BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan era globalisasi di Indonesia saat ini, banyak perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan aktivitas perusahaan yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi saat ini, komunikasi data keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Abstrak. Kata Kunci: audit tenure, audit fee, rotasi auditor, spesialisasi auditor, umur publikasi perusahaan, kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOEFISIEN RESPON LABA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan.untuk mempertanggung jawabkan kepercayaan itu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan peruahaan. Untuk. opini audit yang berkualitas bagi masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (PSAK, 2012). Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

keuangan suatu perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh pihak ketiga yang independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, para

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana dari pihak eksternal, dipihak lain pihak eksternal ingin

BAB I PENDAHULUAN. Laporan ini sangat berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sedangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Earning Response Coefficient merupakan ukuran atas tingkat abnormal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Audit merupakan salah satu solusi masalah informasi asimetri antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH TENUR AUDIT, ROTASI AUDIT DAN REPUTASI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (IAI, 2012). Pengguna laporan keuangan dapat meliputi

dikatakan besar ternyata dapat juga terjadi kecurangan di dalamnya.

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan harus dapat memberikan informasi yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. hukum perusahaan di negara tersebut. Perkembangan perusahaan go public di

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara principal dan

BAB I PENDAHULUAN. (Bapepam). Namun semakin banyaknya Kantor Akuntan Publik ini juga. menimbulkan sebuah pilihan yang dilematis, karena Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan didalam dunia usaha dewasa ini semakin ketat, termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public

BAB I PENDAHULUAN. kantor akuntan publik juga untuk menjamin informasi yang diberikan. pihak pengguna laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. pemakainya sehingga memungkinkan kebutuhan masing-masing pengguna. laporan kauangan tersebut dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pendapat mengenai kewajaran atas penyajian laporan keuangan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penghasilan Komprehensif Lain (PSAK 1 Revisi 2013, p. 80A). Pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu, saat ini maupun masa depan perusahaan. terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

Judul : Pengaruh Audit Tenure

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham yang berisi tentang informasi akuntansi yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada para pihak yang berkepentingan, laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Padahal laporan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dalam teori keagenan (Agency Theory). Teori keagenan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dituntut memiliki sikap independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak. perusahaan yang membuat laporan keuangan tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya eknomi bertambah pula jumlah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri UKDW

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan Keuangan merupakan sarana bagi investor untuk menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Jasa audit atas laporan keuangan atau lebih tepat disebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benturan kepentingan yang seringkali terjadi antara pihak prinsipal (pemegang saham) dan pihak agen (manajemen) dapat menyebabkan adanya asimetri informasi. Asimetri informasi apabila digunakan dalam proses pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang diambil karena informasi tersebut bersifat bias. Untuk meminimalkan jumlah asimetri informasi ini diperlukan evaluasi terhadap laporan keuangan yang dalam pelaksanaannya, pihak prinsipal membutuhkan pihak ketiga yang berkompeten dan bersifat independen. Akuntan publik adalah pihak eksternal yang memiliki peran penting dalam memberikan opini atas tingkat kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Untuk mendapatkan opini yang sesuai, akuntan publik harus membandingkan dokumen-dokumen transaksi perusahaan dengan fakta yang sebenarnya. Dalam memberikan opini, akuntan publik harus independen agar laporan keuangan dan opini audit dapat memberikan informasi yang andal. Keandalan informasi akan mempengaruhi kualitas dari keputusan yang diambil. Hubungan auditor dan klien menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam suatu perikatan. Menjaga hubungan baik dengan klien memang hal yang penting, akan tetapi auditor harus dapat mempertahankan sikap skeptis agar dapat memberikan professional judgement (pertimbangan profesional) dengan baik. Sikap skeptis inilah yang dapat menjadi pegangan agar auditor tetap independen dalam 1

menjalankan tugasnya. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan sejauh mana hubungan auditor dan klien. Baik tidaknya hubungan auditor dan klien umumnya sangat dipengaruhi oleh masa perikatan auditor dan klien (audit tenure). Semakin lama masa perikatan membuat auditor semakin memahami kondisi klien. Regulator menduga semakin panjang waktu audit (hubungan auditor-klien yang lama), maka auditor akan semakin sering mengkompromikan pilihan akuntansi dan pelaporan klien dalam bisnisnya sehingga mengurangi independensi audit (Siregar et al., 2011). Berdasarkan fakta tersebut, maka dikeluarkan konsep rotasi auditor (auditor rotation). Rotasi auditor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rotasi pada tingkat KAP (audit-firm rotation) dan rotasi pada tingkat akuntan publik (audit-partner rotation). Rotasi akuntan publik sudah banyak diadopsi oleh banyak negara di dunia, akan tetapi hingga saat ini, rotasi KAP masih menjadi perdebatan antara praktisi dan dewan standard akuntansi (Siregar et al., 2012). Skandal akuntansi yang terjadi di perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat seperti Enron, WorldCom, Xerox, dan perusahaan farmasi Merck pada awal bulan Juni 2002 telah mengakibatkan turunnya kepercayaan publik terutama investor di pasar modal terhadap pelaporan keuangan yang dilakukan perusahaan. Skandal akuntansi serupa juga terjadi pada Telkom dan Indofarma yang mengharuskan penilaian kembali laba yang dilaporkan perusahaan pada periode yang lalu. Akuntan publik yang mengaudit perusahaan yang terkena skandal akuntansi tersebut juga tergolong KAP yang berukuran besar dan mempunyai reputasi di bidang keuangan, namun ternyata hal itu tidak menjamin bahwa 2

