EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI SALIARA (Lantara camara L.) TERHADAP HAMA TANAMAN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY.

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden *

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

BAHAN DAN METODE. Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3. METODE DAN PELAKSANAAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PENYEBAB PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L.Sacaracharata)

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB 111 BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENERAPAN BIONUTRIEN KPD PADA TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa var. crispa)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

Transkripsi:

Jurnal Agronida ISSN: 247-9111 Volume 1 Nomor 1, April 215 31 EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI SALIARA (Lantara camara L.) TERHADAP HAMA TANAMAN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) Effectiveness of Saliara (Lantara camara L.) Biopesticides on Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) Pests Hardiansah 1, Yanyan Mulyaningsih 2a, Nur Rochman 2 1 Alumni Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor 2 Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos Ciawi, Bogor 1672 a Korespondensi: Yanyan Mulyaningsih, e-mail: yanyan.mulyaningsih@unida.ac.id ABSTRACT The objective of this study was to determine the effective concentration of saliara (Lantara camara L.) biopesticide to the population of pests, disease intensity and attack area of pests and disease and its effect on growth and yield of roselle. This research was used a completely randomized design (CDR) with one factor (the concentration of saliara biopesticide). The treatment consist of five levels of biopesticide, namely PO (%) as negative control, P1 (2,5%), P2 (3,65%), P3 (5%), P4 (6,25%) and one level of chemical pesticide as positive control P5 (,1% Decis and,2%, Propineb). Results of the treatment showed that concentration of 6.25% biopesticide significantly affected the population and widespread of mealybug (Pseudococcus sp). Key Word : biopesticides, saliara, roselle, Pseudococcus ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif pestisida nabati saliara (Lantara camara L.) terhadap populasi hama, intensitas penyakit dan luas serangan hama dan penyakit serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman rosela. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 29 sampai dengan 27 Oktober 29 bertempat di Kebun Percobaan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitu konsentrasi pestisida nabati saliara, dengan 6 taraf perlakuan, yaitu P kontrol negatif (%), P1 (2,5%), P2(3,65%), P3 (5%), P4 (6,25%) dan P5 kontrol positif (,1% Decis dan,2% Propineb). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi pestisida hayati berpengaruh nyata terhadap populasi dan luas serangan hama kutu putih (Pseudoccus sp.), dan konsentrasi pestisida nabati 6,25% menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan taraf yang lainnya. Kata Kunci : pestisida nabati saliara, rosela, Pseudococcus Hardiansyah, Yanyan M., Nur Rochman. 215. Efektivitas Pestisida Nabati Saliara (Lantana camara L.) tehadap Hama dan Penyakit Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal Agronida 1(1): 1-13

32 Yanyan et al Efektifitas pestisida nabati salaria PENDAHULUAN Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman obat-obatan yang sampai saat ini masih menggunakan insektisida kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan. Sedangkan di lain pihak tanpa pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT (Kardinan, 21). Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan dan tanaman yang berpotensi sebagai pestisida yang aman bagi lingkungan. Namun sampai saat ini pemanfaatan belum dilakukan secara maksimal. Saat ini setidaknya terdapat lebih dari 2. jenis tanaman yang telah dikenal memiliki kemampuan sebagai pestisida. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor memiliki koleksi puluhan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai insektisida. Penelitian tentang tanaman-tanaman beracun botani di Indonesia dimulai sejak didirikannya Pusat Ilmu Pengetahuan Botani oleh Belanda pada tahun 1888. Penelitian tentang pemanfaatan tanaman tuba (Derris sp.), bunga krisan liar (Pyrethrum), dan bengkuang sebagai pestisida botani dimulai sejak tahun 195 an di Bogor (Novizan, 22). Tercatat ada 2.4 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 234 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Kardinan, 1999). Kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam adalah mulai beralihnya kebiasaan penggunaan obat-obatan kimia sintetik dalam proses pengobatan kepada obat-obat alami/herbal. Salah satu tanaman yang saat ini tengah menjadi sorotan adalah tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Rosela ternyata tidak hanya cantik sebagai tanaman penghias pagar dan dekorasi tetapi dari hasil berbagai riset dan penelitian, tanaman ini memiliki berbagai kandungan (vitamin, mineral, dan asam amino) yang berkhasiat untuk kesehatan. Menurut Maryani (25) awalnya masyarakat menggunakan tanaman rosela hanya ditujukan untuk memperoleh serat batangnya sebagai bahan baku pembuatan tali dan pengganti rami, tetapi kini bagian utama tanaman rosela adalah kelopak bunganya. Seiring dengan tingginya permintaan rosela beserta produk olahannya, membudidayakan tanaman rosela memiliki prospek yang menjanjikan. Sebagai salah satu alternatif pengobatan/herbal, maka rosela haruslah bebas dari obat kimia sintetis yang dapat bersifat racun/toksik. Untuk itu di dalam proses pembudidayaannya digunakan pestisida nabati dalam penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Saliara (Lantana camara L.) merupakan salah satu tanaman yang berpeluang untuk dijadikan sebagai bahan pestisida nabati dalam penanggulangan organisme pengganggu pada tanaman rosela. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas pestisida nabati saliara terhadap hama dan penyakit tanaman rosela. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 29 sampai dengan Oktober 29, berlokasi di Kebun Percobaan Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor, dengan ketinggian tempat m dari atas permukaan laut dan curah hujan 3.529,5 mm/tahun. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tanam, timbangan, ember, alat penyiram, blender, hand sprayer. Bahan yang digunakan adalah benih rosela, pupuk kandang, air, dan daun saliara. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu konsentrasi saliara (kontrol (%), P1 (2,5%), P2 (3,65%), P3 (5%), P4 (6,25%) dan P5 kontrol positif (,1% Decis dan,2% Propineb). Peubah yang diamati adalah : Populasi dan luas serangan hama, intensitas dan luas serangan penyakit, pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman) dan total panen rosela (jumlah dan bobot) Data yang terkumpul diuji secara statistik menggunakan uji F. Perbedaan pengaruh perlakuan di uji dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian Benih rosela direndam dengan menggunakan air selama 24 jam, kemudian disemai ke dalam

