BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

Universitas Gadjah Mada

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

ANALISIS MIGRASI DESA KOTA DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INFORMAL DI KOTA PADANG. Oleh : FERDI ZULMI PRATAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU. Yusni Maulida

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. Ketiga masalah itu dapat menimbulkan ketidak sesuaian antara jumlah penduduk dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. merata ini karena dipengaruhi oleh benuk geografis masing masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pengangguran ini tidak ada habisnya. Indonesia memiliki penduduk

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara

BAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja yang menimbulkan permasalahan tersendiri. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan sumberdaya utama suatu perekonomian (Mankiw,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

ANALISIS MIGRASI KE KOTA BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan dimensi sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

ANALISIS MIGRASI PENDUDUK KE DESA NDOKUMSIROGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO. Oleh : Drs. Walbiden Lumbantoruan, M.Si

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

ANALISIS KEPUTUSAN TENAGA KERJA MENJADI COMMUTER

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu

Mobilitas Penduduk II

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

PERTEMUAN 5 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desa Laut Dendang merupakan salah satu daerah pinggiran Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sjafrizal (2009), perencanaan pembangunan merupakan cara atau

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penduduk merupakan modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata, serta kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi pendapatan dan pembangunan yang tidak merata, akibatnya terjadilah kesenjangan sosial yang makin parah, baik antara pusat dan daerah diseluruh aspek kehidupan sehinggga membuat struktur ekonomi tidak kokoh. Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan persebaran yang tidak merata ditambah lagi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dikota besar membuat sebagian besar penduduk terdorong melakukan mobilitas kekota yang lebih besar, dikarenakan kota tujuan tersebut terdapat kesempatan kerja yang lebih besar dan jenis pekerjan yang lebih beragam, dan dari segi ekonomi mereka melakukan mobilitas tersebut untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan pendapatan yang lebih tinggi dari daerah asalnya. Perilaku mobilitas penduduk ini pun menjadi semakin tinggi karena ditempat asalnya terjadi penyempitan lahan lapangan kerja, seperti salah satu contoh dipakai area pemukiman manufaktur, jasa, dan kebiasaan orang tua untuk membagi tanah mereka pada keturunan keturunannya. Disamping itu tingginya tingkat kesadaran pendidikan membuat generasi muda merasa kehidupan didaerah asal menjadi tidak menarik dan mendorong mereka untuk bergerak kekota yang lebih maju untuk mengenyam pendidikan dengan kualitas yang lebih baik dan mendapatkan fasilitas yang lebih lengkap (Didit Purnomo, 2004). Pada akhirnya mereka 1

berharap mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang mereka inginkan dan mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari daerah asalnya. Fenomena mobilitas penduduk ini sangat banyak terdapat dinegara berkembang termasuk diberbagai daerah di Indonesia. Banyak tenaga kerja yang berasal dari daerah yang kurang maju lalu mengalir kedaerah perkotaan yang lebih maju. Proses mobilitas yang berlangsung dalam suatu negara (internal migration) dianggap sebagai proses alamiah yang akan menyalurkan surplus tenaga kerja didaerah daerah sektor industri dikota kota yang daya serapnya lebih tinggi. Walau kadang pada fakta dilapangan arus perpindahan tenaga kerja tersebut telah melampaui tingkat penciptaan lapangan kerja, sehingga mobilitas yang terjadi jauh melalui daya serap sektor industri dan jasa didaerah tujuan (Todaro, 1998). Ketika sosial ekonomi didaerah asalnya tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang maka menyebabkan orang tersebut ingin pergi kedaerah lain. Setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, dengan demikian penilaian dari daerah asal tiaptiap individu menjadi berbeda beda. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya proses pengambilan keputusan untuk pindah dari masing masing individu yang berbeda pula (Ida Bagus Mantra, 1985). Pada dasarnya motivasi utama orang melakukan perpindahan dari daerah asal ke daerah kota tujuan adalah motif ekonomi. Motif ini berkembang dikarenakan adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Kondisi yang paling rasional ialah dimana setiap individu mempunyai harapan besar agar mendapat pekerjaan dan pendapatan yang lebih tinggi daripada daerah asalnya. Motivasi tersebut sejalan dengan model migrasi yang dijelaskan oleh Todaro (1998), yang berlandaskan pada asumsi bahwa mobilitas penduduk pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi yang terdapat perbedaan penghasilan antar daerah asal dan tujuan. 2