laporan keuangan perusahaan mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya (Riyatno, 2007). Fakta-fakta tersebut mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengeluarkan aturan mengenai rotasi wajib auditor yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002. Rotasi KAP ditetapkan selama 5 tahun buku dan rotasi akuntan publik ditetapkan selama 3 tahun buku. Auditor atau KAP yang sama dapat memberikan jasa audit kembali setelah tidak mengaudit perusahaan yang sama selama 1 tahun buku. Pada tahun 2008, keputusan menteri keuangan tersebut mengalami revisi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Dalam peraturan yang baru disebutkan bahwa rotasi KAP ditetapkan selama 6 tahun buku dan rotasi akuntan publik tetap selama 3 tahun. Untuk masa peralihan tetap selama 1 tahun buku sama seperti KMK tahun 2002. Pemberlakuan peraturan ini menimbulkan banyak pro dan kontra dari para akademisi dan praktisi hampir di seluruh dunia, begitu juga di Indonesia. Pendukung rotasi auditor berpendapat bahwa rotasi auditor dapat meminimalkan adanya potensi penurunan independensi oleh auditor. Apabila rotasi cukup sering dilakukan, maka auditor yang baru dapat menilai dan memperbaiki potensi penurunan independensi oleh auditor sebelumnya. Pendapat lain yang mendukung dilakukannya rotasi adalah rotasi auditor memungkinkan adanya informasi baru atas perusahaan. Auditor yang baru dapat memberikan pandangan baru atas kondisi perusahaan yang dapat meningkatkan potensi pemberian pertimbangan profesional yang baik. Informasi baru yang didapatkan dapat mendorong auditor untuk melakukan inovasi terhadap langkah-langkah yang ditempuh selama melakukan audit atas suatu perusahaan (Siregar et al., 2012). 3

Pihak yang tidak mendukung rotasi auditor berpendapat bahwa adanya rotasi auditor akan meningkatkan cost dan risiko baik dari pihak klien maupun pihak auditor. Pada awal masa perikatan auditor perlu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya kemudian menentukan prosedur audit yang tepat untuk perusahaan. Hal ini tentu membutuhkan waktu lebih banyak dan cost yang tinggi. Selain itu, rotasi juga dapat meingkatkan risiko kegagalan audit. Risiko kegagalan audit meningkat seiring dengan masih terbatasnya informasi yang dimiliki oleh auditor baru. Lamanya masa perikatan memungkinkan auditor lebih memahami kondisi klien karena auditor dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya dari klien yang pada akhirnya dapat menurunkan risiko kegagalan audit (Siregar et al., 2012). Penelitan sebelumnya menyebutkan bahwa aturan untuk melakukan rotasi auditor bukanlah aturan yang efektif. Siregar et al. (2011 & 2012) tidak menemukan bukti yang kuat bahwa aturan rotasi KAP yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 berpengaruh positif dan efektif dalam meningkatkan kualitas audit. Eurocham juga menyebutkan bahwa rotasi wajib tidak penting untuk mempromosikan atau menjamin kualitas audit. Eurocham mencatat berbagai studi eksternal yang dilakukan akademisi independen yang terpandang, hampir semua mengakui kerugian signifikan dari peningkatan biaya audit. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini mengambil judul Analisis Pengaruh Rotasi KAP dan Ukuran KAP terhadap Independensi Auditor: Tinjauan Efektivitas Mandatotry Audit-Firm Rotation 4

di Indonesia Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2003-2013). 1.2 Rumusan Masalah Rotasi auditor bukanlah suatu isu yang baru. Penelitian akan isu ini pun telah banyak dilakukan, akan tetapi isu ini masih menjadi perdebatan karena masingmasing pihak baik yang mendukung maupun menentang konsep ini mempunyai argumen yang kuat. Alasan utama dilakukannya rotasi auditor adalah untuk tetap menjaga independensi dan kredibilitas auditor akan opini audit yang dikeluarkannya. Ukuran KAP diduga juga dapat mempengaruhi tingkat independensi dan kredibilitas auditor. KAP besar (Big 4) hampir selalu memiliki independensi dan kredibiltas yang baik bila dibandingkan dengan KAP non-big 4. Opini audit yang dikeluarkan oleh auditor diharapkan mampu menjamin bahwa laporan keuangan perusahaan mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya. Kegagalan dalam pelaporan keuangan dalam bentuk kecurangan atau kesalahan yang tidak dapat diungkapkan oleh KAP saat melakukan audit mengakibatkan kerugian besar bagi investor dan kreditor (Riyatno, 2007). Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin menguji pengaruh rotasi wajib KAP dan ukuran KAP terhadap independensi auditor. Masalah dalam uraian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah rotasi KAP berpengaruh positif terhadap independensi auditor pada periode sebelum dan sesudah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008? 5

