Menimbang BUPATI ENREKANG PERATURAN BUPATI ENREKANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ENREKANG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana perlu menetapkan Peraturan Bupati Enrekang, tentang Prosedur Tetap pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Korban Bencana Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Tk. II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829); 7. Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 8. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tatacara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar; 9. Peraturan Bupati Enrekang Nomor 06 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Unsur Pelaksana Badan Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten Enrekang; 10. Peraturan Bupati Enrekang Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR KORBAN BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Enrekang 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah 3. Bupati adalah Bupati Enrekang 4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat BPBD adalah Perangkat daerah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi penanggulangan bencana di Kabupaten Enrekang 5. Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis 6. Bantuan adalah bantuan kemanusiaan yang terdiri dari penampungan sementara, bantuan pangan, sandang, air bersih dan sanitasi, serta pelayanan kesehatan. 7. Penampungan/Hunian Sementara (Huntara) adalah tempat tinggal sementara selama korban bencana mengungsi, baik berupa tempat penampungan massal maupun keluarga, atau individual.
8. Bantuan pangan dan non pangan adalah bantuan bahan makanan dan bantuan lainnya diluar bantuan pangan yang diberikan kepada korban bencana demi kelangsungan hidup sesuai dengan makanan pokok setempat. 9. Sandang adalah keperluan individu berupa pakaian dan perlengkapan pribadi. 10. Air Bersih adalah air yang kualitasnya memadai untuk diminum serta digunakan bagi kebersihan pribadi dan rumah tangga tanpa menyebabkan resiko yang berarti terhadap kesehatan. 11. Sanitasi adalah kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan saluran air (drainase), pengelolaan limbah cair dan padat, pengedalian vektor (sumber penyebar penyakit), dan pembuangan tinja 12. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pemberian obatobatan bagi korban bencana, baik untuk pengobatan maupun untuk pencegahan penyakit. 13. Standar Minimal Kebutuhan Dasar adalah tingkat minimal yang harus dipenuhi dalam pemenuhan kebutuhan penampungan/hunian, bantuan pangan, sandang, air bersih, sanitasi, dab pelayanan kesehatan. 14. Kelompok Rentan adalah bayi, anak usia dibawah 5 tahun, anak-anak, ibu hamil atau menyusui, penyandang cacat, orang sakit dan orang lanjut usia (manula) BAB III MAKSUD, TUJUAN DAN PRINSIP Bagian Kesatu Maksud Pasal 1 Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana dimaksudkan untuk menjadi panduan dalam melaksanakan pemberian bantuan guna memenuhi kebutuhan dasar korban bencana secara terkoordinasi, efektif dan akuntabel. Bagian Kedua Tujuan Pasal 2 Tujuan Prosedur Tetap Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar ini adalah : 1. Meningkatnya mobilisasi sumberdaya bantuan dari pemberi bantuan kepada penerima bantuan; 2. Tersalurnya pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar kepada korban bencana secara cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan; dan 3. Terselenggaranya proses pemberian bantuan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ditentukan.. Bagian Ketiga Prinsip Pasal 3
Prinsip prinsip dalam pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar adalah : 1. Cepat dan Tepat; 2. Prioritas; 3. Koordinasi dan keterpaduan; 4. Berdaya Guna dan Berhasil Guna; 5. Transparansi dan Akuntabel; 6. Kemitraan; 7. Pemberdayaan; 8. Non Diskriminatif; dan Non Proletisi. Pasal 4 (1) Prinsip cepat dan tepat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 adalah bahwa dalam memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan kebutuhan (2) Prinsip prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 adalah bahwa pemberian bantuan harus diutamakan kepada kelompok rentan. (3) Prinsip koordinasi dan keterpaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3 adalah bahwa pemberian bantuan didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung, dan Keterpaduan adalah bahwa pemberian bantuan dilaksanakan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung. (4) Prinsip berdaya guna dan berhasil guna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4 adalah bahwa pemberian bantuan dilaksanakan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan, dan berhasil guna adalah bahwa pemberian bantuan harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan korban bencana dengan tidak membuang waktu,tenaga, dan biaya yang berlebihan. (5) Prinsip transparansi dan akuntabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5 adalah bahwa pemberian bantuan dilakukan secara terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan, dan Akuntabel adalah bahwa pemberian bantuan pemenuhan kebutuan dasar korban bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawbkan secara etika dan hukum. (6) Prinsip kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6 adalah bahwa pemberian bantuan harus melibatkan berbagai pihak secara seimbang. (7) Prinsip pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7 adalah bahwa pemberian bantuan dilakukan dengan melibatkan korban bencana secara aktif. (8) Prinsip Non Diskriminatif dan Non Proletisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8 adalah bahwa pemberian bantuan tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik manapun, dan Prinsip Non Proletisi adalah bahwa dalam memberikan bantuan dilarang menyebarkan agama atau keyakinan.
BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI Pasal 5 Kebijakan (1) Penanggulangan bencana dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi yang melibatkan seluruh potensi pemerintah, swasta dan masyarakat, baik pada tahap prabencana, saat terjadi bencana maupun pasca bencana (2) Memberikan penjaminan pemenuhan hak masyarakat korban bencana dan pengungsi yang terkena bencana terutama pelayanan kebutuhan dasar secara adil dan sesuai dengan standar minimal Pasal 6 Strategi (1) Pemerintah memfasilitasi penyiapan dan penyediaan sumberdaya sedekat mungkin dengan lokasi rawan bencana (2) Mengupayakan terpenuhinya standar minimum dalam pemenuhan kebutuhan dasar. BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBERIAN BANTUAN Pasal 7 Jenis bantuan yang diberikan oleh Daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar adalah : 1. Bantuan tempat tinggal/hunian sementara (Huntara); 2. Bantuan pangan; 3. Bantuan non pangan; 4. Bantuan sandang; 5. Bantuan air bersih dan sanitasi; dan 6. Bantuan pelayanan kesehatan. Pasal 8 (1) Bantuan tempat tinggal/hunian sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 angka 1 adalah bantuan penampungan dalam bentuk tenda-tenda, barak, atau gedung fasilitas umum/sosial, seperti tempat ibadah, gedung olahraga, balai desa, gedung pertemuan yang mungkin digunakan sebagai tempat tinggal sementara. (2) Bantuan pangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 angka 2 adalah bantuan bahan makanan, makanan siap saji, atau masakan yang disediakan dapur umum, dan bantuan makanan khusus untuk kelompok rentan. (3) Bantuan non pangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 angka 3 adalah bantuan untuk rumah tangga korban bencana dipengungsian berupa peralatan memasak dan makan, kompor, bahan bakar/gas elpiji, dan penerangan serta alat perkakas untuk perbaikan hunian sementara (bila dibutuhkan). (4) Bantuan sandang sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 angka 4 adalah bantuan perlengkapan pribadi untuk melindungi diri dari iklim, cuaca, memelihara kesehatan dan
mampu menjaga privasi dan martabat, serta bantuan kebersihan pribadi seperti sabun mandi, shampo, sikat gigi, dan sandang khusus kelompok rentan. (5) Bantuan air bersih dan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 angka 5 adalah bantuan air bersih untuk kebersihan pribadi, rumah tangga, bantuan air minum, dan bantuan untuk sanitasi berupa layanan kebersihan dan kesehatan lingkungan yang terkait dengan saluran air buangan (drainase), tempat pembuangan limbah cair, padat, pembuangan tinja dan pengendalian vendor (hama/virus) penyakit. (6) Bantuan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 angka 6 adalah bantuan pelayanan kesehatan dasar dan klinis bagi korban bencana baik individu maupun kelompok dan pengendalian penyakit tidak menular dan penyakit menular. Pasal 9 (1) Tata cara pemberian bantuan dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah sesuai dengan tingkatan