RANCANG BANGUN ALAT DEHYDRATOR BIOETANOL UNTUK MENGHASILKAN FUEL GRADE ETHANOL (FGE)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN ALAT DEHYDRATOR BIOETANOL MODEL BATH DENGAN BAHAN BAKU SINGKONG

PENGEMBANGAN ALAT DESTILATOR BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

PENGEMBANGAN ALAT DESTILATOR BIOETANOL MODEL REFLUK BERTINGKAT DENGAN BAHAN BAKU SINGKONG

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR BUAH PISANG

PEMANFAATAN PATI GARUT(Maranta arundinaceae) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

PEMANFAATAN UMBI UWI (Dioscorea alata L) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR KULIT KETELA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI VOLUME BURNER CHAMBER 50 cm 3, 54 cm 3, 60 cm 3, 70 cm 3

PEMBUATAN BIOETANOL DARI MINUMAN SERBUK AFKIR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN BUAH PEPAYA

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

PEMANFAATAN BUAH NANAS SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

RANCANG BANGUN TEKNOLOGI DESTILASI BIOETANOL UNTUK BAHAN BAKAR TERBARUKAN

KAJI EKSPERIMENTAL EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN CAMPURAN PREMIUM BIOETANOL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

PENGARUH DOSIS RAGI DAN LAMA FERMENTASI BATANG SWEET. SORGHUM (Sorghum bicolor L) VARIETAS NUMBU UMUR 60 HARI TERHADAP KUALITAS BIOETANOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan

KAJIAN POTENSI SUMBER BIOETHANOL DARI PEMANFAATAN LIMBAH BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGY ALTERNATIF

PEMBUATAN BIOETANOL DARI UBI JALAR (Ipomea batatas) DENGAN PROSES FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae

ANALISA PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL PADA MESIN DESTILATOR MODEL REFLUX

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN NIRA SIWALAN UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN DENGAN PROSES HIDROLISA ASAM SULFAT DAN FERMENTASI Saccharomyces Cerevisiae

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Proses Pembuatan Bioetanol dari Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Anaerob

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

PEMBUATAN PROTOTYPE DESTILATOR BIOETANOL MODEL REFLUX

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR. PEMANFAATAN TALAS (Calocasia esculenta L. Schott) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

PROSES PRODUKSI BIOETHANOL BONGGOL PISANG

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

PENGEMBANGAN ALAT PRODUKSI BIOETANOL LIMBAH KULIT UBI KAYU

PEMANFAATAN JAGUNG SEBAGAI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA ASAM H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

RANCANG BANGUN ALAT DISTILASI SATU TAHAP UNTUK MEMPRODUKSI BIOETANOLGRADE TEKNIS

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

NURUL FATIMAH A

ANALISA PENGARUH ENZIM TERHADAP KADAR ETANOL PADA PROSES FERMENTASI BAHAN BAKU KETELA DENGAN MENGUNAKAN MESIN DESTILATOR MODEL REFLUX PROYEK AKHIR

Kajian Teknis Destilator Tipe Kontinyu Penghasil Bahan Bakar Alternatif dari Bahan Dasar Arak Bali

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. grade industri dengan kadar alkohol %, netral dengan kadar alkohol 96-99,5

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN FERMENTER PADA PROSES FERMENTASI KETELA POHON TERHADAP KADAR KELUARAN BIO ETANOL

POTENSI NIRA AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

PENGUJIAN MODEL ALAT DISTILASI MENGGUNAKAN KONDENSOR PIPA KONSENTRIK DENGAN BAHAN TUBE STAINLESS STEEL DIAMETER ¾ INCHI

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

Bab III Rancangan Penelitian

Eko Hadisiswanto, Agus Wibowo, A.Farid Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal. Abstrak

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOENERGI. Bioenergi : energi yang diperoleh dari biomasa (mahluk hidup) Biofuel : bahan bakar yang berbahan baku dari tanaman

ANALISA PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL PADA MESIN DESTILATOR MODEL REFLUX

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT DESTILASI MINYAK DARI LIMBAH SAMPAH PLASTIK. : Judhid Adi Mursito. : I Gusti Ketut Sukadana, ST. MT.

