BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha, Pemerintah

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap melakukan usaha pelaku usaha tentunya memerlukan modal untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Salah satu aspek pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

PRAKTIK PELAKSANAAN ROYA HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

Oleh Dhevi Nayasari Sastradinata Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan terssebut diperoleh melalui pinjaman-pinjaman atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik daripada apa yang telah dicapai, artinya bahwa pembangunan merupakan perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi. Salah satu bentuk pembangunan adalah pembangunan di bidang usaha perbankan. Pengertian bank di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1) Menurut Salim H.S pengertian perjanjian kredit adalah perjanjian yang dibuat kreditur dan debitur, di mana kreditur berkewajiban untuk memberikan uang atau kredit kepada debitur, dan debitur berkewajiban untuk membayar pokok dan 1) Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3790), Pasal 1 angka 2.

2 bunga, serta biaya-biaya lainya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati antara keduanya. 2) Subjek dalam perjanjian kredit adalah kreditor dan debitur. Kreditur adalah orang atau badan hukum yang memberikan kredit kepada debitur. Debitur adalah orang atau badan hukum yang menerima kredit dari kreditur. Kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yakni : Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 3) Prestasi dalam perjanjian kredit adalah pihak kreditur memberikan kredit kepada debitur dan debitur berkewajiban untuk membayar pokok dan bunga, serta biaya-biaya lainnya. Bunga pinjaman adalah pendapatan yang diterima kreditur secara berkala atas penggunaan kredit oleh debitur, sesuai yang disepakati dalam perjanjian kredit. Serta biaya-biaya lain meliputi denda keterlambatan dalam pembayaran pokok dan bunga. Adapun Jangka waktu kredit adalah masa berlakunya perjanjian kredit yang dibuat oleh para pihak. Dalam hal pembuatan perjanjian kredit dan pengakuan hutang, dibutuhkan peran Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Notaris adalah seorang 2) Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUHPerdata, (Jakarta: PT RajaGrafinfo Persada, 2006), hal. 80. 3) Indonesia, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3790), Pasal 1 angka 11.

3 pejabat umum yang bertanggung jawab untuk membuat surat keterangan tertulis yang dimaksudkan sebagai bukti dari perbuatan-perbuatan hukum. Di dalam lalu lintas hubungan-hubungan hukum privat, notaris memiliki kewenangan eksklusif untuk membuat akta-akta otentik. Tumbuh kembang profesi notaris (termasuk PPAT) sangat terpengaruh oleh pertumbuhan dunia ekonomi dan adanya masyarakat yang memberikan kebebasan sangat luas bagi individu untuk menciptakan sendiri hubungan-hubungan hukum. Lalu lintas hukum membutuhkan adanya tingkat kepastian tertentu, notaris menawarkan ini karena ia seseorang fungsionaris yang mandiri, yang sekaligus memiliki kewajiban untuk menjaga terciptanya keseimbangan dalam setiap hubungan hukum. Dengan demikian, selain keharusan adanya perjanjian kredit atau pengakuan hutang sebagai perjanjian pokok, maka untuk kepentingan bank, dalam hal menjamin pengembalian kredit yang diberikan, benda jaminan atau agunan yang diserahkan oleh debiturnya, harus dilakukan pengikatan atau pembebanan hak tanggungan yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yakni Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan Perundangundangan yang berlaku dan untuk berlakunya suatu pemberian hak tanggungan diatur didalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

4 Tanggungan yakni Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan. Dari kedua peraturan tersebut diatas sudah merupakan suatu syarat mutlak bagi kreditur yang dalam hal ini adalah bank dalam memberikan kredit kepada debitur dengan jaminan hak tanggungan, maka harus dibuatkan Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang debitor dikemudian hari dimana kreditur dalam hal ini bank mempunyai hak didahulukan (preferen) dari kreditur-kreditur lainya. Namun dalam perkembangannya dalam dunia perbankan terdapat bank yang dalam memberikan kredit kepada debitur tidak diikuti dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utangnya. Disini terjadi penyimpangan dalam proses pemberian kredit dari bank kepada nasabahnya yang mana seharusnya bank dalam memberikan kredit kepada nasabahnya harus diikuti dengan jaminan sebagai pelunasan terhadap kredit yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik dengan contoh kasus yang akan diteliti dalam tulisan ini, karena terdapat pemberian kredit oleh bank yang tidak diikuti oleh Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), terasa sangat ganjil sebab akan mempunyai akibat hukum tersendiri pada bank terhadap perjanjian kredit yang tidak diikuti dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis akan menganalisis masalah Akibat Hukum Perjanjian Kredit Tanpa Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) menurut Undang-Undang No 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan"

5 B. Permasalahan Permasalahan pokok yang ingin dikemukakan sehubungan dengan masalah yang dibahas adalah: 1. Bagaimana status dari perjanjian kredit yang dibuat tanpa diikuti dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat oleh PPAT menurut Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan? 2. Bagaimana akibat hukumnya terhadap perjanjian kredit yang tidak diikuti dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat dihadapan PPAT? C. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui status perjanjian kredit yang tidak diikuti dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat di hadapan PPAT, jika dilihat melalui Undang Undang Hak Tangungan, yang selanjutnya disebut UUHT. b. Untuk mengetahui akibat hukum dari perjanjian kredit yang tidak diikuti dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat di hadapan PPAT. 2. Kegunaan Penelitian Penulis berharap dengan dibuatnya proposal ini dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri maupun mereka yang membacanya. Adapun kegunaan dari penulisan dari proposal ini terbagi dua yakni:

