OP_029 PENGARUH JUMLAH KENDARAAN BERBAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP KONSENTRASI TIMBAL (Pb) DI UDARA AMBIEN JALAN RAYA KOTA PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

HUBUNGAN KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN ROADSIDE DENGAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JARINGAN JALAN SEKUNDER KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Agusnar Analisa Pencemaran dan Pengendalian Pencemaran. Medan: USU Press.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Transkripsi:

OP_029 PENGARUH JUMLAH KENDARAAN BERBAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP KONSENTRASI TIMBAL (Pb) DI UDARA AMBIEN JALAN RAYA KOTA PADANG Yenni Ruslinda 1, Hendra Gunawan 2, Fadjar Goembira 1, Suci Wulandari 1 1 Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis, Padang e-mail: yenni@ft.unand.ac.id, 2 hendra@ft.unand.ac.id ABSTRAK Salah satu sumber partikel timbal (Pb) di udara ambien berasal dari hasil pembakaran bahan tambahan Pb pada kendaraan berbahan bakar bensin yang akan mengemisikan Pb in organik. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh jumlah kendaraan berbahan bakar bensin terhadap konsentrasi Pb di udara ambien jalan raya Kota Padang yang dilakukan di jaringan jalan primer Kota Padang, diwakili oleh Jl. Sudirman, Jl. Imam Bonjol dan Jl. M. Yunus. Pengambilan sampel Pb dalam PM 10 di udara ambien menggunakan alat Low Volume Sampler dan analisisnya dengan alat Spektrofotometri Serapan Atom, sedangkan pengukuran jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dilakukan secara manual langsung di lapangan. Hasil pengukuran didapatkan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi ketiga jalan berkisar antara 1.553-2.883 unit kendaraan/jam dan konsentrasi rata-rata Pb di udara ambien jalan raya berkisar antara 1,060-1,594µg/Nm 3. Konsentrasi ini masih berada di bawah baku mutu menurut PP RI No. 41 tahun 1999. Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin memberikan pengaruh sebesar 79-97% terhadap keberadaan Pb di udara ambien, dengan korelasi sangat kuat (r=0,891-0,987). Uji validasi terhadap persamaan yang dihasilkan memberikan nilai persen error (E) kecil dari 5%. Kata kunci: bensin, jalan raya, PM10, timbal (Pb), udara ambien 1. PENDAHULUAN Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor menghasilkan 85% dari seluruh pencemaran udara yang terjadi. Emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor menghasilkan berbagai polutan seperti Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Oksida Nitrogen (NO x), Oksida Sulfur (SO x), partikulat dan Timbal (Pb) (Senkey, Jansen, dan Wallah, 2011). Secara alami Pb ditemukan di udara dengan kadar yang berkisar antara 0,0001-0,001 μg/m 3 (Kumaat, 2012). Namun dengan adanya aktivitas transportasi dan industri, konsentrasi Pb di udara mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pb dari kendaraan bermotor berasal dari hasil pembakaran bahan tambahan (aditive) Pb pada kendaraan berbahan bakar bensin yang akan menghasilkan emisi Pb in organik. Pb dalam bentuk senyawa alkyl-pb digunakan sebagai campuran bensin yang berfungsi untuk meningkatkan bilangan oktan bahan bakar. Logam berat Pb yang bercampur dengan bahan bakar dan oli, melalui proses di dalam mesin, menghasilkan logam berat Pb yang akan keluar melalui knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Popescu, 2011) Kerancunan yang ditimbulkan oleh logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit. Sebagian Pb yang terhirup akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Tingkat penyerapan itu sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel senyawa logam Pb yang ada dan volume udara yang mampu dihirup pada saat bernapas. Makin kecil ukuran partikel debu dan semakin besarnya volume udara yang dihirup akan semakin besar pula konsentrasi logam Pb yang diserap tubuh. Logam Pb yang masuk ke paru-paru melalui proses pernapasan akan diserap dan berikatan dengan darah di paru-paru kemudian akan diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Lebih dari 90% logam Pb yang terserap oleh darah berikatan dengan sel-sel darah merah (Palar, 2008). Hasil penelitian kadar Pb di udara ambien beberapa kotakota besar di Indonesia seperti Bandung dan Semarang dalam kurun waktu 10 tahun menunjukkan bahwa kadar Pb yang ada di udara cukup mengkhawatirkan. Konsentrasi Pb di Kota Bandung pada tahun 2006 berkisar antara 0,05-2,92 µg/nm 3 (Gusnita, 2013). Hasil penelitian Sukono (2011) di Kota Semarang kadar Pb sudah mencapai konsentrasi 2,41 µg/nm 3. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar timbal yang ada sudah melebihi standar baku mutu menurut PP No.41 tahun 1999 yaitu sebesar 2 µg/nm 3 (Anonim A, 1999). Dengan melihat adanya peningkatan konsentrasi partikel Pb di udara ambien jalan raya dan dampaknya terhadap kesehatan, dilakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur konsentrasi partikel Pb di udara ambien jalan raya dan menganalisis pengaruh 162

jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi jalan terhadap keberadaan partikel Pb di udara ambien jalan raya Kota Padang. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengumpulan data sekunder, penelitian pendahuluan, pengambilan data primer, analisis laboratorium, dan pengolahan data. Pengumpulan data sekunder berupa data nama dan klasifikasi jalan Kota Padang yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Padang, data kecepatan dan arah angin dominan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Tabing Padang, dan yang terakhir peta lokasi penelitian yang diperoleh dari Google Maps. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lokasi dan waktu sampling. Penelitian dilakukan dengan menghitung volume lalu lintas di beberapa ruas jalan yang dari pengamatan lapangan diprediksi berpotensi menghasilkan konsentrasi polutan udara lebih besar. Pemilihan lokasi dan tata cara pengukuran di lapangan didasarkan pada SNI-19-7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside. Sesuai SNI, lokasi pengambilan sampel udara harus tegak lurus dengan arah angin dominan dan penempatan alat pengambilan sampel pada jarak 1-5 meter dari pinggir jalan raya dan ketinggian 1,5-3 meter dari permukaan tanah, serta berjarak minimal 25 m dari persimpangan dan bebas dari gangguan fisik dan kimia (Anonim, 2005). Berdasarkan data sekunder dan penelitian pendahuluan yang dilakukan, lokasi sampling yang dipilih pada penelitian ini adalah jaringan jalan primer Kota Padang yang terdiri dari Jl. Sudirman mewakili jalan arteri, Jl. Imam Bonjol mewakili jalan kolektor, dan Jl. M. Yunus mewakili jalan lokal. Gambar 1 memperlihatkan peta lokasi penelitian. Data primer yang diambil di ketiga lokasi penelitian adalah partikel Pb dalam PM10 di udara ambien jalan raya, data kondisi meteorologi serta data jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi ketiga jalan. Pengambilan sampel dilakukan secara bersamaan untuk ketiga parameter tersebut.. U C C A B Ket: A: Jl. Sudirman, B: Jl. Imam Bonjol, C: Jl. M. Yunus Gambar 1 Peta Lokasi PenelitianData Sampel Pb di udara ambien diambil setiap empat jam selama dua hari untuk masing-masing jalan. Alat pengambilan sampel Pb