PEMBUATAN MESIN DESTILATOR BIOETHANOL DENGAN KAPASITAS KETEL 250 LITER

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA

TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI BIO-ETHANOL

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI

BAB III METOLOGI PENELITIAN

TUGAS MIKROBIOLOGI BIOETANOL

BIOETANOL (MATERI 1 Mikrobiologi Industri) Kelompok 17, 18, dan 19

Transkripsi:

RANCANG BANGUN ALAT DEHYDRATOR BIOETANOL UNTUK MENGHASILKAN FUEL GRADE ETHANOL (FGE) Rochmad Winarso Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Email: boswin2001@gmail.com Bahtiar Setya Nugraha Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Email: setyanugraha_72@yahoo.co.id ABSTRAK Bioethanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif dengan sumber bahan baru yang dapat diperbarui. Bioethanol dapat menjadi bahan bakar alternatif bila mempunyai konsentrasi lebih dari 99% yang dikenal dengan nama Fuel Grade Ethanol. Proses pembuatan Fuel Grade Ethanol menggunakan metode pemisahan lanjut diantaranya adalah dengan metode distilasi azeotrop, pervorasi membran, dan adsorbsi. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengujian mesin dehydrator bioethanol yang bekerja dengan metode absorbsi. Mesin dehydrator ini menggunakan zeolit syntetis dengan ukuran 3 A yang sebelumnya telah dikembangkan. Pengembangan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: (1) Tahap perancangan (desain) alat dehydrator biorthanol; (2) Tahap pembuatan alat dehydrator berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan ; (3) Pengujian alat dehydrator yang berorientasi hasil yaitu bioetanol minimal berkadar sekitar 99%. Mesin destilator bioetanol yang telah dikembangkan mempunya spesifikasi sebagai berikut: dimensi tangki bahan baku tingginya adalah 250 mm dengan diameter 300 mm, Bagian tabung I terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter 100 mm dan tinggi 600 mm. Tebal dari pipa tersebut adalah 2 mm. Tabung II terbuat dari stainless steel yang mempunyai diamater 100 mm dan tinggi 300 mm dengan ketebalan 2 mm. Kondensor berdiameter 100 mm dan tinggi 600 mm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mesin yang sudah dikembangkan ini mampu menghasilkan Fuel Grade Ethanol dengan kadar lebih dari 99%. Kata kunci: dehydrator, bioethanol, fuel grade ethanol, bahan bakar alternatif. ABSTRACT Bioethanol is one of the alternative fuels with new sources of renewable materials. Bioethanol can be an alternative fuel when a concentration of more than 99%, known as Fuel Grade Ethanol. Fuel Grade Ethanol making processes using advanced separation methods such as by azeotropic distillation method, the sprocket membrane and adsorption. The purpose of this study was to test bioethanol dehydrator machine that works with the absorption method. This dehydrator machine using zeolite syntetis with a size of 3 A that had been previously developed. This development is done through three stages, namely: (1) Phase design (design) tool biorthanol dehydrator; (2) Stage of dehydrator tool based on established specifications; (3) Testing dehydrator result-oriented tool that bioethanol yield of at least about 99%. Bioethanol distillation machines which have been developed possessed the following specifications: dimensions of the tank material is 250 mm high with a diameter of 300 mm, Part I tube is made of stainless steel pipe with a diameter of 100 mm and a height of 600 mm. Thickness of the pipe is 2 mm. II tube is made of stainless steel having a diameter of 100 mm and a height of 300 mm with a thickness of 2 mm. Condenser diameter of 100 mm and a height of 600 mm. These results indicate that the engine that has been developed is capable of producing Fuel Grade Ethanol with levels over 99%. Keywords: dehydrator, bioethanol fuel grade ethanol, alternative fuels. 1. PENDAHULUAN Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu bahan bakar alternatif dengan sumber bahan baru yang dapat diperbarui. Bioethanol dapat dihasilkan dari berbagai macam bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya sangat 211

dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti: tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami dan bagas [1] Bioetanol berwujud cairan yang dihasilkan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan bioetanol ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: bahan sukrosa (nira, tebu, nira nipah, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete), bahan berpati (bahan yang mengandung pati atau karbohidrat seperti tepung ubi, tepung ubi ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain lain, dan bahan berselulosa/lignoselulosa (tanaman yang mengandung selulosa /serat seperti kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain [2]. Penggunaan bioetanol sebagai campuran BBM dapat mengurangi emisi karbon monooksida dan asap lainnya dari kendaraan. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa negara yang sudah lebih dulu mengaplikasikannya, seperti Brazil dan Jepang. Perkembangan bisnis bioetanol di Indonesia seharusnya juga bisa menyamai kedua negara tersebut. Dengan melimpahnya bahan baku, seharusnya kita bisa menggantikan sebagian pemakaian BBM yang sudah semakin langka dengan bioetanol. Selain untuk bahan bakar (Fuel Grade Ethanol), Bioethanol dapat digunakan untuk industri kimia, farmasi, kedokteran, kosmetik, bahan baku aneka minuman, dll [3] Proses pembuatan bioethanol dengan bahan baku ketela pohon dilaksanakan dengan 4 tahapan yaitu tahap persiapan bahan baku, tahap likuifikasi, tahap sakarifikasi, tahap destilasi dan tahap dehidrasi. Tahap persiapan bahan baku merupakan tahap awal yang terdiri dari proses pengupasan ketela pohon, pencucian dan pemarutan ketela pohon dan proses perebusan ketela pohon. Tahapan berikutnya adalah proses likuifikasi yaitu proses mencairkan kembali larutan ketela tersebut setelah mengental. Proses likuifikasi tersebut menggunakan enzym alfa amilasi pada temperatur 900C sampai 950C. Proses likuifikasi tersebut dilaksanakan selama 2 jam. Tahap berikutnya adalah tahap sakarifikasi yaitu penambahan enzym gluco amylase pada larutan ketela pada suhu 600C sampai dengan 66 0C. Tahap berikutnya adalah proses fermentasi yang bertujuan untuk mengkonversi glukosa (gula) menjadi etanol dan CO2, dengan mencampurkan Ragi (yeast) kedalam larutan ethanol pada suhu ruang. Tahap berikutnya adalah proses distilasi untuk memisahkan alkohol dari broth dengan pemanasan pada suhu 78 oc yang akan menguapkan alkohol menuju ke kondensor. Setelah itu dilanjutkan dengan proses distilasi dengan alat distilator sehingga mendapatkan bioethanol dengan kadar lebih dari 90%. Bioethanol dengan kadar 90% ini belum dapat digunakan sebagai bahan bakar karena kandungan airnya masih cukup tinggi. Oleh karena itu bioethanol dengan kadar 90% ini perlu dikeringkan lagi dengan mesin dehydrator sehinnga didapat bioethanol dengan kadar minimal 99% yang disebut dengan Fuel Grade Bioethanol. Diagram alir proses pembuatan bioethanol sebagaimana gambar 1. Enzim Alpha-Amylase Enzim Gluco-Amylase Air Dikupas Dicuci Digiling Liquifaksi 90-95 derajat C Selama 2 jam Sakarifikasi Awal 60-66 derajat c selama 3 jam Uap Yeast, S, serevisiae Dehidrasi (Molecular Sieve) Pemisahan Serat dan Destilasi Sakarifikasi Lanjut dan Fermentasi (SSF) 32 derajat c, 36 jam Kadar Etanol 90-92% Kadar Etanol 10% Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Bioethanol Fuel grade ethanol adalah alkohol murni yang bebas air (anhydrous alcohol) dan berkadar lebih dari 99,5%. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor bervariasi antara blend hingga bioetanol murni. Bioetanol sering disebut dengan notasi Ex, dimana x adalah persentase kandungan bioetanol dalam bahan bakar. Beberapa contoh penggunaan notasi Ex antara lain: 1. E100, bioetanol 100% atau tanpa campuran 2. E85, campuran 85% bioetanol dan bensin 15% 3. E5, campuran 5% bioetanol dan bensin 95% 212

