JURNAL ILMIAH PERANAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION DALAM MENANGANI IMIGRAN ILEGAL ASAL TIMUR-TENGAH DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat. disimpulkan bahwa:

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERANAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION DALAM MENANGANI IMIGRAN ILEGAL ASAL TIMUR-TENGAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

DAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni.

DAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberi perlindungan dan mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi, UNHCR telah menempuh upaya-upaya khususnya:

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan dan Jawaban atas Wawancara yang Dilakukan Kepada Beberapa Narasumber:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

SUATU TINJAUAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN MANUSIA (PEOPLE SMUGGLING)

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan yang diakibatkan oleh peperangan. dengan Pernyataan Umum tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

Analisis Kebijakan Keimigrasian dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan Orang dan Imigran Gelap di Indonesia

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perairan yang sangat luas. Kondisi wilayah ini dikenal dengan Archipelago State atau

BAB I PENDAHULUAN. (born) human beings has inherent dignity and is inviolable (not-to be-violated),

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

DAFTAR SINGKATAN. Intergovernmental Committee for European Migration. Intergovernmental Committee for Migration

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

F-IL PERIHAL PENANGANAN TERHADAP ORANG ASING YANG MENYATAKAN DIRI SEBAGAI PENCARI SUAKA ATAU PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Tenggara dengan luas wilayah sebesar km 2 serta terletak di posisi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SATRESKRIM POLRES Kebumen. Pantai Mekaran Kebumen bahwa: Bangladesh dan Nepal.

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah di Negara sendiri membuat penduduk menjadi tidak nyaman dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samudera, yaitu samudera Pasifik dan Samudera Hindia, sehingga

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI MASUKNYA IMIGRAN GELAP DI INDONESIA. 3.1 Faktor Masuknya Imigran Gelap Ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN PENGUNGSI LINTAS BATAS NEGARA DI INDONESIA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL 1 Oleh : Vindy Septia Anggrainy 2

Penyidikan Dan Penuntutan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENGUNGSI (REFUGEE) DALAM HUKUM INTERNASIONAL FITRIANI / D

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

BAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

dari 3 kasus juga masih dalam proses UNHCR lainnya. Negara-negara ketiga (Canada), Denmark, Finland, Jerman ( Germany), Netherland, Selandia Baru

UPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan yang mendasar dan esensial bagi setiap manusia

BAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

REALISIASI PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN (Data per Desember 2012)

THE REASON OF INDONESIA NOT RATIFIED REFUGEE CONVENTION 1951 AND LEGAL PROTECTION FOR REFUGEES IN INDONESIA

xii hlm / 14 x 21 cm

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB I PENDAHULUAN. dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB III KEBIJAKAN REGULASI DAN TATA KELOLA PENGUNGSI ASING DI NEGARA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

POLITIK HUKUM PEMERINTAH (DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI) DALAM MENANGGULANGI MASALAH PENYELUNDUPAN MANUSIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH PERANAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION DALAM MENANGANI IMIGRAN ILEGAL ASAL TIMUR-TENGAH DI INDONESIA Disusun oleh : Nama : Richard Erick Andea NPM : 080509836 Program studi : Ilmu Hukum Program kekhususan : Hubungan Internasional Dosen Pembimbing : 1. G. Sri Nurhartanto 2. H. Untung Setyardi UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2013 i

PERANAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION DALAM MENANGANI IMIGRAN ILEGAL ASAL TIMUR-TENGAH DI INDONESIA oleh : Richard Erick Andea ABSTRACT The title of this research is : The Role of The International Organization for Migration in handling The Illegal Migrant from Middle East in Indonesia. The flowing of illegal migrants who came from Middle East to Indonesia are difficult to stop, eventhough their goal is Australia. They are seeking asylum or finding a better place for improving their living standard. The have rights to be protected and be treated as human being. IOM as an International Organization for Migration is dedicated to promote the human right and protecting the interest of the people who made migraton including the Illegal Migrant. Reffering to this research is focus on the Illegal Migrant from the Middle East. The method used in this research is a normative legal research. The data were analysed with qualitative methods. The analysis of data, it can be concluded that the role of IOM in handling with Illegal Migrant form Middle East in Indonesia such as Counselling, Food, Medic, Camp, Creative Training, and Assistance in order to filling for asylum. In the implementation some barriers faced by IOM in order to succeed its goals. keywords : The International Organization for Migration, Illegal Migrant, Middle East, Handling. ii

A. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki posisi geografis yang sangat unik dan strategis. Hal ini dapat dilihat dari letak geografis Indonesia yang berada di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak geogrfis Indonesia sekaligus berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania. Indonesia memiliki perairan yang menjadi salah satu urat nadi perdagangan internasional. Posisi ini menempatkan Indonesia berbatasan laut dan darat secara langsung dengan sepuluh negara tetangga di Asia Tenggara. Di darat, Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan dengan Timor-Leste, sedangkan di laut, Indonesia berbatasan dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, PNG, Ausralia dan Timor-Leste. 1 Secara geografis letak Indonesia yang sangat strategis yang berada di persimpangan membuat Indonesia menjadi tempat transit bagi pengungsi lintas batas negara yang dimana para pengungsi itu masingmasing memiliki kewarganegaraan yang berbeda-beda. Alasan para imigran ilegal asal timur tengah yang pergi meninggalkan Negara asalnya sendiri adalah rata-rata dikarenakan alasan keamanan atau kondisi negaranya yang sedang dalam keadaan perang atau sedang terjadi konflik bersenjata di negara mereka, namun hal lain yang membuat warga negara Timur Tengah mencari suaka ke beberapa negara maju adalah karena negaranya tidak lagi mampu memberikan penghidupan yang layak seperti sulitnya mencari 1 Dikutip dari http://encyclopediaindonesia.blogspot.com/2012/11/letak-geografis-indonesiaindonesia.html diakses tanggal 1 Maret 2013. iii

pekerjaan, lahan yang tidak mendukung sebagai mata pencaharian, serta alasanalasan mendasar lainnya, dimana para imigran ilegal asal Timur Tengah ini merasa bahwa negaranya sudah tidak lagi aman atau layak untuk ditempati sehinggga membuat mereka lebih memilih untuk meninggalkan negara asalnya demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik di negara lain yang dimana keamanannya terjamin. Para imigran ilegal itu pada umumnya ingin menuju ke Australia atau Selandia Baru. Di sana, mereka bisa mendapatkan suaka politik karena di negara asal mereka yang pada umumnya ada di Timur Tengah, dilanda konflik yang membuat mereka harus meninggalkan tanah airnya. Para imigran ilegal asal Timur-Tengah ini kebanyakan dari mereka berkewarganegaraan Irak, Kazakstan, Afganistan, Iran, dan Suriah. Dengan adanya imigran ilegal asal Timur-Tengah di wilayah territorial Indonesia, telah menghadirkan permasalahan tersendiri dan signifikan di Indonesia, yaitu timbulnya dampak dibidang ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya, keamanan nasional, dan kerawanan keimigrasian, bahkan juga tidak sedikit kasus yang mengindikasikan adanya perdagangan manusia. Disamping itu, permasalahan muncul ketika pemerintah Indonesia tidak tanggap dalam menangani para imigran ilegal itu, Karena Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi Tahun 1951 dan Protokol Opsionalnya tahun 1967 tentang Status Pengungsi, maka pemerintah tak bisa langsung menetapkan status para imigran ilegal tersebut sebagai pencari suaka atau pengungsi. Penentuan status dilakukan oleh UNHCR yang memakan waktu yang lama. Menurut Undang-Undang (UU) No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian masih mengelompokan Pengungsi dan iv

Pencari Suaka sebagai Imigran ilegal atau imigran yang memasuki wilayah Indonesia tanpa dokumen yang resmi atau tanpa melalui prosedur yang sudah ditentukan oleh UU. Maka itu para pengungsi dan pencari suaka selalu dikenakan tindakan dalam bentuk penahanan selama jangka waktu yang tidak pasti di Rumah Detensi Imigrasi (RUDENIM) yang tersebar di beberapa lokasi di Indonesia. Kondisi seperti ini jelas memperihatinkan, karena mereka pada umumnya tidak pernah bermaksud untuk memasuki wilayah suatu negara tanpa ada dokumen resmi karena memang pada dasarnya sulit untuk para pengungsi memperoleh dokumen imigrasi yang resmi. Dalam Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi No IMI-1489.UM.08.05 Tahun 2010 tentang Penanganan Imigran Ilegal, dimana setiap pengungsi yang masuk ke Indonesia akan dikenakan tindakan keimigrasian dalam bentuk penahanan sampai status pengungsinya ditetapkan oleh Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Namun penentuan status oleh UNHCR dapat memakan waktu sangat lama. Hal Ini berimbas pada munculnya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), karena pengungsi bukanlah pelaku kriminal namun ditempatkan pada situasi yang mirip dengan penahanan. Tak heran jika banyak di antara pengungsi yang mengalami tekanan psikologis dan berkeinginan kuat untuk bunuh diri atau kabur dari rumah detensi imigrasi tersebut. Dalam hal ini IOM sangat berperan penting karena IOM adalah organisasi antar pemerintah utama di bidang migrasi. IOM berdedikasi untuk memajukan migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama, dilaksanakan dengan meningkatkan pemahaman mengenai masalah-masalah migrasi, v