bencana, melalui Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana. (2) Bantuan dari masyarakat, dunia Usaha, dan Lembaga Swadaya Masyarakat, yang memberikan bantuan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah, selanjutnya dikoordinir dan dikumpulkan, didata dan diinventasiasi oleh BPBD sebelum disalurkan kepada korban bencana atau dapat langsung diberikan kepada korban bencana setelah berkoordinasi dengan BPBD. (3) Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD menentukan jenis dan jumlah bantuan kebutuhan dasar yang diperlukan berdasarkan hasil penilaian cepat, untuk disampaikan kepada Kepala BPBD guna persiapan dan penyaluran bantuan bencana kepada korban. Pasal 10 (1) Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Pemberi Bantuan (2) Tim Pelaksana Pemberi Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Koordinator Lapangan yang dibantu oleh : a. petugas admistrasi; b. petugas medis (kesehatan); c. petugas keamanan; d. petugas dapur umum Lapangan; e. pekerja sosial; f. psikolog (bila dibutuhkan); g. petugas teknis sesuai kebutuhan, seperti teknisi pendirian tenda, teknisi air bersih, teknisi sanitasi, teknisi penerangan, teknisi komunikasi; dan
h. relawan bencana/tenaga yang memiliki kepedulian dalam penanggulangan bencana (3) Tim Pelaksana pemberi bantuan dapat berasal dari : a. pemerintah daerah, kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB), desa/kelurahan/kecamatan; b. instansi pemerintah (termasuk staf BPBD); c. TNI/Polri; d. LSM, PMI; e. SAR, TAGANA; f. Perguruan tinggi; dan g. Anggota masyarakat lainnya. (4) Tim Pelaksana Pemberian Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah instansi, organisasi, kelompok, atau perorangan yang telah dilatih dalam penanggulangan bencana atau memiliki keterampilan sesuai kebutuhan. BAB V PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN Pasal 11 Prosedur pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar adalah : 1. Penyusunan Daftar Penerima Bantuan; 2. Penilaian kebutuhan (need assessment); 3. Penentuan jumlah bantuan; 4. Pendistribusian bantuan; dan 5. Pencatatan dan pelaporan. Pasal 12 Mekanisme yang dilakukan dalam penyusunan daftar penerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 angka 1, sebagai berikut : 1. Langkah langkah : a. mengindentifikasi jumlah keluarga disetiap titik penampungan (gunakan Lampiran 1) b. penyusunan daftar penerima bantuan berdasarkan kelompok umur (gunakan Lampiran 2). 2. Teknik yang digunakan dalam Penyusunan daftar penerima bantuan dilakukan dengan menggunakan survey di seluruh tempat penampungan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi (jika ada). 3. Waktu pelaksanaan Penyusunan daftar penerima bantuan dilakukan sesegera mungkin, agar pengadaan bantuan dapat diupayakan dengan cepat dan pendistribusian bantuan dapat segera dilaksanakan. 4. Pelaksana penyusunan daftar penerima bantuan adalah petugas/tim pengumpul data yang telah terlatih atau memiliki pengalaman dalam melakukan pengumpulan data.
