BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 (UU RI No. 36 Tahun 2009 pasal 48). Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

I. PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang terutama pelajar. mencapai Rp /galon (Athena, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan materi essensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

Purwitasari,.R.H, Zulkarnaini, Suyanto 2017 : 11 (1)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

UJI BAKTERIOLOGIS AIR MINUM BEBERAPA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH ANDREW VALENTINO B.P

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007). Air minum aman untuk

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat langsung diminum (Rumondor et al., 2014). Air minum yang. mengurangi daya kerja serta daya produksi (Widarto, 1996).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk masak, minum, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO kebutuhan air tiap orang di negara maju lebih tinggi dibandingkan kebutuhan air di negara berkembang. Setiap orang di negara maju memerlukan air 60-120 liter per hari sedangkan negara berkembang termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoadmodjo, 2010). Kegunaan air yang sangat penting bagi manusia adalah kebutuhan untuk minum. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar 60-70% dari berat badannya yang berguna untuk membantu proses pencernaan, mengatur metabolisme, mengangkut zat zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga tubuh agar jangan sampai kekeringan. Air juga merupakan media bagi penularan penyakit. Oleh karena itu untuk keperluan minum, air bersih harus diolah terlebih dahulu agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Asmadi dkk, 2011). Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur dimana-mana yang perlu diawasi, dibina dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat (Kemenkes, 2010). Masyarakat mulai beralih mengkonsumsi air minum yang di produksi oleh Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU). Hal ini disebabkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), lebih praktis karena masyarakat sebagai konsumen tidak perlu memasak air, penggunaan wadah air

minum yang bisa dipakai berulang kali serta adanya pelayanan antar jemput sehingga konsumen tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan air minum dari DAMIU. Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan akan kebutuhan air minum mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi air minum dari depot air minum isi ulang. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat peningkatan rumah tangga yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum dari 13,8% pada tahun 2010 meningkat menjadi 21% pada tahun 2013. Proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber air minum yang menggunakan air isi ulang mempunyai presentase yang cukup besar setelah sumur gali terlindung 22,5%. Hal ini terjadi seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan terutama dalam pemenuhan air bersih untuk minum, sementara itu persediaan air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air minum sudah berkurang sehingga beralih kepada produk air minum isi ulang/kemasan (Riskesdas 2013). Penggunaan air di Provinsi Riau untuk seluruh keperluan rumah tangga selain air sungai/danau/irigasi dengan pemakaian air per orang per hari pada umumnya antara 100 sampai 300 liter (49,3%). Proporsi rumah tangga tertinggi untuk pemakaian air antara 100 sampai 300 liter per orang per hari dijumpai di Pelalawan (80,8%) dan terendah di Kepulauan Meranti (22,6%). Sedangkan persentase rumah tangga di Provinsi Riau yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum mempunyai persentase paling tinggi dibandingkan sumber air minum lainnya yaitu (47,2%) dibandingkan air dari penampungan air hujan (19,3%), air dari sumur gali terlindung (15,0%), air dari sumur bor/pompa (7,9%), air dari sumur gali tak terlindung (5,2%), air kemasan (1,9%), air ledeng (1,0%) serta air ledeng eceran/membeli dan air sungai/danau/irigasi (masingmasing 0,9%) (Riskesdas 2013).

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang mempunyai DAMIU terbanyak ke empat setelah Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kota Dumai serta merupakan satu satunya kabupaten yang mempunyai kebijakan daerah yang mengatur penyelenggaraan DAMIU melalui Peraturan Bupati Kuantan Singingi nomor 29 tahun 2013 tentang Pedoman Persyaratan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum. Jumlah DAMIU di Kabupaten Kuantan Singingi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2012 terdapat 60 DAMIU meningkat jumlahnya menjadi 232 DAMIU pada tahun 2013, 238 DAMIU pada tahun 2014 dan 252 DAMIU di tahun 2015 (Dinkes Kuansing, 2015). Berdasarkan laporan dari Seksi Registrasi dan Akreditasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi, jumlah DAMIU yang memiliki izin usaha dari tahun 2010-2015 berjumlah hanya 17 dari 252 DAMIU atau 6,7% dari DAMIU yang ada, sehingga masih banyak DAMIU yang belum mempunyai izin atau rekomendasi dari Dinas Kesehatan sudah beroperasi melakukan penjualan air minum (Dinkes Kuansing, 2015). Laporan dari Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi diperoleh data bahwa sebagian besar DAMIU tidak memeriksakan kualitas air minumnya secara berkala sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan juga air minum dari DAMIU banyak yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1