Bioetanol dengan kandungan 100% memiliki nilai oktan (octane) RON 116 129, yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan bakar premium dengan nilai oktan RON 88. Karena nilai oktan yang tinggi, bioetanol dapat digunakan sebagai pendongkrak oktan (octane booster) untuk bahan bakar beroktan rendah. Nilai oktan yang lebih tinggi pada bioetanol juga berpengaruh positif terhadap efisiensi dan daya mesin [4]. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan rancang bangun mesin dehydrator bioethanol yang mampu menghasilkan Fuel Grade Ethanol dengan menggunakan zeolit sintetis sebagai absorben. 2. BAHAN DAN METODE Rancang bangun mesin ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: (1) Tahap perancangan (desain) alat dehydrator biorthanol; (2) Tahap pembuatan alat dehydrator berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan ; (3) Pengujian alat dehydrator yang berorientasi hasil yaitu bioetanol minimal berkadar sekitar 99% Tahap satu yaitu tahap perancangan alat dehydrator, dilakukan kegiatan sebagai berikut: Mendesain bentuk, dimensi dan material yang digunakan untuk tangki pengisian bahan baku model bath dengan kapasitas 10 liter. Mendesain bentuk, dimensi dan material yang digunakan untuk kolom dehydrasi dua tingkat dengan kapasitas zeolyt syntetis seberat 5 kg. Mendesain bentuk, dimensi dan material yang digunakan untuk kondensor. Mendesain bentuk, dimensi dan material yang digunakan untuk rangka penopang. Tahap dua yaitu tahap pembuatan alat dehydrator, dilakukan kegiatan sebagai berikut: Melakukan proses pembuatan dehydrator sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan melalui proses permesinan (pemotongan, pembentukan, penyambungan, perakitan dan finishing). Tahap tiga yaitu pengujian alat dehydrator hasil pengembangan yang berorientasi hasil yaitu bioetanol minimal berkadar sekitar 99% dilakukan kegiatan sebagai berikut: Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bioethanol berkadar 93% hasil dari proses destilasi. Absorben yang digunakan adalah Zeolit sintetis dengan ukuran 3 Angstrom. Alat yang digunakan adalah mesin dehydrator yang telah selesai dibuat dengan bentuk dan dimensi sebagaimana gambar 2. Gambar 2. Mesin Dehydrator Bioethanol 213

Proses pengujian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: memasang regulator gas elpiji dan memastikan tidak ada kebocoran gas. Setelah itu memasang selang A dari tabung kondensor ke output pompa air (otomatis). Dan kemudia memasang dan menempatkan selang B diatas drum plastik dekat pompa air. Dilanjutkan dengan membuka kran pada pompa air, lalu menyalakan pompa. Biarkan air mengalir dari drum ke kondensor dan balik lagi ke drum melalui selang B. Setelah itu mematikan kran, sampai pompa mati dengan sendirinya (otomatis). Pastikan tidak ada kebocoran air pada tiap sambungan selang di tabung kondensor. Memasukan 5 liter atau 10 liter bahan ethanol kadar 90-92 % ke dalam tangki, lalu menutup kencang menggunakan kunci pengencang. Menyalakan kompor, untuk awal pemanasan agak besar apinya. Selang 15-20 menit, ketika jarum termometer B mulai naik, segera kecilkan api kompor, lalu buka kran pompa air ½ sampai ¾-nya. Ethanol akan mulai keluar dari output tabung kondensor, mempertahankan posisi suhu pada termometer sekitar 55-57 C. Di suhu tersebut kadar ethanol akan 99-100%. Pada akhir waktu penyulingan, suhu akan berkisar di 60-62 C. Di suhu ini, kadar ethanol akan sedikit menurun sekitar 97-98 C. Proses pengujian dilaksanakan sebanyak dua kali dengan data sebagai berikut: Pengujian I Bahan ethanol 92 % Banyak Zeolit Lama pemanasan awal Pengujian II Bahan ethanol 92 % Banyak Zeolit Lama pemanasan awal : 10 liter : 5 kg : 18-20 menit : 6 liter : 3 kg : 10-15 menit 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses rancang bangun ini telah mengasilkan propotipe alat distilator bioethanol dengan kapasitas 10 liter. Absorben yang digunakan adalah Zeolit sintetis dengan ukuran 3 Angstrom. Setelah dilaksanakan pengujian pertama didapatkan data data sebagai berikut: Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit, temperatur di titik B sebesar 57-58 C dan dititik A 67-68 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 57-58 C dan dititik A 67-68 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 57-58 C dan dititik A 67-68 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 57-58 C dan dititik A 67-68 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 57-58 C dan dititik A 67-68 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 59 C dan dititik A 68-69 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 60 C dan dititik A 69-70 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 60 C dan dititik A 69-70 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Dan setelah mesin distilator dijalankan selama ± 20 menit berikutnya, temperatur di titik B sebesar 62 C dan dititik A 72-79 C mesin menghasilkan bioethanol sebanyak 1 liter dengan kadar 100 %. Hasil lengkap pengujian sebagaimana Tabel 1. 214