membantu pemerintah dalam menjawab tantangan migrasi, mendorong pembangunan sosial dan ekonomi melalui migrasi, dan menjunjung tinggi martabat dan kesejahteraan migran, termasuk keluarga dan komunitasnya. IOM bekerja dalam empat area luas manajemen migrasi, yaitu: migrasi dan pembangunan, pemfasilitasan migrasi, pengaturan migrasi, dan penanganan migrasi paksa, situasi darurat dan paska krisis. Kegiatan lintas sektor IOM antara lain memajukan hukum migrasi internasional, debate dan acuan kebijakan, perlindungan hak-hak migran, migrasi dan kesehatan, dan dimensi jender dalam migrasi. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan dua masalah yaitu Bagaimanakah penanganan yang dilakukan oleh International Organization for Migration terhadap Imigran Ilegal asal Timur- Tengah di Indonesia? dan Kendala-Kendala apakah yang dihadapi oleh International Organization for Migration dalam menangani Imigran Ilegal asal Timur-Tengah di Indonesia? B. Metode Penelitian Dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan jenis Penelitian Hukum Normatif yang adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti 2 Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/organisasi_internasional_untuk_migrasi diakses tanggal 5 Maret 2013. vi

bahan pustaka atau data sekunder. 3 Metode penelitian hukum ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum yang terdiri dari perjanjian-perjanjian internasional, juga menggunakan bahan-bahan hukum yang diperoleh dari pendapat-pendapat para ahli hukum dan pihak yang berwenang baik secara lisan atau tertulis serta buku-buku hukum lainnya yang relevan dengan penelitian ini. C. Hasil Penelitian IOM sebagai organisasi internasional yang berfokus di bidang migrasi, yang berdedikasi untuk memajukan migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama, memiliki peranan yang penting dalam menangani masalahmasalah migrasi. khususnya yang berkaitan dengan penanganan imigran illegal asal timur-tengah di Indonesia, 4 iom memiliki peran yang penting dalam penanganan permasalahan tersebut. Pergerakan yang di atur oleh sekelempok orang, secara ilegal melewati perbatasan internasional, yang biasanya menggunakan biaya atau biasanya disebut dengan penyelundupan manusia adalah urusan internasional. 5 Imigrasi internasional memang sulit untuk dihentikan, keimigrasian internasional adalah fenomena kompleks yang didasarkan pada sejarah manusia dan terjadi secara terus menerus yang memiliki kaitan sosial dan ekonomi antar negara atau 3 Soerjono Soekanto, 2001, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 13-14. 4 International Organization for Migration (IOM) Indonesia, 2010, Misi IOM di Indonesia, Hlm 2 5 Schloendhadt, 1999, The business of migration: organized crime and illegal migration in Australia and the Asia Pacific Region, AdelaideLaw Review, Hlm 21 vii

daerah. 6 Sebagai bagian dari mandat utamanya, IOM membantu pemerintah berbagai negara di dunia dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan, perundang-undangan dan mekanisme administrative migrasi baik melalui pemberian bantuan teknis dan pelatihan bagi pejabat pemerintah, dan dengan membantu para migran yang membutuhkan. 7 Sesuai dengan fungsi dan tujuan iom yang tercantum dalam konstitusi IOM pasal 1 : to make arrangements for the organized transfer of migrants, for whom existing facilities are inadequate or who would not otherwise be able to move without special assistance, to countries offering opportunities for orderly migration Migrasi ilegal merupakan suatu masalah utama dalam penanganan migrasi. Penyelundupan manusia telah meningkat dari segi profesionalisme selama tahuntahun belakangan ini dengan semakin banyaknya migran berpaling ke sindikat kejahatan terorganisir guna mewujudkan cita-cita mereka untuk sebuah hidup yang lebih baik. 8 Sebagai Organisasi Internasional di bidang Migrasi, Upaya Upaya yang dilakukan oleh IOM adalah membantu pemerintah Republik Indonesia dalam mengatur pergerakan imigran ilegal melalui penyediaan layanan bantuan bagi orang yang ditangkap dalam hal ini adalah imigran illegal asal Timur-Tengah 6 Anita Roberts, 2002, Imigran illegal di Indonesia: dari perspektif Republik Indonesia, Hlm 8 7 Dikutip dari, IOM, http://www.iom.int/cms/en/sites/iom/home/about-iom-1/mission.html pada tanggal 17 November 2013 8 Ibid viii

