BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui pendidikan yang akan menghasilkan manusia-manusia. pembangunan yang cerdas dan terampil. Di dalam tahap MPR RI. No.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dapat memenuhi keutuhan atau tujuan yang dimilikinya.

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Iptek). Persepsi masyarakat ini kiranya telah mampu memobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga

ANALISIS PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KANTOR CAMAT SINGKUT KABUPATEN SAROLANGUN WAHYU ROHAYATI*) ALFIAN**)

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan menempati posisi yang sangat penting. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk membentuk karakter manusia secara utuh. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa dan negaranya. Sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke empat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa (Undang-undang No. 20 Tahun 2003:3). Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional adalah melalui pendidikan yang akan menghasilkan manusia-manusia yang cerdas dan terampil, mampu bekerja dan mempunyai daya saing. Di dalam Tap MPR RI. No. 11/MPR 1988 (GBHN) tercantum bahwa : Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, bertanggungjawab, mandiri, cerdas, dan terampil, serta sehat jasmani dan rohani (Purwanto 2007: 36). Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pendidikan nasional harus berdasarkan dengan norma-norma yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan negara serta tuntutan pembangunan. Diharapkan melalui pendidikan dapat meningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi manusia yang berpartipasi aktif dalam pembangunan nasional. Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendaliuan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No. 20 Tahun 2003: 3). Sebagai konsekuensi dari tujuan tersebut di atas, maka seyogyanya pemerataan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan kunci utama dalam menyukseskan pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dalam hal ini masyarakat umum dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan, dan sebagai sarana pertumbuhan yang mempersiapkan diri membentuk disiplin hidup. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan dan rasa tanggung jawab. Dalam memajukan pendidikan nasional, peranan orang tua sangat menentukan, khususnya pola pikir orang tua terhadap masa depan anaknya. Dalam hal ini diperlukan pendidikan formal yang harus dijalani oleh anak-anak usia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan belas) tahun. Orang tua memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas pendidikan dan tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan dan kesempatan yang ada.sebenarnya usia anak dan remaja mempunyai potensi yang sangat positif jika dikembangkan dengan benar, karena 2

masih banyak anak-anak dan remaja yang masih mempertahankan tradisi dan nilai-nilai agama. Namun demikian, pendidikan masih merupakan konsep yang belum jelas, bahkan masih terus diperdebatkan dikalangan para orang tua di desa Suka Damai yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar dari mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu menjamin kehidupan yang akan datang. Tentu pandangan ini sangatlah tidak benar, dengan pendidikan seseorang dapat mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Pendidikan mampu mengangkat harkat dan martabat melalui perubahan-perubahan. Pandangan terakhir selalu beranggapan bahwa informasi tentang pendidikan sangat mahal harganya, sehingga masyarakat yang kehidupan sehariharinya bertani dan sulit untuk mencapainya. Mengacu pada kemampuan orang tua dalam menyekolahkan anaknya di sekolah khususnya di desa Suka Damai dapat dilihat dari mata pencaharian penduduk yang sebagian besar petani. Kesibukan orang tuanya sebagai petani, membuat waktunya untuk keluarga sangat sedikit, ini dikarenakan dalam kesehariannya mereka bekerja seharian. Ini dilakukan orang tuanya demi mencukupi kebutuhan ekonomi sehari-hari dan untuk keberhasilan anaknya. Para petani tidak mengharapkan anaknya menjadi seorang petani akan tetapi, orang tua menginginkan anaknya memiliki pendidikan yang lebih tinggi dengan harapan agar anaknya tidak mengikuti jejak pekerjaan orang tuanya sebagai petani. Akan tetapi ada juga petani yang anaknya mengikuti jejak mereka menjadi petani karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi. 3

Salah satu contoh empiris dari ketidaksesuaian dalam pendidikan dapat dilihat dari banyaknya anak-anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan formal atau putus sekolah. Dari data yang di peroleh yang ada di desa Suka Damai jumlah anak yang putus sekolah pada tahun 2008 yakni laki-laki berjumlah 17 orang dan perempuan 11 orang, sehingga jumlah total 28 orang. Pada tahun 2009 laki-laki berjumlah 19 orang dan perempuan 12 orang, total jumlahnya menjadi 31 orang. Pada tahun 2010 laki-laki berjumlah 7 orang, perempuan 12 orang, jumlahnya menjadi 19 orang. Pada tahun 2011 laki-laki berjumlah 3 orang dan perempuan 4 orang, jumlah total 7 orang. Pada tahun 2012 laki-laki berjumlah 2 orang dan perempuan 2 orang, jumlah menjadi 4 orang, dan terakhir pada tahun 2013 laki-laki 1 orang, perempuan 3 orang, jumlah menjadi 4 orang. Sehingga total keseluruhan anak putus sekolah yang ada di desa Suka Damai dari tahun 2008-2013 berjumlah 85 orang. Dari data menunjukkan tingginya anak putus sekolah di desa Suka Damai yang apabila kondisi diatas tidak diperhatikan oleh pemerintah maka kasus-kasus anak putus sekolah akan terus terjadi, yang tentunya menyebabkan kualitas sumber daya manusia yang ada tidak akan berkembang yang sesungguhnya generasi-generasi tersebut diharapkan dapat menjadi generasi dalam melanjutkan pembangunan, generasi yang berguna bagi masyarakat bangsa dan negara. Dengan tingkat pendapatan orang tua yang bervariasi dan relatif tidak stabil, yang tentu saja akan berpengaruh pada kemampuan orangtua dalam menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Namun suatu hal yang harus di ketahui oleh orang tua dalam menyiapkan anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan yang sangat tinggi, yaitu tidak hanya berdasarkan pada kemampuan ekonomi semata akan tetapi kesadaran orang tua dan memiliki 4

motivasi yang sangat tinggi untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik serta menganggap bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dan bukan menjadi suatu beban. Kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya pada hakikatnya merupakan suatu proses peningkatan harkat dan martabat melalui perubahan-perubahan yang diinginkan dalam cara berpikir, merasa dan berbuat untuk memenuhi kebutuhannya melalui pengalaman dalam pendidikan. Dikatakan bahwa pendidikan yang dimiliki seseorang merupakan suatu alat ukur dalam memperoleh penghasilan yang lebih baik, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar kemungkinannya untuk memperoleh pekerjaan atau lapangan usaha. Indikator kurangnya kesadaran pendidikan ditunjukkan oleh berbagai program pendidikan dan pelatihan keterampilan yang diberikan pada masyarakat khususnya desa Suka Damai yang dapat dilihat dari masih banyaknya anak putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikanya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal itu disebabkan karena orang tua lebih menginginkan anaknya bekerja mencari uang daripada sekolah, ini didasarkan pada kehidupan dan penghasilan orangtuanya yang hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian, masalah kurangnya peranan orang tua dalam membantu menentukan masa depan pendidikan anak-anaknya di desa Suka Damai, berkaitan dengan latar belakang yang mereka miliki. Hal ini merupakan masalah yang masih akan terus terjadi sepanjang pemikiran seperti ini menjadi halangan kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Mengingat telah banyak yang melakukan penelitian mengenai faktorfaktor penyebab anak putus sekolah, tetapi ada alasan yang menarik dan di rasa 5

unik oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Hal pertama adalah di mana peneliti merasa sangat prihatin dengan apa yang ada di desa Suka Damai yang menyangkut dengan peningkatan dan proses pendidikan. Keberadaan masyarakat yang rata-rata berpofesi sebagai petani, kemudian sampai dengan sekarang ini tidak ada satu pun masyarakat desa Suka Damai yang berprofesi di bidang TNI dan Polri. Hal kedua adalah di mana sampai saat ini belum ada yang melakukan penelitian di desa Suka Damai mengenai masalah pendidikan. Untuk itu penulis merasa sangat tertarik untuk menggali masalah ini lebih dalam dengan mengadakan penelitian dengan memformulasikan judul Faktorfaktor penyebab anak putus sekolah di Desa Suka Damai. 1.2 Rumusan Masalah. Berpijak dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam hal ini adalah : a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Suka Damai Kec. Bulango Utara Kab Bone Bolango. b. Upaya apakah yang dilakukan oleh lembaga pendidikan/pemerintah Desa Suka Damai dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah. 1.3 Tujuan Penelitian. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak-anak putus sekolah di Desa Suka Damai Kec Bulango Utara. Kab Bone Bolango 6

2. Untuk mengetahui upaya apakah yang dilakukan oleh lembaga pendidikan/pemerintah Desa Suka Damai dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah. 1.4 Manfaat Penelitian. Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut: a) Manfaat Teoritis 1. Bagi pemerintah setempat Sebagai masukan dan sumbangan pemimiran bagi pemerintah khususnya pemerintah desa Suka Damai dalam menangani dan mengatasi masalah pendidikan dalam hal ini anak putus sekolah. 2. Bagi masyarakat Sebagai tambahan dan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat terhadap betapa pentingnya pendidikan yang diharapkan dapat memotivasi para orang tua untuk tetap sekolah kan anaknya. 3. Bagi kalangan perguruan tinggi (PT) Pertama, penelitian ini bermanfaat untuk menguji dan membuktikan faktor-faktor penyebab anak putus sekolah dan upaya-upaya pencegahannya. Kemudian manfaat kedua adalah merupakan pedoman untuk kegiatan penelitian sejenis untuk berikutnya. b) Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui alasan-alasan anak putus sekolah, kemudian anak dapat mengetahui bahwa setiap anak harus memiliki cita-cita untuk masa depan. Mengetahui perspektif orang tua terhadap pendidikan agar lebih memperhatikan pendidikan dan berusaha menyekolahkan anaknya ketingkatan yang lebih tinggi, serta dapat 7

memberikan solusi terhadap upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah terjadinya anak putus sekolah. Bagi peneliti merupakan satu pengalaman dan tambahan pengetahuan terhadap fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah. 8