menggunakan Low Volume Sampler (LVS) merek Sibata SL-15P yang merupakan alat untuk pengambilan PM10 yaitu partikel di udara yang berukuran < 10 µm. Prinsip kerja alat ini menyaring partikulat pada filter fiber glass dengan cara melewatkan udara melalui pompa penghisap pada laju aliran 20 liter/menit. Selanjutnya dilakukan analisis laboratorium dengan mendestruksi filter PM10 dengan asam nitrat, kemudian dilakukan pengukuran kandungan Pb dengan alat Spektofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 283,3 nm. kondisi meteorologi saat sampling dibutuhkan untuk perhitungan konsentrasi Pb. Pengukuran kondisi meteorologi dilakukan 15 menit sekali dengan menggunakan packet weatherman untuk mengukur temperatur dan tekanan udara, sedangkan arah angin menggunakan bendera dan kompas. Pengukuran jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dilakukan secara manual dengan menggunakan counter. Untuk memudahkan pengukuran di lapangan, sebelumnya telah dilist jenis dan merk kendaraan berbahan bakar bensin yang biasanya melintasi jalan raya Kota Padang. Pengukuran jumlah kendaraan ini dilakukan setiap jam dan diakumulasikan setiap 4 jam sesuai dengan waktu pengambilan sampel Pb. Setelah diperoleh konsentrasi Pb di udara ambien dan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin pada masingmasing jalan, dilakukan uji analisis regresi dan korelasi dengan SPSS 20 untuk melihat hubungan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dengan konsentrasi Pb. Dalam penelitian ini konsentrasi Pb merupakan variabel 163

tak bebas sedangkan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin sebagai variabel bebas. Analisis regresi dilakukan untuk mendapatkan persamaan hubungan antara konsentrasi Pb dengan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin. Analisis korelasi dilakukan untuk mengukur derajat kedekatan suatu relasi yang terjadi antar variabel, yang dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi (r) dapat didefinisikan sebagai ukuran hubungan linear antara dua variabel. Angka korelasi berkisar antara 0 (tidak ada korelasi sama sekali) sampai dengan 1 (korelasi sempurna). Angka korelasi yang semakin mendekati 1 berarti korelasi semakin erat sedangkan yang mendekati 0 berarti korelasi semakin lemah (Hasan, 2008). Selanjutnya dilakukan uji validasi untuk melihat sejauh mana perbedaan antara konsentrasi hasil pengukuran di lapangan dengan konsentrasi hasil perhitungan dengan persamaan yang diperoleh, yaitu dengan menghitung nilai persen error (E). Makin kecil nilai persen error, makin valid persamaan yang dihasilkan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar Bensin. Gambar 2 memperlihatkan fluktuasi harian jumlah kendaraan berbahan bakar bensin di ketiga jalan. Jumlah kendaraan berbahan bakar bensin di ketiga jalan berkisar antara 39.909-41.899 kendaraan/hari. Jumlah kendaraan berbahan bakar bensin rata-rata di Jl. Sudirman sebesar 2.883 kendaraan/jam, Jl. Imam Bonjol sebesar 1.553 kendaraan/jam dan di Jl. M. Yunus sebesar 2.415 kendaraan/jam. Jumlah kendaraan berbahan bakar bensin paling banyak melintas di Jl. Sudirman yang merupakan jalan arteri. Dari pengamatan di lapangan jenis kendaraan bensin yang paling banyak melewati jalan ini adalah jenis kendaraan ringan seperti mobil pribadi dan angkutan kota serta sepeda motor. Selain lebar jalan yang lebih besar dibandingkan kedua jalan lainnya, tata guna lahan sekitar jalan yang terdiri dari kawasan perkantoran dan pendidikan serta letak jalan di pusat kota juga menjadi faktor yang mempengaruhi jumlah kendaraan berbahan bakar bensin lebih banyak melintas di Jl. Sudirman. Gambar 2 Fluktuasi Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar Bensin di Ketiga Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kota Padang yaitu di jaringan jalan sekunder didapatkan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi jalan berkisar 1.743-2.249 kendaraan/jam. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jalan primer pada penelitian ini. Perbedaan ini dipengaruhi oleh fungsi jalan, jenis kendaraan, tata guna lahan dan lokasi jalan berada di pusat atau pinggiran kota. Pada jaringan jalan sekunder ini, jumlah kendaraan berbahan bakar bensin paling banyak melintas di Jl. Perintis Kemerdekaan yang merupakan jalan lokal. Jenis kendaraan dominan adalah sepeda motor sebesar 67,48% dan kendaraan ringan sebesar 31,61%. (Gunawan, Ruslinda, Angela, 2015). Fungsi jalan sebagai jalan lokal yang melayani angkutan dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan ratarata rendah dan jumlah jalan tidak dibatasi (Anonim,2006), mengakibatkan kendaraan banyak dilalui oleh sepeda motor. Tata guna lahan di sekitar lokasi jalan yang merupakan kawasan pendidikan, rumah sakit dan pemukiman serta lokasi jalan di pusat kota juga mempengaruhi sepeda motor dan mobil pribadi melintasi jalan ini. Dari pengamatan lapangan di jaringan jalan primer, lebih banyak dilewati oleh kendaraan berbahan bakar bensin dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar solar untuk ketiga jalan. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian terdahulu di jaringan jalan sekunder yang diwakili oleh Jl. Raya By Pass, Jl. Bagindo Aziz Chan dan Jl. Perintis Kemerdekaan. Dari hasil pengukuran diperoleh persentase kendaraan berbahan bakar bensin sebesar 86,59-97,19% dan kendaraan berbahan bakar solar hanya 2,81-13,4% (Gunawan, Ruslinda, Angela, 2015). Pada gambar 2 juga dapat dilihat fluktuasi harian jumlah kendaraan berbahan bakar bensin di ketiga jalan. Jumlah kendaraan berbahan bakar bensin mulai meningkat pada rentang pukul 04.00-08.00 WIB dan mencapai puncaknya pada rentang pukul 08.00-12.00 WIB untuk Jl Imam Bonjol dan M. Yunus, sedangkan 164

di Jl. Sudirman pada rentang pukul 12.00-16.00 WIB. Di atas pukul 20.00 WIB, jumlah kendaraan berbahan bakar bensin mengalami penurunan hingga mencapai jumlah minimum pada rentang pukul 00.00-04.00 WIB. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh fluktuasi aktivitas masyarakat dalam menggunakan kendaraan bermotor di jalan raya. 3.2 Analisis Konsentrasi Pb dalam PM10 di Udara Ambien Jalan Raya Hasil pengukuran konsentrasi rata-rata Pb di ketiga lokasi penelitian berkisar antara 1,060-1,594 µg/nm 3 dengan konsentrasi tertinggi terdapat pada Jl. Sudirman sebesar 1,594 µg/m 3 diikuti oleh Jl. M. Yunus dan Jl. Imam Bonjol sebesar 1,250 µg/m 3 dan 1,060 µg/m 3. Konsentrasi Pb yang tinggi pada Jl. Sudirman dipengaruhi oleh jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang lebih banyak melewati jalan ini dibandingkan dengan jalan lainnya. Kendaraan berbahan bakar bensin yang sering melintas adalah mobil pribadi dan sepeda motor. Urutan kosentrasi partikel Pb di ketiga jalan sama dengan urutan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi jalan, dengan urutan dari yang terbesar adalah. Jl. Sudirman, Jl. M. Yunus dan Jl. Imam Bonjol Konsentrasi Pb di udara ambien jalan raya Kota Padang hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Yanismai pada tahun 2003. yang berkisar antara 0,336-0,359 μg/nm 3 Peningkatan konsentrasi Pb di udara ambien jalan raya selama kurun waktu 13 tahun menunjukkan peningkatan sebesar 2-3 kali lipat dari konsentrasi pada tahun 