Jurnal Agronida ISSN: 247-9111 Volume 1 Nomor 1, April 215 33 polibag kecil dengan media tanam yang terdiri atas campuran tanah dan pupuk kandang (1:1). Penanaman Penanaman di lapangan dilakukan pada saat bibit rosela berumur 4 minggu setelah semai. Jarak tanam antara tanaman satuan amatan 1 m x 1m, jarak antara perlakuan dalam satu ulangan 1.5 m dan jarak antar ulangan 2 m. Pemupukan Pemupukan awal dilakukan pada waktu pelaksanaan olah lahan dengan dosis 1 kg pupuk kandang/lubang tanam. Pemupukan susulan dilakukan pada saat rosela berumur 4 minggu masa setelah tanam (MST) yaitu dengan pemberian pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 25 g per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada 8 MST sebanyak 3 g per tanaman dengan pupuk NPK (15:15:15). Pemanenan Pemanenan dilakukan secara bertahap yaitu pada stadia pertumbuhan kelopak optimum. Pada fase ini buah (kapsul) berwarna hijau dengan biji berwarna putih. Pembuatan Ekstak Daun Saliara Pembuatan ekstrak daun saliara 2.5% dilakukan dengan cara menimbang 25 g daun basah kemudian dihaluskan, ditambah air 25 ml, setelah lumat ditambah air lagi sebanyak 25 ml diaduk dan diendapkan selama 24 jam. Larutan kasar disaring, filtratnya ditambah air hingga volume 1. ml baru dapat diaplikasikan. Sebelum disemprotkan pada tanaman, ditambah.1 g serbuk detergen per 1 liter larutan ekstrak. Untuk pembuatan larutan ekstrak saliara 3.75%, 5%, dan 6.25% dilakukan dengan teknik yang sama seperti membuat ekstrak daun saliara 2.5%. Aplikasi penyemprotan pestisida dilakukan pada 4 MST kemudian diaplikasikan setiap interval 7 hari. Volume penyemprotan 3-6 l/ha yang diberikan secara bertahap sesuai dengan stadia pertumbuhan tanaman rosela. Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi tanaman di kebun percobaaan pada awal penelitian tumbuh dengan baik. Hama yang menyerang selama penelitian adalah kutu putih (Pseudococcus sp.), kepik (Disdercus cungulatus) dan ulat (Spodoptera litura). Penyakit yang menyerang adalah cendawan Phythopthora sp. Mayoritas tanaman rosela diserang oleh kutu putih (Pseudococcus sp) hal ini mengakibatkan kondisi tanaman menjadi kerdil, sedangkan serangan cendawan Phythopthora sp. menyebabkan intensitas kematian tanaman rosela menjadi tinggi. Selama penelitian ini berlangsung, suhu lingkungan antara 19ºC-33ºC dengan kelembaban antara 58% - 93%. Hasil Penelitian Kutu putih Pseudococcus sp a. Populasi Hasil uji lanjut menunjukkan tanaman yang diberi pestisida nabati saliara (Lantana camara L) memiliki populasi Pseudococcus sp. (minggu ke 7, 8, 9, 1, 11 dan 12) lebih kecil dibandingkan dengan control negatif (P) dan mendekati kontrol kimia (P5) (Gambar 1). 4 3 25 2 15 1 5 Pseudococcus sp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 1. Grafik rata-rata populasi Pseudococcus sp.