dalam perjalanan mereka oleh pihak yang berwajib di Indonesia. Layanan-layanan tersebut meliputi bimbingan/konseling, perawatan medis, makanan, penampungan, pelatihan keterampilan dasar dan bantuan dalam mengajukan permohonan suaka atau pemulangan sukarela. Dalam penanganan yang dilakukan oleh IOM dalam menangani Imigran illegal asal Timur-Tengah di Indonesia, sudah pasti dalam melakukan penanganan terhadap permasalahan tersebut IOM sebagai organisasi antarpemerintah utama di bidang migrasi memiliki kendala-kendala yang cukup signifikan dalam penanganan tersebut. sejumlah kendala yang diahadapi oleh IOM dalam penanganan masalah imigran ilegal asal Timur-Tengah di Indonesia yaitu seperti koordinasi antar lembaga negara dengan IOM yang belum optimal dan masih bersifat parsial atau hanya sebagian saja, kendala-kandala lain yang juga dihadapi oleh IOM adalah keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, fasilitas struktur dan infrastruktur pada lembaga-lembaga terkait seperti rudenim. keterbatasan tersebut telah menjadi kendala tersendiri bagi IOM dalam melakukan penanganan terhadap imigran illegal asal Timur-Tengah di Indonesia. 9 9 Hasil wawancara dengan staf IOM (International Organization for Migration) Indonesia, Head Office Jakarta. ix

D. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Internastional Organization for Migration dalam menangani imigran ilegal asal Timur-Tengah di Indonesia adalah dengan membantu Pemerintah Republik Indonesia (RI) dalam mengatur pergerakan imigran ilegal melalui penyediaan layanan bantuan bagi orang yang ditangkap dalam hal ini adalah imigran illegal asal Timur-Tengah dalam perjalanan mereka oleh pihak yang berwajib di Indonesia. Layanan-layanan tersebut meliputi bimbingan/konseling, perawatan medis, makanan, penampungan, pelatihan keterampilan dasar dan bantuan dalam mengajukan permohonan suaka atau pemulangan sukarela. 2. Terdapat sejumlah kendala yang dihadapi oleh IOM dalam penanganan permasalahan tersebut yakni yaitu seperti koordinasi antar lembaga negara dengan IOM yang belum optimal dan masih bersifat parsial atau hanya sebagian saja, kendala-kandala lain yang juga dihadapi oleh IOM adalah keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, fasilitas struktur dan infrastruktur pada lembaga-lembaga terkait seperti rudenim. keterbatasan tersebut telah menjadi kendala tersendiri bagi IOM dalam melakukan penanganan terhadap imigran illegal asal Timur-Tengah di Indonesia. x

E. Saran 1. Dalam mendukung kinerja IOM di Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia diharapkan segera meratifikasi Konvensi Jenewa Tahun 1951 Tentang Status Pengungsi dan Protokol New York Tahun 1967 Tentang Status Pengungsi, dengan meratifikasi maka Pemerintah Indonesia dapat menentukan sendiri status para imigran illegal apakah sebagai pengungsi atau pencari suaka, Sehingga pemerintah dapat terlibat langsung dan berkontribusi dalam penanganan masalah ini sesuai kepentingan nasional selain itu penanganannya tidak ditanggung seluruhnya oleh pemerintah, tetapi juga ditopang oleh solidaritas dan kerjasama dengan komunitas internasional. 2. Kerjasama yang dilakukan antara IOM dengan Pemerintah Indonesia harus dilakukan secara penuh dan keduanya seharusnya menyerukan atau memprakarsai dunia internasional agar membuat suatu konvensi terhadap masalah ini seiring terus bertambahnya para imigran illegal di Indonesia. 3. Diharapkan Aparat yang berwenang seperti pihak dari Kepolisian dan Pejabat Keimigrasian Indonesia untuk bersikap kooperatif secara penuh dalam membantu IOM dalam menjalankan fungsi dan tujuannya di Indonesia. xi

DAFTAR PUSTAKA Buku : International Organization for Migration (IOM) Indonesia, 2010,Misi IOM di Indonesia. Jakarta Schloendhadt, 1999, The business of migration: organized crime and illegal migration in Australia and the Asia Pacific Region, AdelaideLaw. Soerjono Soekanto, 2001, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Press, Jakarta. Sumaryo Suryokusumo,1997, Studi kasus Hukum Organisasi Internasional, PT.Alumni,Jakarta. -------------------------------, 1990, Hukum Organisasi Internasional, UI- Press, Jakarta Website : http://encyclopediaindonesia.blogspot.com/2012/11/letak-geografisindonesia-indonesia.html diakses tanggal 1 Maret 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/organisasi_internasional_untuk_migrasi diakses tanggal 5 Maret 2013. xii