dimaksud dengan "pihak yang berkepentingan" adalah Negara Anggota WIPO yang bahasa resminya atau salah satu bahasa resminya termasuk dalam bahasa-bahasa tersebut, dan Komunitas Eropa, dan organisasi antar-pemerintah yang mungkin menjadi peserta Traktat ini, jika salah satu bahasa resminya termasuk dalam bahasa-bahasa tersebut. Pasal 33 Tempat Penyimpanan Traktat Traktat ini disimpan oleh Direktur Jenderal WIPO.