2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam bab II pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka dilihat dari segi tujuannya, bangsa Indonesia menghendaki kaum terpelajarnya bukan sekedar berilmu, cakap dan kreatif berarti memiliki tingkat kemampuan yang baik ditinjau dari dimensi intelektual, tapi juga beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai potensi dari dimensi religiusitas, disamping itu berakhlak mulia yang menjadi potensi dari dimensi karakter dan moral, serta menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sebagai potensi dari dimensi kebangsaan. Jika mengacu kepada penjabaran di atas, maka pendidikan nasional Indonesia seharusnya sarat dengan pembelajaran yang berdimensi moralitas, tetapi realitasnya masih jauh dari yang diharapkan. Kondisi tersebut tampak pada beberapa hasil penelitian yang memfokuskan kajiannya pada pendidikan moral, agama, nilai dan karakter yang menunjukkan terjadinya gejala penurunan dan pengikisan moral bangsa Indonesia yang menyebabkan kegagalan pembangunan bidang pendidikan (Hakam, 2010:22). Dari hasil penelitian lainnya, ditemukan adanya gejala kondisi negatif yang cukup serius di sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini, yaitu dekadensi moral dan sosial yang akar permasalahannya

2 adalah kegagalan pendidikan formal dalam mengembangkan masyarakat yang penuh dengan kepemilikan nilai, kebajikan dalam hati, pikiran dan jiwa dalam diri manusia secara individual, sehingga memerlukan solusi yang sistemik melalui pendidikan karakter (Sukardi dalam Budimansyah, 2011: 79). Sedangkan dari hasil pengamatan Harsono yang dikutip oleh Ruyadi (2001) mengungkapkan bahwa munculnya fenomena yang menghawatirkan nasib bangsa dan negara ke depan, yaitu fenomena mulai lunturnya karakter luhur di kalangan siswa, mahasiswa, dan generasi muda, dimana krisis moral tersebut merupakan salah satu indikator dari kurang berhasilnya pendidikan, baik formal, informal, maupun non formal (dalam Budimansyah, 2001:331). Pembangunan nasional yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, pelaksanaannya diimplementasikan melalui tujuan pendidikan nasional yang kemudian direalisasikan melalui kurikulum lebih sebagai panduan praktis pendidikan formal mengutamakan upaya-upaya pencapaian keberhasilan tujuan pendidikan dan pembelajaran pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif yang sebetulnya merupakan esensi pendidikan itu sendiri terabaikan. Tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantoro mengingatkan, selama sekolah masih ditujukan kepada pencarian dan pemberian ilmu dan pkecerdasan fikiran, maka akan menyuburkan sifat egoisme, materialisme dan anti sosial (Budimansyah, 2011). Kleden memberikan pandangan mengenai peran penting pendidikan dalam pembangunan bangsa, bahwa pendidikan merupakan simpul utama dari upaya perubahan habitus bangsa yang saat ini semakin jauh dari karakter kebangsaaan (Kompas, 26 Maret 2013). Pandangan yang sama juga dikemukakan Sukadi jika pembudayaan nilai-nilai menyimpang, pada dasarnya juga hasil proses pendidikan, karena pembudayaan tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa ada yang salah dalam proses pendidikan di negeri ini sehingga melahirkan generasi masyarakat yang kurang berkarakter (dalam Budimansyah, 2011 : 8).