2. Apakah ukuran KAP berpengaruh positif terhadap independensi auditor pada periode sebelum dan sesudah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008? 1.3 Batasan Masalah Penelitian yang dilakukan oleh penulis terbatas pada pengaruh rotasi KAP dan ukuran KAP akan berpengaruh terhadap independensi auditor atau tidak pada periode sebelum dan sesudah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Penelitian ini tidak akan membahas pengaruh rotasi akuntan publik yang juga merupakan bagian dari rotasi auditor. Penelitian ini murni bersifat kuantitatif. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris apakah rotasi KAP berpengaruh terhadap independensi auditor pada periode sebelum dan sesudah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. 2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap independensi auditor pada periode sebelum dan sesudah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. 1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 6

1. Bagi Profesi Akuntan Publik Hasil penelitian ini menjadi informasi pendukung yang dapat memberikan gambaran tentang pengaruh rotasi KAP dan ukuran KAP terhadap independensi auditor. 2. Bagi Manajemen Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang pengaruh rotasi KAP dan ukuran KAP tehadap independensi auditor yang dapat mempengaruhi kualitas audit 3. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi pendukung dalam evaluasi kebijakan maupun pengambilan keputusan selanjutnya yang berkaitan dengan rotasi auditor. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh rotasi KAP dan ukuran KAP terhadap independensi auditor. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang teori-teori yang diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian untuk selanjutnya 7

digunakan sebagai landasan dalam menarik hipotesis, memaparkan penelitian terdahulu, dan kerangka berfikir. BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang data-data yang diperlukan meliputi objek penelitian, data/variabel yang digunakan, metode pengumpulan data, alat analisis yang digunakan, metode analisis, dan metode pengujian data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi tentang hasil analisis data yang telah dilakukan, berupa perhitungan dan hasil akhir yang diperoleh. Dalam bab ini juga dijelaskan deskripsi objektif atas hasil yang diperoleh. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan mengenai objek yang diteliti berdasarkan hasil analisis data dan memberikan saran bagi pihak terkait. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agency Theory (Teori Agensi) Menurut Anthony & Govindarajan (2007), teori agensi mengungkapkan tentang bagaimana kontrak dan insentif dapat digunakan untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa, yang mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham merupakan prinsipal dan CEO adalah agen mereka. Pemegang saham menyewa CEO dan mengharapkan ia untuk bertindak bagi kepentingan mereka. Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan mengurangi perbedaan tujuan ini. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan tidak hanya akan puas atas besarnya jumlah kompensasi, tetapi juga kepuasan-kepuasan lain seperti banyaknya waktu luang, jam kerja yang fleksibel, dan kondisi kerja yang menarik.sedangkan prinsipal (pemegang saham) diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut (Anthony & Govindarajan 2007). Perbedaan tujuan yang terkait dengan kompensasi dan tambahan timbul ketika prinsipal tidak dapat dengan mudah memantau tidakan agen. Karena prinsipal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen, prinsipal tidak dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi 9

pada hasil actual perusahaan. Situasi ini disebut sebagai asimeri informasi. Untuk dapat meminimalkan adanya informasi asimetri, maka diperlukan mekanisme pengedalian yang tepat, yaitu pemantauan dan insentif (Anthony & Govindarajan 2007). 2.2 Pengauditan Definisi pengauditan menurut American Accounting Associatons (AAA) adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi buktibukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Boynton & Johnson, 2006). Semua perusahaan wajib secara hukum melakukan audit eksternal terhadap laporan keuangannya. Untuk beberapa perusahaan kecil yang merupakan perusahaan privat, perusahaan dibebaskan dari kewajiban melakukan audit eksternal. Akan tetapi semua perusahaan tetap wajib untuk membuat laporan keuangan. Hal ini akan membantu perusahaan apabila perusahaan membutuhkan pinjaman (Porter et al., 2003). Menurut Porter et al. (2003), terdapat dua alasan yang mendasari perlunya dilakukan audit atas laporan keuangan, yaitu kebutuhan untuk mengomunikasikan informasi keuangan dan kebutuhan untuk memastikan informasi yang dikomunikasikan reliabel. Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, pengelolaan atas perusahaan dapat berpindah tangan dari yang awalnya dikelola oleh anggota keluarga menjadi dikelola oleh manajer profesional. Kondisi ini menimbulkan kewajiban bagi manajemen untuk melaporkan kinerja perusahaan kepada pemilik 10