Bertepatan dengan proses mobilitas tersebut Yeremias (1994) menjelaskan bahwa mobilitas penduduk merupakan gejala yang sangat kompleks yang memiliki berbagai motivasi dari pelakunya. Ada yang pindah kekota sebagai langkah awal, ada yang pindah sebagai tahap akhir untuk menetap dikota lain, dan ada yang yang pindah untuk sementara waktu. Menurutnya cara efektif untuk memahami variasi perpindahan tersebut adalah dengan mempelajari niat migrasi. Yeremias (1994) menjelaskan bahwa niat migrasi masing masing individu memiliki berbagai latar belakang, yaitu variabel umur, status perkawinan, lama tinggal dikota, status pekerjaan didesa, pemilikan lahan didesa, dan faktor place utility yang meliputi variabel jenis nilai yang diharapkan, kepuasan, dan kesuksesan hidup dikota tujuan daripada ditempat asalnya. Sedangkan menurut Indah Susilowati seperti dikutip oleh Didit Purnomo (2004), niat bermigrasi seseorang individu dipengaruhi faktor-faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel umur, status pekerjaan di daerah asal, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga di daerah asal, lama bekerja di daerah tujuan, kepemilikan properti di daerah asal, pendapatan, dan faktor struktural, yang meliputi variabel ketersediaan lapangan kerja di daerah asal dan pengalaman kerja di daerah tujuan. Zhao (1999) dalam Didit (2004) pun turut menjelaskan bahwa selain variabel umur, pendidikan, jumlah anak, luas lahan di desa, variabel besarnya pajak yang harus dibayar migran dalam setahun, sarana jalan aspal yang menghubungkan desa-kota, serta adanya fasilitas telepon ke desa juga berpengaruh terhadap keputusan niat bermigrasi. Kurangnya kesempatan kerja di bidang pertanian, non pertanian, terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada, dan yang utama adalah kesempatan mendapat pendapatan yang lebih tinggi menjadi faktor pendorong penduduk untuk meninggalkan daerah asalnya dan melakukan mobilitas ke kota-kota besar (kekuatan sentrifugal). Namun disamping kekuatan sentrifugal 3

tersebut ada pula kekuatan sentripetalnya yaitu faktor yang mengikat penduduk di daerah asalnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Mantra (1985), hal-hal pengikat tersebut antara lain, sangat eratnya hubungan kekerabatan karena banyak keluarga dekat, faktor kenyamanan di daerah asal karena sistem gotong royong yang kuat, tanah pertanian yang dimiliki tidak bisa ditinggalkan, dan terakhir penduduk itu sendiri yang sangat terikat pada daerah kelahirannya. Kedua kekuatan di atas yakni kekuatan sentrifugal dan kekuatan sentripetal jelas saling bertentangan, penduduk dihadapkan pada dua pilihan berat tetap tinggal namun dengan perekonomian lemah dan fasilitas pendidikan yang kurang baik, atau meninggalkan desa dan meninggalkan segala-galanya. Dari permasalahan tersebut dengan didorong oleh mudahnya sarana transportasi dan komunikasi yang ada, maka penduduk menyiasatinya dengan melakukan mobilitas jarak dekat yaitu melakukan migran sirkuler (Muliani Izah, 2004). Migran sirkuler dapat terjadi antara desa-desa, desa-kota, kota-desa, dan kota-kota Pada dasarnya migrasi adalah pergerakan penduduk secara geografis, atau perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain. Hugo (1986) membedakan migrasi dalam dua kategori, yaitu migrasi permanen dan non permanen. Perbedaannya terletak pada tujuan pergerakan tersebut. Dikatakan Jellinek (1986), bahwa migran sirkuler adalah migran yang meninggalkan daerah asal hanya untuk mencari nafkah, tetapi mereka menganggap dan merasa tempat tinggal permanen mereka di tempat asal, di mana terdapat isteri, anak, dan kekayaannya. Kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat menjadi kota perdagangan yang cukup maju dengan tersedianya jenis pekerjaan yang lebih beragam serta perbedaan tingkat upah yang mendorong migran sirkuler terjadi. Diperkirakan merupakan suatu daerah tujuan migran 4

sirkuler di provinsi Sumatera Barat. Migran sirkuler ke kota Padang diperkirakan berasal dari daerah daerah yang berjarak dekat dengan kota Padang mengingat migran sirkuler adalah tetap tercatat sebagai penduduk didaerah asalnya karena tidak bertujuan untuk menetap. Salah satu daerah asal yang diperkirakan banyak melakukan migran sirkuler adalah kota Pariaman yang merupakan salah satu kota yang terletak didaerah pesisir pulau Sumatera yang berjarak kurang lebih 56 km dari kota Padang. Menurut BPS (2010) penduduk kota Pariaman banyak melakukan migran kekota Padang yaitu 3038 orang dan merupakan arus migran paling banyak di Sumatra Barat. Disamping itu tingginya tingkat pengangguran terbuka yang ada dikota Pariaman mencapai 2.746 orang (BPS, 2013) yqang diduga juga menjadi faktor pendorong penduduk melakukan migran sirkuler. Ditambahkan dengan pendapat Mitchell (1969) bahwa faktor kekerabatan juga berpengaruh akan migrasi sirkuler Hal ini diperkirakan juga menjadi salah satu pendorong penduduk kota Pariaman untuk melakukan migran sirkuler kekota Padang, sesuai dengan pendapat Mitchell (1969) bahwa faktor kekerabatan juga menjadi salah satu faktor pendorong penduduk untuk melakukan migrasi. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penduduk migran sirkuler Pariaman ke kota Padang dengan menuangkan pada skripsi yang berjudul "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Penduduk Kota Pariaman Menjadi Migran Sirkuler di Kota Padang". 5

I.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana faktor upah mempengaruhi minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 2. Bagaimana faktor tingkat pendidikan mempengaruhi minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 3. Bagaimana faktor kekerabatan mempengaruhi minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 4. Bagaimana faktor umur mempengaruhi minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 5. Bagaimana faktor jarak migrasi mempengaruhi minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. I.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisa faktor upah terhadap minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 2. Untuk menganalisa faktor tingkat pendidikan terhadap minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 3. Untuk menganalisa faktor kekerabatan terhadap minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 6

4. Untuk menganalisa faktor umur terhadap minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. 5. Untuk menganalisa faktor jarak terhadap minat migran sirkuler penduduk Pariaman ke Padang. I.3.2. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat dipetik dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi dinas pemerintahan kota Padang ataupun kota Pariaman agar dapat menjadi acuan dalam mengambil kebijakan daerah masing masing 2. Bagi perusahaan atau pengusaha lainnya agar dapat dijadikan sebagai bahan pembanding untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk didaerah asal migran sirkuler. 3. Bagi peneliti diharapkan berguna dalam menerapkan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan dan dapat dimanfaatkan untuk umum. I.4. Ruang Lingkup Pembahasan Agar dalam pembahasan penganalisaan nantinya lebih terarah, maka penulis perlu membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini, yaitu : 1. Penelitian ini dilakukan di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat. 2. Penelitian dilakukan terhadap tingkat migran sirkuler penduduk kota Pariaman ke kota Padang. 3. Migran sirkuler dalam penelitian ini diartikan sebagai individu yang berpindah tempat dari kota Pariaman menuju kota Padang untuk mencari kehidupan yang lebih sejahtera 7

tetapi tetap terikat dan kembali kekota asal Pariaman dalam kurun waktu kurang dari enam bulan.. 4. Jenis pekerjan migran sirkuler adalah buruh tau pedagang yang menerima upah, karena penelitian ini ingin menganalisa tentang pengaruh upah terhadap keputusan migran sirkuler Pariaman ke kota Padang. I.5. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Teori, Kerangka Konseptual, Hipotesa, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Analisis Hasil dan Pembahasan, Bab V Temuan Empiris, serta Bab VI Penutup. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut : Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II mengemukakan landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis penelitian. Bab III menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab IV membahas kajian teori, kerangka konseptual dan hipotesa yang akan diteliti oleh peneliti. Bab V mengemukakan hasil data yang didapat dan diolah oleh spss 16 dan dijelaskan dalam penelitian Bab VI mengemukakan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh peneliti. 8