34 Yanyan et al Efektifitas pestisida nabati salaria Aplikasi pestisida nabati saliara tidak berpengaruh nyata terhadap luas serangan Pseudococcus sp yaitu pada pengamatan pada pengamatan minggu ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 1, tetapi berpengaruh nyata pada minggu ke 9, 11, dan 12. Pada pengamatan minggu ke 5 dan ke 7 luas serangan hama mencapai 1% untuk semua perlakuan (Gambar 2). 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Pseudococcus sp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 2. Grafik luas serangan kutu putih Pseudococcus sp. Disdercus cungulatus a. Populasi Serangan Disdercus cungulatus terjadi mulai pengamatan minggu ke 5 sampai 1. Perbedaan konsentrasi pestisida nabati saliara tidak mempengaruhi populasi serangan (Gambar 3). 2.5 2 Disdercus cungulatus sp 1.5 1.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 3. Grafik populasi Disdercus cungulatus Disdercus cungulatus mulai menyerang pada pengamatan minggu ke 5 sampai dengan minggu ke 1. Pemberian pestisida nabati tidak berpengaruh terhadap luas serangan D. cungulatus (Gambar 4). Ulat Spodoptera litura a. Populasi Serangan ulat Spodoptera litura hanya terjadi pada pengamatan minggu ke 3 dengan nilai rata-rata populasi.83, sedangkan pada minggu pengamatan lainnya (1,2,4-12) tidak terjadi serangan. 4 3 25 2 15 1 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Disdercus cungulatus Gambar 4. Grafik luas serangan Disercus cungulatus Serangan ulat Spodoptera litura hanya terjadi pada tanaman yang diberi pestisida nabati dengan konsentrasi 6.25%, dengan luas serangan relatif tendah (8.33%). Pada pengamatan minggu lainnya (1,2,4-12) tidak terdapat serangan ulat Spodoptera litura. Penyakit busuk leher akar (Phythopthora sp.) a. Intensitas serangan penyakit busuk leher akar Serangan Phythopthora sp. terjadi pada awal pengamatan (minggu ke 1-4) pada tanaman yang diberi pestisida nabati taraf. Sementara itu pada pengamatan minggu ke 5-7, serangan penyakit ini terjadi pada tanaman yang diberi pestisida nabati pada taraf, sedangkan serangan pada minggu terakhir (minggu ke 8-12) terjadi pada tanaman yang diberi pestisida nabati pada taraf (Gambar 5). 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 pengamatan minggu ke Phythopthora sp Gambar 5. Grafik intensitas serangan Phythopthora sp.

Jurnal Agronida ISSN: 247-9111 Volume 1 Nomor 1, April 215 Luas serangan cendawan Phythopthora sp. pada tanaman rosela cukup tinggi dari awal sampai dengan akhir (minggu ke 12) pengamatan. Luas serangan tertinggi pada awal pangamatan (minggu ke 1-4) terjadi pada tanaman yang diberi pestisida nabati pada taraf, sedangkan pada pertengahan pengamatan (minggu ke 5 dan 6) terjadi pada tanaman yang diberi pestisida pada taraf, dan pada akhir pengamatan (minggu ke 7-12) terjadi pada tanaman yang diberi pestisida nabati taraf (Gambar 6). 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 pe ngamatan minggu ke Phythopthora sp Gambar 6. Grafik luas serangan Phythopthora sp. Tinggi tanaman Rosela Pertumbuhan tinggi tanaman rosela pada awal pengamatan (minggu ke 1-4) dipengaruhi oleh konsentrasi pestisida nabati, tetapi periode selanjutnya (minggu ke 5-12) tidak berbeda antar perlakukan (Gambar 7). 4 3 25 2 15 1 5 Tinggi tanaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Gambar 7. Grafik rata rata tinggi tanaman rosela Jumlah dan Bobot Panen a. Jumlah bunga rosela Jumlah bunga rosela yang dipanen relatif tidak berbeda antar perlakuan (Gambar 8). Meskipun demikian tanaman yang diberi pestisida nabati dengan taraf P4 cenderung menghasilkan bunga relatif lebih banyak, dibandingkan dengan perlakuan lain. 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.. 1 2 3 4 5 pa ne n ke Gambar 8. Grafik jumlah panen rosela Jumlah pane n b. Bobot bunga rosela Bobot total bunga rosela yang dipanen pada tanaman yang diberi pestisida nabati dengan taraf P4, cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. 6. 5. 4. 3. 2. 1.. B o bo t pane n 1 2 3 4 5 panen ke 8. Grafik rata rata bobot panen rosela Pembahasan Penggunaan pestisida nabati saliara pada tanaman rosela berpengaruh terhadap tingkat populasi dan luas serangan hama (Pseudococcus sp) pada akhir pengamatan (minggu ke 7-12) dan tinggi tanaman pada minggu ke 1-4) tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas dan luas serangan penyakit (cendawan Phythopthora sp). Sementara itu aplikasi pestisida nabati tidak berpengaruh