3 Pendidikan yang menekankan pada kecerdasan intelektual sangat penting untuk terus dikembangkan, namun ada kecerdasan yang tidak kalah pentingnya adalah kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial pada anak perlu dikembangkan agar anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial secara baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual lebih berpengaruh bagi kesuksesan seseorang dalam kehidupannya pada masa mendatang bila dibandingkan dengan kecerdasan intelektual. Penelitian Daniel Goleman pada tahun 1995 dan 1998 menyatakan bahwa kecerdasan intelektual memberikan kontribusi 20% terhadap kesuksesan seseorang, sedangkan 80% sangat tergantung pada kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual. Bahkan dalam keberhasilan di dunia kerja, kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi sebanyak 4% saja (Hakam, dalam Budimansyah 2011: 382). Kecerdasan sosial menjadi penting karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Banyak kegiatan dalam hidup terkait dengan orang lain, siswa yang gagal mengembangkan kecerdasan sosialnya akan megalami banyak hambatan dalam dunia sosial, pada akhirnya mereka tersisih secara sosial dan mengalami berbagai masalah sosial. Masalah sosial yang sering terjadi pada siswa seperti siswa tidak mampu bersosialisasi secara baik dengan teman sebaya, kurang mampu memelihara hubungan sosial dan belum mampu mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial. Masalah-masalah seperti itu dibuktikan oleh penelitian yang terkait dengan hubungan sosial diantaranya dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI terhadap siswa di 18 propinsi (Pikiran Rakyat, 2011), terdapat satu dari enam siswa mengalami kekerasan di sekolah dengan cara dilukai, diberi ancaman, diteror dan mendapatkan sikap permusuhan sehingga menimbulkan stress (76%), menyebabkan hilang konsentrasi (71%), menyebabkan gangguan tidur (71%), paranoid (60%), sakit kepala (55%). Sedikitnya 25% siswa yang diganggu memilih menghabisi nyawanya sendiri dengan jalan bunuh diri. Tindakan

4 kekerasan juga berdampak pada para pelaku, yaitu mereka merasa menjadi jagoan sehingga senang berkelahi (54%), berbohong (87%) dan tidak memperdulikan peraturan sekolah (33%). Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan yang mencakup interaksi kelompok dan erat kaitannya dengan sosialisasi, serta merupakan kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan untuk mengetahui orang lain (Puluhulawa, 2012 : 18). Seseorang yang mempunyai kecerdasan sosial yang baik akan mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mudah beradaptasi dalam lingkungan sosial, dan hidupnya bisa bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga orang lain. Kemampuan seperti inilah yang dibutuhkan oleh anak agar mudah dalam menghadapi tantangan kehidupan hingga dewasa nanti. Masalah sosial yang terjadi pada anak anak dan remaja tidak boleh dianggap remeh, karena mereka sebagai generasi penerus bangsa haruslah bebas dari masalah. Jika anakanak dan remaja mengalami masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka bangsa Indonesia kehilangan generasi penerus cita-cita bangsa yang berdaya guna, kreatif, sehat jasmani dan rohani. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan pendidikan dan pengajaran serta pelatihan dalam membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, emosional maupun sosial. Pedagog asal Jerman F.W. Foester berpandangan bahwa fungsi pendidikan adalah untuk membentuk karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subyek dengan perilaku hidup yang dimilikinya (dalam Kleden, 2013) pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Habibah (2008:35) menuliskan dalam laporan penelitiannya bahwa pendidikan yang dilakukan di sekolah adalah proses membantu siswa mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritikal, sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki fikiran dan perasaan mereka. Sedangkan Muslich (2010 : 136) menyatakan bahwa salah satu upaya untuk perbaikan masyarakat yang paling strategis agar kembali memiliki kecerdasan sosial adalah melalui pendidikan, dan

5 pada dasarnya tujuan pendidikan nasional sarat dengan hakikat pencapaian kecerdasan sosial sebagaimana dalam Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berisikan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Masalah sosial bukan hanya saja terjadi pada siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) khususnya siswa kelas IV dan V juga mengalami masalah sosial dan masalah penyesuaian diri, salah satu penyebabnya karena mereka memasuki masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja awal yang disebut masa praremaja. Pada masa praremaja ditandai oleh sifat sifat negatif pada diri anak sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif. Sifat-sifat negatif tersebut diantaranya adalah negatif dalam berprestasi baik prestasi jasmani maupun mental, dan negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat. Kenyataan yang ada di sekolah dasar pada umumnya saat sekarang lebih mengutamakan dalam membantu siswa untuk mengembangkan potensi akademiknya saja, sedangkan dalam mengembangkan kecerdasan sosial sering diabaikan. Siswa lebih banyak mendapatkan pembelajaran bagaimana belajar yang baik agar mendapatkan prestasi akademik yang memuaskan, sedangkan aspek sosial sebagai persiapan siswa untuk menghadapi lingkungan yang baru dikemudian hari masih sedikit diberikan. Sekolah haruslah memiliki program yang dapat mengembangkan berbagai aspek kecerdasan agar siswa dapat berkembang secara optimal bukan hanya dalam bidang akademik, pribadi, namun juga dalam bidang sosial. Program tersebut dapat direalisasikan dalam proses pembelajaran baik yang bersifat intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler secara integral termasuk dalam kurikulum persekolahan, dan memiliki peran dalam