Pasal 13 Mekanisme yang dilakukan dalam penilaian kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 angka 2, sebagai berikut : 1. Langkah langkah : a. Mengidentifikasi kebutuhan penerima bantuan (korban bencana) 1. Mengidentifikasi kebutuhan penerima bantuan; 2. Menentukan prioritas bantuan yang diperlukan; dan 3. Menyusun daftar kebutuhan berdasarkan prioritas yang diperlukan. b. Mengidentifikasi sumber 1. Mengidentifikasi barang-barang/asset yang masih dimiliki korban/penerima Bantuan (gunakan Lampiran 3) 2. Mengidentifikasi pihak-pihak yang mungkin dilibatkan dalam penyediaan kebutuhan yang diperlukan penerima bantuan. 3. Mengidentifikasi sumber-sumber lain disekitar tampat penampungan c. Menentukan jenis bantuan yang diperlukan penerima bantuan (korban bencana) 1. Berdasarkan idenfikasi kebutuhan dan sumber, selanjutnya dapat ditentukan jenis bantuan apa yang diperlukan penerima bantuan (gunakan Lampiran 4) 2. Selain daftar jenis bantuan dan pihak yang dapat dilibatkan, perlu disusun daftar kebutuhan yang diperlukan setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali pada masa tanggap darurat (gunakan Lampiran 5) 2. Teknik yang digunakan dalam penilaian kebutuhan adalah dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan diskusi dengan calon penerima bantuan. 3. Waktu pelaksanaan kegiatan penilaian kebutuhan dapat dilakukan setelah daftar penerima bantuan disusun. 4. Pelaksana kegiatan ini dapat dilakukan oleh petugas/tim pengumpul data/pendamping lapangan yang telah terlatih atau memiliki pengalaman dalam melakukan penilaian kebutuhan. Pasal 14 Mekanisme yang dilakukan dalam penentuan jumlah bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 angka 3, sebagai berikut : 1. Langkah-langkah a. Menyiapkan daftar penerima bantuan dan daftar kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan prioritas b. Menghitung perkiraan jumlah yang harus didistribusikan pada setiap hari/minggu/bulan (gunakan Lampiran 6,7,8) c. Menghitung jumlah bantuan tidak terduga (gunakan Lampiran 9) d. Menghitung jumlah seluruh bantuan yang diperlukan selama masa di penampungan (gunakan Lampiran 10)
2. Teknik yang digunakan dalam menghitung jumlah bantuan dilakukan dengan teknik pengolahan data sederhana (manual) atau jika data terlalu kompleks karena melibatkan jumlah dan jenis bantuan yang digunakan, maka pengolahan data dapat menggunakan Statistic Package for Social Scienes (SPSS) atau teknik pengolahan data lain yang paling memungkinkan. 3. Waktu Penghitungan jumlah bantuan dilakukan setelah daftar penerima bantuan dan data jumlah setiap jenis bantuan terkumpul 4. Pelaksana dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengalaman dan terlatih dalam melakukan pengolahan data. Pasal 15 Mekanisme yang dilakukan dalam pendistribusian bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 angka 4, sebagai berikut : 1. Penerima bantuan pangan diidentifikasi dan menjadi sasaran berdasarkan kebutuhan; 2. Metode distribusi dirancang melalui konsultasi dengan kelompok-kelompok setempat, lembaga-lembaga mitra, dan melibatkan berbagai kelompok penerima; 3. Kualitas, jumlah jatah makanan/pangan dan rencana distribusi diinformasikan jauh sebelumnya kepada penerima bantuan; dan 4. Jangka waktu pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar disesuaikan dengan masa tanggap darurat bencana yang ditentukan berdasarkan eskalasi bencana. 5. Jangka waktu pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar ditetapkan oleh Bupati. 6. Kinerja dan efektifitas program bantuan pangan dimonitor dan dievaluasi dengan semestinya. Pasal 16 Mekanisme yang dilakukan dalam pencatatan dan pelaporan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 angka 5, sebagai berikut : 1. Pencatatan penerimaan bantuan meliputi: pemberi bantuan, jumlah, dan jenis bantuan, serta waktu penyerahan bantuan. 2. Pencatatan penyaluran meliputi penerima bantuan, jumlah, dan jenis bantuan, waktu penyaluran, lokasi penyaluran bantuan, serta penanggungjawab (contact persons) 3. Pencatatan persediaan logistik dan peralatan
4. Pelaporan hasil penerimaan dan penyaluran bantuan disampaikan kepada SATLAK Penanggulangan Bencana BPBD dan tembusan kepada lembaga/instansi, masyarakat yang memberikan bantuan. BAB VII KETENTAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Enrekang. Ditetapkan di Enrekang Pada tanggal BUPATI ENREKANG, HAJI LA TINRO LA TUNRUNG Diundangkan di Enrekang Pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ENREKANG, MUHAMMAD AMIRUDDIN BERITA DAERAH KABUPATEN ENREKANG TAHUN 2011 NOMOR
PERATURAN BUPATI ENREKANG NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR KORBAN BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD)
LAMPIRAN