2003. Dibandingkan dengan penelitian di jaringan jalan sekunder yang dilakukan pada tahun 2015 dengan konsentrasi Pb berkisar antara 0,826-1,039 µg/nm 3 (Gunawan, Ruslinda, Amelia, 2016), konsentrasi Pb pada penelitian ini juga lebih tinggi. Penyebab peningkatan konsentrasi ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kendaraan yang melintasi jalan raya Kota Padang sebesar 5-10% pertahunnya (Anonim, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Sunoko, Hariyarto dan Santoso (2011) di Kota Semarang juga memperlihatkan hubungan antara konsentrasi Pb dengan jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin. Penelitian ini dilakukan pada empat lokasi yang padat lalu lintas. Hasil pengukuran konsentrasi Pb dari keempat lokasi tersebut berkisar 0,86-2,41 µg/m³. Dalam penelitian ini didapatkan konsentrasi Pb terbesar terdapat pada daerah yang mempunyai arus lalu lintas yang padat dan didominasi oleh kendaraan pribadi dan angkutan umum yang rata-rata menggunakan bahan bakar bensin. Gambar 3 memperlihatkan fluktuasi harian konsentrasi Pb di jalan raya Kota Padang dan perbandingannya dengan baku mutu. Peningkatan konsentrasi Pb dimulai pada rentang pukul 04.00-08.00. Konsentrasi puncak terjadi pada rentang pukul 08.00-12.00 WIB di Jl Imam Bonjol dan M. Yunus, serta pada rentang pukul 12.00-16.00 WIB di Jl. Sudirman. Konsentrasi Pb mulai mengalami penurunan pada pukul 20.00 WIB, hingga mencapai konsentrasi minimum pada rentang pukul 00.00-04.00 WIB. Fluktuasi konsentrasi Pb di udara ambien sejalan dengan fluktuasi jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang melintas di ketiga jalan, seperti yang sudah dibahas pada sub bab di atas. Konsentrasi Pb di jalan raya Kota Padang masih berada di bawah baku mutu menurut PP No 41. Tahun 1999 sebesar 2 µg/nm³. Namun jika dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk parameter Pb di udara menurut WHO, dengan batas syarat maksimal kadar Pb udara yang diperbolehkan adalah sebesar 0,5-1,5 μg/nm³, konsentrasi Pb pada jam-jam puncak terutama pada sore hari menunjukkan konsentrasi yang telah melebihi standar WHO. Untuk itu perlu adanya pemantauan kualitas udara secara berkala terutama untuk parameter Pb, karena Pb mempunyai sifat yang terakumulasi di dalam darah. Semakin sering dan semakin tinggi terpapar Pb akan mengakibat dampak yang semakin parah. Dampak yang disebabkan oleh paparan Pb mulai dari anemia, terganggunya endokrin terutama kelenjar reproduksi hingga gagal ginjal dan kerusakan otak permanen. Dampak ini akan lebih dirasakan oleh anak-anak dibandingkan orang dewasa (Dewi, 2012). Timbal dari gas buang kendaraan bermotor masuk ke dalam tubuh manusia, melalui udara yang dihirup sebesar 30%-50% dan sekitar 5%-15% yang masuk melalui makanan dan minuman dari timbal yang terdapat dalam udara. Di dalam tubuh timbal bersifat kumulatif dan pada waktu jangka panjang, sekitar 10 tahun, akan menimbulkan gangguan keracunan kronis terutama pada hati, ginjal, jantung dan system saraf pusat (Mukono, 2006). 165

Gambar 3 Fluktuasi Harian Konsentrasi Pb pada ketiga Lokasi Penelitian 3.3 Analisis Hubungan Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar Bensin dengan Konsentrasi Pb dalam PM10 Analisis regresi dan korelasi digunakan sebagai metode untuk melihat hubungan konsentrasi Pb dengan jumlah kendaran berbahan bakar bensin. Tipe regresi yang digunakan adalah regresi linear dan non linear dengan konsentrasi Pb sebagai variabel tak bebas (y) sedangkan jumlah kendaraan berdasarkan bahan bakar sebagai variabel bebas (x). Tabel 1 memperlihatkan persamaan hubungan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dengan