6 membantu mengembangkan siswa sesuai dengan bakat dan minat mereka. Disebut ekstrakurikuler karena program pendidikan yang dikembangkan di luar jam pelajaran regular, dan menjadi pelengkap bagi pengembangan kurikulum inti yang tidak sempat dikembangkan pada jam pelajaran di sekolah oleh para guru (Danial, dalam Budimansyah, 2011 : 630 631). Program ekstrakurikuler bermacam-macam bentuk dan ragamnya, karena memang diadakan untuk siswa dengan sejumlah program pilihan yang berbasis pada program pengembangan diri siswa. Salah satu program ekstrakurikuler yang dipandang cukup berperan penting dalam upaya mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah diantaranya adalah pramuka, bahkan program pramuka merupakan program ekstrakurikuler wajib diselenggarakan oleh institusi pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat atas. Dalam rangka merealisasikan Undang Undang Nomor 12 tahun 2010 berkenaan dengan kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang bertujuan untuk dapat melahirkan generasi muda yang memiliki kepribadian, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia (Magdalena, 2011 : 46), sehingga diharuskan ada dan wajib diselenggarakan oleh setiap jenjang sekolah dan menjadi salah satu program ekstrakurikuler wajib bagi semua siswa. Sekolah Dasar Negeri 3 Kota Serang merupakan salah satu sekolah percontohan di Kota Serang. Berdasarkan data prestasi yang pernah diraih oleh SDN 3 Kota Serang baik prestasi akademik maupun prestasi ekstrakurikuker tingkat kota sampai tingkat propinsi. Khusunya prestasi dalam bidang kepramukaan dapat menjadi gambaran bahwa SDN 3 Kota Serang telah melaksanakan program untuk mengembangkan potensi akademik siswa yang dipadukan dengan aspek sosial dilaksanakan dalam kegiatan intrakurikuler pengembangan potensi pribadi yang dilakukan dalam program kokurikuler serta potensi sosial dan karir siswa melalui program ekstrakurikuler diantaranya adalah kepramukaan. Khususnya kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kota

7 Serang memberikan banyak penghargaan dan prestasi baik pada tingkat Kecamatan Serang, Kota Serang, maupun Propinsi Banten. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas dan wali kelas IV dan V SDN 3 Kota Serang pada hari Jum at tanggal 5 dan 12 April 2013 menunjukkan bahwa siswa kelas IV dan V cenderung kurang tertib dalam belajar, belum mampu menjalin hubungan baik dengan teman sebaya, tidak disiplin waktu dan berpakaian, sering melanggar peraturan sekolah dan sering bertengkar dengan teman baik di dalam maupun di luar kelas, tidak peduli pada kebersihan lingkungan, serta masalah-masalah sosial lainnya. Goleman mengemukakan dua kategori kecerdasan sosial, yakni kesadaran sosial, dan fasilitas sosial (dalam Puluhulawa, 2012 : 7) Jika disesuaikan dengan menggunakan kategori kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Goleman, maka siswa kelas IV dan V di SDN 3 Kota Serang masih menunjukkan kesadaran sosial yang rendah, dimana siswa belum mampu memahami keadaan batiniyah seseorang, dan belum memahami perasaan dan pikirannya. Jika diamati tentang fasilitas sosial yang terdapat di SDN 3 Kota Serang, siswa belum sepenuhnya diberikan kesempatan untuk berinteraksi secara maksimal dan efektif. Proses pembelajaran yang dipadukan dengan aspek sosial diantaranya yang diselenggarakan melalui kegiatan pramuka belum dilaksanakan secara sungguhsungguh dan serius dalam meningkatkan kecerdasan sosial siswa. Bertitik tolak dari uraian di atas, diperlukan adanya penelitian tentang Pembinaan Kecerdasan Sosial Siswa melalui Kegiatan Pramuka. Oleh karena itu, penelitian ini akan lebih memfokuskan pada kontribusi kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam mengupayakan pembinaan kecerdasan sosial siswa SD di Kota Serang, dan peneliti menentukan SDN 3 Kota Serang sebagai lokasi penelitian. 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah

8 kegiatan pramuka di SDN 3 Kota Serang dalam membinaan kecerdasan sosial siswa?. Agar permasalahan pada penelitian ini dapat diteliti secara mendalam, maka dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah program kegiatan pramuka dalam pembinaan kecerdasan sosial siswa di SDN 3 Kota Serang? 2. Bagaimanakah proses kegiatan pramuka di SDN 3 Kota Serang dalam pembinaan kecerdasan sosial siswa? 3. Kendala-kendala apa yang menghambat pembinaan kecerdasan sosial siswa melalui kegiatan pramuka di SDN 3 Kota Serang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pembinaan kecerdasan sosial siswa melalui kegiatan pramuka di SDN 3 Kota Serang. Secara khusus penelitian ini memiliki beberapa tujuan penelitian sebagai berikut: a. Mengetahui isi program kegiatan pramuka dalam membina kecerdasan sosial siswa di SDN 3 Kota Serang. b. Mengetahui proses kegiatan pramuka di SDN 3 Kota Serang dalam membina kecerdasan sosial siswa. c. Mengetahui kendala-kendala yang menghambat pembinaan kecerdasan sosial siswa melalui kegiatan pramuka di SDN 3 Kota Serang. 1.4 Manfaat Penelitian

9 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran akademik terutama dalam rangka mengembangkan pendidikan nilai dan karakter di sekolah dan beberapa manfaat lain yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya adalah: a. Memberikan kontribusi keilmuan bagi Pendidikan Umum. Pada tataran konseptual, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam membangun dan menyelenggarakan pendidikan karakter. b. Menambah wawasan terutama bagi kalangan pendidik dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pendidikan karakter. c. Membantu siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan sosial sebagai salah satu wujud indifidu yang berkarakter cerdas. d. Sebagai bahan masukan bagi pihak SDN 3 Kota Serang dalam upaya pembinaan kecerdasan sosial bagi siswanya. e. Meningkatkan peranan ekstrakurikuler pramuka sebagai salah satu wahana edukatif pendidikan karakter. f. Bagi kegiatan penelitian sejenis, khususnya di lingkungan pendidikan dapat memberikan informasi dan telaah kepustakaan mengenai pendidikan karakter. 1.5 Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi tesis ini memuat urutan penulisan dari setiap bab yang terdapat di dalam tesis ini, mulai dari bab satu sampai bab terakhir. Struktur organisasi tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan pernyataan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab II merupakan kajian teoritis terhadap maslah yang diteliti, yaitu Pembinaan Kecerdasan Sosial Siswa Melalui Kegiatan Pramuka (Studi kasus di sekolah Dasar Negeri 3 Kota Serang) yang terdiri dari

10 kecerdasan sosial siswa di SDN 3 Kota Serang dan pembinaan kecerdasan sosial siswa melalui kegiatan pramuka. Bab III memuat metode penelitian, yang meliputi metode dan pendekatan penelitian, sumber data, instrument penelitian, tenik pengumpulan data, langkah langkah penelitian, teknik analisis dan interpretasi data. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan, yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, temuan-temuan hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi serta pembahasan. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.