Sumber : Laporan Pemeriksaan Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2015. Gambar 1.1. Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015. Gambar 1.1.terlihat bahwa setiap pemeriksaan yang dilakukan per triwulan, DAMIU yang tidak memenuhi syarat lebih tinggi dari DAMIU yang memenuhi syarat kesehatan dengan perbedaan yang paling signifikan terjadi pada triwulan IV hanya 3 % yang memenuhi syarat kesehatan, dengan 3 Puskesmas yang 100% DAMIU tidak memenuhi syarat yaitu Puskesmas Sentajo, Puskesmas Sukaraja dan Puskesmas Beringin Jaya. Sedangkan persentase DAMIU yang tidak diperiksa yang paling tinggi pada triwulan 3 sebesar 82,5%. Air minum yang memenuhi syarat kesehatan harus sesuai dengan Permenkes nomor 492/Menkes/Per/VI/2010 bahwa air minum harus memenuhi syarat-syarat fisik (rasa, bau dan warna), persyaratan kimia yaitu zat zat kimia dan kadarnya yang aman dikonsumsi serta persyaratan bakteriologis yaitu tidak boleh mengandung bakteri Escherichia coli maupun bakteri coliform lainnya. Apabila mengkonsumsi air minum yang tercemar dapat berdampak terhadap kesehatan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Contoh dari dampak jangka pendek yang ditimbulkan dari keberadaan bakteri E.coli yang mengindikasikan bahwa air minum telah terkontaminasi kotoran manusia dan hewan adalah penyakit diare, kejang, mual sakit kepala dan gejala lainnya. Air yang tercemar jika dikonsumsi oleh banyak orang dapat menimbulkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti yang terjadi pada siswa di SDN 019 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi pada tahun 2012. Para siswa mengalami mual, muntah dan diare setelah mereka mengkonsumsi air minum di kantin sekolah yang berasal dari depot air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Dinkes Kuansing, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Rido Wandrivel (2012) di Kecamatan Bungus Kota Padang membuktikan bahwa masih banyaknya DAMIU yang tidak memenuhi syarat bakteriologis yaitu sebesar 55,6%. Hasil penelitian Maria R Walangitan juga menunjukkan bahwa 37,5 % DAMIU yang ada di Kelurahan Ranotana-Weru dan Kelurahan Karombasan Selatan menghasilkan air yang tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung bakteri Coliform dan Escherichia coli. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dalam upaya pemenuhan akses terhadap air minum yang sehat dan aman dikonsumsi oleh masyarakat yaitu dengan lahirnya Peraturan Bupati Kuantan Singingi nomor 29 tahun 2013 tentang Pedoman Persyaratan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum (Perbup Kuansing, 2013). Kebijakan tersebut diperlukan pendekatan manajemen sehingga melahirkan pemahaman bahwa kebijakan terdiri dari dimensi perumusan, pelaksanaan yang menghasilkan kinerja kebijakan. Keberhasilan ketiganya ditentukan faktor lingkungan kebijakan. Proses manajemen tersebut secara generik terdiri dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Apabila salah satu atau tiap tahapan tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka tidak akan tercapai tujuan yang telah di tetapkan (Siswanto, 2009). Peraturan Bupati Kuantan singing no 29 tahun 2013 tersebut telah mengatur mulai dari persyaratan kualitas air minum, tata laksana pengawasan, pendanaan hingga sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran yang dilakukan, akan tetapi hasil yang diharapkan belum maksimal dengan melihat tingginya kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengawasan yang kurang dilakukan terhadap DAMIU dapat mengakibatkan rendahnya kualitas DAMIU yang ada. Hasil penelitian Dhahono di Kota Surakarta tahun 2010 tentang pengukuran kinerja dinas kesehatan dalam pengawasan DAMIU dengan menggunakan tiga indikator pengukuran kinerja menunjukkan bahwa produktivitas,

responsivitas dan akuntabilitas kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam mengawasi kualitas Depot Air Minum Isi Ulang belum cukup baik (Dhahono, 2010). Hasil penelitian tersebut senada dengan penelitian Jamaluddin di Kota Langsa Nanggroe Aceh Darusalam tahun 2007 yang menunjukkan pengawasan proses produksi air minum isi ulang di Kota Langsa belum dilaksanakan secara menyeluruh karena belum ada regulasi yang mengaturnya. Lemahnya pengawasan menyebabkan 30% depot air minum yang belum memiliki izin usahanya, dan 30% depot air minum yang dijadikan sampel tidak memenuhi syarat sebagai air minum (Jamaluddin, 2007). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Masih banyaknya DAMIU yang telah beroperasi tetapi belum mempunyai izin dan tidak memenuhi syarat kesehatan di Kabupaten Kuantan Singingi b. Belum maksimalnya pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah dalam pengawasan terhadap depot air minum isi ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. c. Apakah hambatan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan terhadap depot air minum isi ulang di Kabupaten Kuantan Singingi? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisa Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Kuantan Singingi. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Tujuan Khusus Kuantitatif

1. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap responden terhadap Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Diketahui distribusi frekuensi Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. 3. Diketahui hubungan tingkat pengetahuan responden terhadap Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. 4. Diketahui hubungan sikap responden terhadap Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. b. Tujuan Khusus Kualitatif 1. Diketahui komponen input (tenaga, dana, sarana dan prasarana) pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Diketahui komponen process (Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan) pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. 3. Diketahui komponen output (Depot Air Minum Isi Ulang yang memenuhi syarat ) di Kabupaten Kuantan Singingi. 4. Diketahui hambatan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan depot air minum isi ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian lainnya yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang dan dapat memperluas informasi serta pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian terhadap sektor terkait yaitu: a. Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi Sebagai masukan dalam membuat perencanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kuantan Singingi. b. Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar sebagai pendukung dalam upaya peningkatan dan penertiban perizinan Depot Air Minum Isi Ulang. c. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sebagai masukan yang berguna bagi Satpol PP dalam meningkatkan penertiban Depot Air Minum Isi Ulang dan mendukung terlaksananya peraturan daerah. d. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya tentang kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang.