PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DATA PERATURAN KEPALA DIVISIHUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

2017, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KO

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor P

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indo

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembara

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KLATEN PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.01/2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PEDOMAN UJI KONSEKUENSI INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN WALIKOTA MATARAM TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN NOMOR : : PER- 01 /MENKO/POLHUKAM/5/2011 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA. No.1279, 2013 KEMENTERIAN PARIWISATADAN EKONOMI KREATIF. Informasi. Dokumentasi. Pengelolaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Penyelesaian Sengketa. Informasi Pemilihan Umum. Standar Layanan. Prosedur.

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2014 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DAN DOKUMENTASI BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2011, No Tata Cara Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TENTANG TATA CARA PELAYANAN INFORMASI

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

- 1 - PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGKLASIFIKASIAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR :115 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BUPATI BATANG PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 32/Permentan/OT.140/5/2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 313, 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Neg

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

Hendry Ch Bangun Wakil Pemimpin Redaksi Warta Kota 21 November 2011

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publ

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG KEPUTUSAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG DAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 19/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

c. bahwa agar pelaksanaan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 194 TAHUN 2012

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN UJI KONSEKUENSI INFORMASI PUBLIK Nomor: SOP /HM 04/HHK

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

2012, No

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TENTANG TATACARA PELAYANAN INFORMASI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

KEPALA DESA CERMEE KABUPATEN/KOTA BONDOWOSO PERATURAN KEPALA DESA CERMEE NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGUJIAN KONSEKUENSI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa badan publik sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, berkewajiban menyediakan pelayanan informasi publik yang cepat, mudah, tepat, transparan dan akuntabel kepada pemohon informasi; b. Bahwa Divisi Humas Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan penjuru pencitraan bagi organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia, salah satu tugasnya melaksanakan Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi (PID), dalam pelaksanaan pelayanan informasi publik tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahpahaman antara pemohon dan pelayan/pengelola informasi publik;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang penyelesaian sengketa informasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Susunan Organinsasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi Pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia; MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGUJIAN KONSEKUENSI INFORMASI.

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam peraturan ini yang dimaksud : Pasal 1 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2. Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Divhumas Polri adalah unsur pengawas dan pembantu pimpinan bidang hubungan masyarakat pada tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berada di bawah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca serta disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non-elektronik. 4. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelengara dan penyelengaraan badan Publik lainya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. 5. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah Pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan Informasi di badan Publik, selanjutnya disebut Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi.

6. Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalakan Undang- Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar pelayanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau audikasi nonlitigasi. 7. Pelayanan informasi adalah serangkaian kegiatan pelayanan kepada pemohon informasi berupa penerimaan permohonan, pencatatan dan pemberian informasi. 8. Badan Publik adalah Lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan Masyarakat dan/atau luar negeri. 9. Informasi yang dikecualikan untuk dipublikasikan dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia antara lain meliputi informasi yang dapat : menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana, mengungkapkan identitas informan/pelapor/saksi, dan/atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana, mengungkapkan data intelejen kriminal dan rencana rencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan trans nasional, membahayakan keselamatan dan kehidupan penyidik dan/atau keluarganya, membahayakan keamanan peralatan, sarana dan/atau prasarana penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

10. Uji Konsekuensi Informasi yang dikecualikan adalah pengujian atas konsekuensi yang ditimbulkan (consequential harm test) sebagai suatu prosedur yang harus dilakukan oleh pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi sebelum menolah suatu permohonan informasi atas dasar pengecualian subtansial. Pasal 2 Peraturan perumusan data dan dokumen informasi yang dikecualikan untuk pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia ini bertujuan :. a. Untuk memudahkan bagi setiap Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi baik pada satuan kerja di lingkungan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indoensia maupun satuan kewilayahan dalam perumusan data dan dokumen informasi yang dikecualikan di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Sebagai pedoman pelaksanaan tugas guna mendapatkan persamaan persepsi, kesatuan tindak dan keseragaman dalam perumusan data dan dokumen informasi yang dikecualikan di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 3 Prinsip-prinsip dalam peraturan ini meliputi : a. Transparansi yaitu dalam pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi dilaksanakan secara jelas dan terbuka. b. Akuntabel yaitu setiap kegiatan dalam pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi harus dapat dipertanggungjawabkan. c. Proposionalitas yaitu setiap kegiatan dalam pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi harus mempertimbangkan serta memperhatikan antara hak dan kewajiban. d. Profesional yaitu dalam pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi harus dilakukan secara tepat dan benar sesuai aturan dan mekanisme.

e. Kerahasiaan yaitu dalam pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi harus melaksanakan kerahasiaan data dan dokumen informasi yang dikecualikan Sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Ruang lingkup peraturan ini meliputi : Pasal 4 a. Persiapan pengujian konsekuensi. b. Pelaksanaan pengujian konsekuensi. c. Penetapan uji konsekuensi. d. Pendokumentasian dan/atau pengarsipan data dan dokumen hasil dari pengujian konsekuensi informasi. BAB II TATA CARA PERUMUSAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI YANG DIKECUALIKAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a, persiapan pengujian konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a antara lain : a. Mengajukan permohonan permintaan data dan dokumen informasi yang dikecualikan dari setiap satuan kerja di lingkungan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Mengumpulkan data dan dokumen informasi yang dikecualikan dari setiap satuan kerja di lingkungan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah dikirimkan kepada Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 6 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b, pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi : a. Menentukan materi pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi yang dikecualikan yang telah dikirim oleh setiap satuan kerja di lingkungan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia kepada Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Mengundang narasumber dan pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) atau yang ditunjuk dari setiap satuan kerja di lingkungan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia terkait dengan materi yang dibahas dalam pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi. c. Diskusi disertai argumentasi dari seluruh narasumber dan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi dari setiap satuan kerja selaku peserta pengujian konsekuensi informasi. Pasal 7 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c, Penetapan pengujian konsekuensi informasi : a. Penentuan hasil keputusan materi pengujian konsekuensi informasi untuk diklasifikasikan dalam golongan informasi yang dikecualikan atau tidak. b. Penandatanganan berita acara pengujian konsekuensi informasi dari seluruh pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) atau yang ditunjuk dari setiap satuan kerja di lingkungan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia terkait dengan materi yang dibahas dalam pelaksanaan pengujian konsekuensi informasi.

Pasal 8 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf d, Pendokumentasian dan/atau pengarsipan data dan dokumen hasil dari pengujian konsekuensi informasi : a. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi beserta Pengelola Informasi dan Dokumentasi satuan kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia melaksanakan penyimpanan data dan dokumen hasil pengujian konsekuensi informasi secara benar dan aman. b. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi beserta Pengelola Informasi dan Dokumentasi satuan kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggung jawab atas kerahasiaan data dan dokumen hasil dari pengujian konsekuensi informasi di file data secara manual maupun database komputer. Pasal 9 Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi beserta Pengelola Informasi dan Dokumentasi satuan kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi publik, dengan saksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap orang. Pasal 10 a. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi beserta Pengelola informasi dan Dokumentasi satuan kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap data dan dokumen informasi yang dikecualikan melaksanakan pengujian atas konsekuensi yang timbul bukanlah merupakan suatu pengujian empirik, melainkan pengujian atas suatu konsekuensi logis yang akan terjadi jika informasi dibuka dan diberikan kepada pemohon sedemikian rupa sehingga dapat diperlukan beberapa tahapan berikut.

b. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi beserta Pengelola Informasi dan Dokumentasi satua kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia mengidentifikasikan ketentuan korektif data dan dokumen informasi yang dikecualikan dengan melakukan penelusuran terhadap konsekuensi yang ditimbulkan. c. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi beserta Pengelola Informasi dan Dokumentasi satuan kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia menganalisa konsekuensi yang ditimbulkan dan ketentuan legal yang mengatur pengecualian melalui : 1) Menguraikan data dan dokumen informasi yang dikecualikan sesuai pernyataan kerahasiaan. 2) Memanfaatkan pendapat ahli dan tim perumus satuan kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 11 Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku penanggungjawab terhadap pelayanan informasi dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia melaksanakan koordinasi secara berkala dan insidentil dengan Pengelola Informasi dan Dokumentasi satuan kerja di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia atas data dan dokumen informasi yang dikecualikan. BAB III KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang perumusan data dan dokumen informasi yang dikecualikan ini berlaku untuk dipedomani bagi para pengemban fungsi kehumasan pusat dan kewilayahan serta Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Satuan kerja dalam perumusan data

dan dokumen informasi yang dikecualikan serta dijabarkan oleh satuan kewilayahan melalui peraturan Kepala Kepolisian Daerah. Pasal 13 Peraturan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal JULI 2011 KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI, Drs. ANTON BACHRUL ALAM, SH. INSPEKTUR JENDERAL POLISI Disahkan di Jakarta Pada tanggal JULI 2011 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Drs. TIMUR PRADOPO JENDERAL POLISI REGISTRASI SETUM POLRI NOMOR... TAHUN...