Waktu (Menit) Tabel 1. Hasil pengujian yang dilakukan Temperatur (0C) Hasil Titik A Titik B (Tangki) (Kondensor) Kadar (%) Vol (Liter) 20 67 68 57-58 100 1 40 67 68 57-58 100 1 60 67 68 57-58 100 1 80 67 68 57-58 100 1 100 67 68 57-58 100 1 120 67 68 58-59 100 1 140 69 70 59-60 100 1 160 69 70 59-60 99,5 1 180 70 78 60-61 98 1 99,72 9 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa telah dikembangkan alat dehydrator bioethanol dengan spesifikasi sebagai berikut: diameter tangki 300 mm, tinggi tangki 250 mm, terbuat dari bahan stainles steel A304 dengan ketebalan 2 mm. Bagian tabung I terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter 100 mm dan tinggi 600 mm. Tebal dari pipa tersebut adalah 2 mm. Tabung II terbuat dari stainless steel yang mempunyai diamater 100 mm dan tinggi 300 mm dengan ketebalan 2 mm. Kondensor dirancang berdiameter 100 mm dan tinggi 600 mm. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa mesin dehydrator tersebut mampu menghasilkan bioethanol berkadar 99,72%.. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih terutama ditujukan Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini. Ucapan terima kasih dapat juga disampaikan kepada pihak Universitas Muria Kudus yang membantu pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Hambali, Eliza, dkk, 2007, Teknologi Bioenergi, Jakarta, ArgoMedia Pustaka Putra, P, Y, D, 2010, Analisa perbandingan unjuk kerja motor berbahan bakar premium dan campuran premium bioethanol (BE30, BE50, BE70, BE90),Fakultas Teknik, Universitas Panca Sakti, Tegal. [2] Puji Lestari, dkk, 2007, Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Bioetanol Terhadap Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Mesin Bensin (otto) Pada Siklus Urban (UC) dan Ekstra Urban (EUC), Departemen Teknik Lingkungan dan Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung (ITB), BandungWei-Dong Hsieh, Rong;Hong Chen, Tsung;Lin Wu, Ta;Hui Lin, Engine Performance and Pollutant Emission of an SI Engine Using EthanolD Gasoline Blended Fuels, Atmospheric Environment 2002; 36 : 403;410 [3] Andriko D, haholongan, 2009, Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Primium Dengan Campuran Premium-bioetanol (Gasohol BE-35 Dan BE-40), Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara, MedanSusilo, Sigit, 2009, Rancangan dan uji kinerja alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi, Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 215

[4] Devanta Bayu Prasetyo, Fajar Patriayudha, Pemakaian Gasohol sebagai Bahan Bakar Pada Kendaraan Bermotor, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang Prasetyo, D, B,dkk, 2009, Pemakaian Gasohol sebagai bahan bakar pada kendaraan, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang. 216