6 a. Kegunaan penelitian secara teoritis Penelitian ini untuk mengembangkan pemahaman atas hukum perdata, khususnya mengenai akibat hukum perjanjian kredit tanpa pemberian Akta Pemberian Hak Tanggunan (APHT). b. Bagi masyarakat, yaitu: 1. Menambah pengetahuan masyarakat di bidang hukum perdata mengenai perjanjian kredit 2. Menambah pengetahuan masyarakat di bidang hukum perdata khususnya hukum agraria mengenai hak tanggungan atas sebuah tanah dan bangunan. 3. Memberikan contoh kasus perdata yang sangat jarang terjadi dalam praktek pembuatan perjanjian kredit di Indonesia, karena tidak diikutinya Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). c. Bagi pemerintah dan lembaga legislatif, yakni memberikan tambahan saran atau masukan bagi penyempurnaan dan pembentukan peraturan perundangundangan di bidang hukum perdata yang menyangkut mengenai perjanjian kredit dan hak tanggungan. D. KERANGKA KONSEPTUAL Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini, maka penulis membatasi istilah pokok yang terkandung dalam judul ini :

7 Akibat hukum adalah akibat-akibat yang timbul karena adanya suatu perbuatan atau peristiwa hukum, sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. 4) Akibat hukum merupakan akibat yang timbul dari hubungan hukum. Hubungan hukum yang dimaksud adalah hubungan hukum antara debitur dan kreditur yang membuat perjanjian kredit dengan jaminan hak atas sebuah tanah, tetapi tidak dibuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Adapun maksud dari Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut bendabenda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. 5) E. Metode Penelitian Pada penelitian untuk penyusunan skripsi, harus diperhatikan bahwa skripsi merupakan suatu karya ilmiah yang disusun secara jelas, tegas, logis, dan sistematis berdasarkan data-data yang diperoleh dan dapat diperinci guna mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 4) Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan ke-5 (Jakarta: PT.Rineka Cipta:2007), hal. 24. 5) Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 43 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3632), Pasal 1 angka 1.

8 Penulis menggunakan metode penelitian yang terdiri atas : 1. Tipe Penelitian Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian yuridis normatif, dimana penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan yang mana bahan-bahan atau material studi ini bersumber dari tulisan-tulisan yang berupa buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan judul atau bahan-bahan kuliah, peraturan perundang-undangan (UU No 10 Tahung 1998 tentang Perubahan atas UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, dan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata). 2. Sumber data Sumber data hukum yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini mencakup : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh oleh penulis langsung dari narasumber yang ditemui oleh penulis. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari literatur dokumen-dokumen serta perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data sekunder terdiri dari:

9 a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang undangan. Bahan hukum primer yang diteliti adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, khususnya yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan dan perbankan yakni : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer, yaitu dengan menggunakan bahan hukum dari berbagai buku ilmiah, bahan-bahan kuliah, dan internet. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini, digunakan teknik dalam pengumpulan data yaitu melalui : a. Studi Kepustakaan (library research) Buku-buku, peraturan-peraturan maupun perundangan-undangan digunakan oleh penulis untuk kegiatan studi kepustakaan. b. Penelitian Lapangan (field reseach)

10 Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan penulis menggunakan pedoman wawancara. F. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilakukan dalam bentuk suatu laporan yang tersusun secara sistematis. Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis tersendiri dari lima 5 bab yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan suatu bab pengantar berisikan 7 bagian, adapun isinya meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : KERANGKA TEORETIS Kerangka teoretis merupakan bagian dari hasil penelitian yang berisikan paparan teori yang ada berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penulisan laporan penelitian. Kerangka teoritis disini adalah teoriteori hukum perdata yang berkaitan dengan Akibat Hukum Perjanjian Kredit Tanpa Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT DAN HAK TANGGUNGAN

11 Tinjauan umum tentang hak tanggungan dalam bab ini akan membahas hal hal berkaitan dengan perjanjian kredit dan hak tanggungan. Tujuan pembahasan pada bab ini guna untuk memberikan dasar analisa pada bab berikutnya. Selain itu juga ditambah dengan penjelasan tentang Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). BAB IV : ANALISIS PERMASALAHAN Analisis merupakan bab yang menguraikan atau menganalisis permasalahan yang ada. Pada bab ini akan menganalisi akibat hukum perjanjian kredit tanpa Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) ditinjau dengan teori-teori hukum perdata yang berkaitan dengan analisis kasus ini dan data hasil wawancara yang didapat penulis. BAB V : PENUTUP Penutup merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi. Pada bab ini diuraikan kesimpulan atas permasalahan berdasarkan analisis permasalahan. Selain itu juga, pada bab ini juga dapat dicantumkan saran yang dipandang perlu sehubungan dengan ditemukannya kendala dalam melaksanakan penelitian ataupun saran yang berisikan solusi mengenai permasalahan yang dibahas oleh penulis.