konsentrasi Pb. Dari persamaan tersebut dapat dilihat nilai korelasi (r) antara konsentrasi Pb di udara dengan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin di ketiga jalan berkisar antara 0,891-0,987 dengan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,794-0,973. Hal ini berarti hubungan antara konsentrasi Pb dengan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dapat diinterpretasikan sebagai korelasi yang sangat kuat. Jumlah kendaraan berbahan bakar bensin memberikan pengaruh sebesar 79-97% terhadap konsentrasi Pb di udara ambien. Sesuai dengan penelitian lain yang menyatakan total konsentrasi Pb di udara sekitar 90% berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor (Wijaya, 2008). Penggunaan timbal dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal perliter bensin, menurut para ahli mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya. Di Negara Indonesia setiap liter bensin premium yang dijual mengandung 0,70-0,80 gram senyawa tetraetil dan tetrametil, berarti sebanyak 0,56 0,63 gram senyawa timbal akan dilepaskan ke udara untuk setiap liter bensin yang dimanfaatkan (Anonim B, 1999). Senyawa timbal dalam bentuk Tetraethyl Lead (TEL) dan Tetramethyl Lead (TML) ditambahkan pada bahan bakar bensin sebagai upaya untuk meningkatkan octane number dari bahan bakar tersebut, meningkatkan daya pelumas, meningkatkan efisiensi pembakaran bahan bakar bensin sehingga kinerja kenderaan bermotor meningkat. Timbal yang mencemari udara terdapat dalam bentuk padatan atau partikel-partikel. Padatan timbal terutama berasal dari pembakaran bahan aditif bensin dari kenderaan bermotor yang terdiri dari 62 % tetraetil-pb, 18 % etilendikhlorida, 18 % etilendibromida dan sekitar 2 % campuran tambahan senyawa-senyawa lain... Tabel 1. Analisis Regresi, Korelasi dan Uji Validasi Persamaan Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar Bensin dengan Konsentrasi Pb di Udara Ambien Jalan Raya Kota Padang Fungsi Jalan Nama Jalan Persamaan R 2 Persen Error r Korelasi (E, %) Jl. Sudirman Arteri Primer y = 0,8287 e 5E-05x 0,933 0,966 Sangat Kuat 5 Jl. Imam Bonjol Kolektor Primer y = 0,6212 e 8E-05x 0,794 0,891 Sangat Kuat 4 Jl. M. Yunus Lokal Primer y = 9E-05x + 0,345 0,973 0,987 Sangat Kuat 4 Tidak musnahnya Pb dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan bermotor menjadi sangat tinggi (Palar, 2008). Dari senyawa timbal yang ditambahkan ke bensin, kurang lebih 70% diemisikan melalui knalpot dalam bentuk garam inorganik, 1% diemisikan masih dalam bentuk tetraalkyl lead dan sisanya terperangkap dalam sistem exhaust dan mesin oli (Mukono, 2006). Reaksi kimia pembakaran tidak sempurna di ruang bakar engine dalam kendaraan bermotor yang mengemisikan partikel Pb sebagai berikut : 166

C 8H 18 + 0 2 + N 2 CO + CO 2 + HC + NO x + SO 2 + Pb + O 2 + Partikel lainnya. Kendaraan berbahan bakar bensin lebih dominan mengemisikan CO, HC, dan Pb sedangkan kendaraan berbahan bakar solar lebih dominan terhadap SO 2 dan unsur C yang menimbulkan kepekatan asap knalpot (Anonim B., 1999) Persamaaan yang diperoleh dari analisis regresi dan korelasi hubungan antara jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dan konsentrasi Pb di udara ambien selanjutnya dilakukan uji validasi untuk melihat sejauh mana perbedaan antara konsentrasi hasil pengukuran di lapangan dengan konsentrasi hasil perhitungan dengan persamaan. Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai persen error (E). Makin kecil nilai E, makin valid persamaan yang dihasilkan. Hasil pengujian validasi dari penelitian ini diperoleh nilai E untuk ketiga persamaan berkisar antara 4-5%. Hal ini berarti perbedaan konsentrasi Pb yang dihasilkan dari perhitungan dengan persamaaan dan konsentrasi Pb yang diperoleh dari pengukuran lapangan kurang dari 5%. Dengan demikian persamaaan hubungan jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dan konsentrasi Pb dapat dikatakan valid, karena kecilnya nilai E yang diperoleh. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Konsentrasi Pb di jalan raya Kota Padang berkisar antara 1,060-1,594 µg/nm 3 yang masih berada di bawah baku mutu udara ambien nasional. Konsentrasi Pb ini dipengaruhi oleh jumlah kendaraan berbahan bakar bensin yang melintas di jalan tersebut sebesar 79-97%. Hal ini terbukti dari samanya fluktuasi harian kedua parameter tersebut serta hasil analisis regresi dan korelasi menghasilkan nilai r sebesar 0,891-0,987, koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,794-0,973 dan uji validasi persamaan dengan nilai persen error (E) kecil dari 5%. DAFTAR PUSTAKA Anonim A. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kementrian Lingkungan Hidup: Jakarta. Anonim B. 1999. Komite Penghapusan Bensin Bertimbal. Dampak Pemakaian Bensin Bertimbal dan Kesehatan. Anonim. 2005. SNI 19-7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta Anonim. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006, tentang Jalan. Kementerian Perhubungan Darat: Jakarta. Anonim. 2014. Profil dan Kinerja Perhubungan Darat Propinsi Sumatera Barat tahun 2014 Dewi, S.Y. 2012. Kajian Efektifitas Daun Puring (Codiaeum viriagetum) dan Lidah Mertua (Sanseviera trispasciata) dalam Menyerap Timbal di Udara Ambien. Jakarta: Universitas Satya Negara Indonesia Gunawan, H. Ruslinda, Y. Angela Y., 2015. Hubungan Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara Ambien Roadside dengan Karateristik Lalu Lintas di Jaringan Jalan Sekunder Kota Padang. Prosiding The 18 th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015 Gunawan H., Ruslinda Y., Amelia E., 2016. Analisis Hubungan Jenis Kendaraan dengan Konsentrasi Timbal (Pb) di Udara Ambien Jalan Raya Kota Padang. Prosiding Seminar 3 th ACE National Conference 2016. Padang. Gusnita, D. 2010. Green Transport: Transportasi Ramah Lingkungan dan Kontribusinya dalam Mengurangi Polusi Udara. Berita Dirgantara, Vol. 11, No. 2, p66-71, ISSN 1411-8920,. Gusnita, D. 2013. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara, Vol. 13, No. 3, p95-101.issn 1411-8920. Hasan, M.I. 2008. Pokok Pokok Statistik untuk Teknk dan Sains. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Kumaat, M., 2012. Transportasi dan Polusi pada Kawasan Pendidikan. Jurnal Tekno Sipil, Vol. 10, No.57, p27-32. Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No 2. Hal 129-142. Palar, H. 2008. Pencemaran Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Popescu, C.G., 2011. Relation Between Vehicle Traffic And Heavy Metals Content From The Particulate Matters. Romanian Reports in Physics, Vol. 63, No. 2, p477-482. Senkey, L.S., Jansen, F. dan Wallah, S. 2011. Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol 1, No 2, Hal 119-126. Sukono, H.R., Hardiyanto, A. dan Santoso, B. 2011. Dampak Aktifitas Transportasi Terhadap Kandungan Timbal (Pb) dalam Udara Ambien Di Kota Semarang. Jurnal Bioma, Vol 1, No.2, Hal. 105-112. Wijaya, 2008. Pertambahan Konsentrasi Jerapan Timbal (Pb) pada Daun Mahoni dari Emisi Kendaraan Bermotor. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Yanismai, 2010. Hubungan Antara Kepadatan Lalu Lintas dengan Kualitas Udara Di Kota Padang. Tesis Pascasarjana Universitas Andalas: Padang 167