36 Yanyan et al Efektifitas pestisida nabati salaria terhadap serangan (Disdercus cungulatus dan ulat Spodoptera litura ). Pengaruh pestisida nabati terhadap luas serangan hama kutu putih (Pseudococcus sp) nampak pada pengamatan minggu terakhir. Diduga hal ini disebabkan karena pestisida nabati bersifat mengusir dan mengurangi nafsu makan hama, sehingga membutuhkan proses yang lambat. Selain itu diduga pestisida nabati saliara memiliki tingkat toksiksitas lebih rendah dibandingkan dengan pestisida sintetis (kontrol positif), tetapi memiliki sifat repelant (menolak kehadiran serangga) serta antifeedant (mencegah hama makan) karena menyebabkan tanaman yang disemprot menjadi pahit. Proses kerja pestisida nabati yang lambat juga disebabkan Pseudococcus sp memiliki lapisan lilin yang melindungi dari cairan semprot pestisida. Oleh karena itu di dalam campuran pestisida nabati terdapat detergent yang berfungsi untuk meluruhkan lapisan lilin yang melindungi kutu putih dari cairan pestisida sehingga kutu putih menjadi telanjang dan mati akibat terkena pestisida dan sengatan matahari (Rauf, 29). Aplikasi pestisida nabati tidak berpengaruh terhadap serangan cendawan Phythopthora sp. Populasi cendawan semakin meningkat dari awal sampai 9 minggu pengamatan. Hal ini diduga karena cendawan memiliki tingkat infeksi yang luas serta adanya faktor luar yang mempengaruhi yaitu curah hujan dan kelembaban tanah. Tanaman rosela diserang cendawan ini pada bagian batang, sehingga batang berwarna coklat kehitaman dan daun mengalami kelayuan secara mendadak. Menurut Sumangun (1991) penyebaran Phythopthora sp. ini dibantu oleh hujan yang lebat. Penyakit busuk kaki ini dapat menyebabkan seluruh tanaman mati dengan empulur kering, leher akar membusuk, berwarna coklat kehitaman dan agak berlekuk, Phytophthora sp. tergolong patogen tular tanah dan dapat bertahan lebih dari 5 tahun di dalam tanah, walaupun tidak ada tanaman inang. Penyakit ini lebih umum terjadi pada daerah tropika dan daerah beriklim sedang dengan suhu 1 o 32 o C. Konsentrasi pestisida nabati saliara hanya berpengaruh terhadap tinggi tanaman rosela pada empat minggu pertama. Hal ini disebabkan pada periode tersebut tingkat populasi serta luas serangan hama masih relatif kecil. Pada minggu ke 5-12 pertumbuhan rosela terganggu dan cenderung menjadi kerdil. Hal ini diduga akibat dari serangan hama yang tinggi. Menurut Departemen Pertanian (29), serangan Pseudococcus sp. pada tanaman rosela mengakibatkan tingkat pertumbuhan terhambat sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Tanaman rosela yang diberi pestisida nabati saliara menghasilkan jumlah dan bobot bungatidak berbeda dengan kontrol positif maupun control negatif. KESIMPULAN Penggunaan pestisida nabati saliara (Lantana camara L.) pada konsentrasi 6.25% dapat menurunkan populasi dan luas serangan hama Pseudococcus dengan hasil mendekati aplikasi pestisida kimia sintetis, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap intensitas dan luas serangan cendawan Phythopthora sp. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 29. Kutu Putih Pseudococcus sp. http://www.departemen Pertanian.go.id/ditlinh, 21 Desember 29. Kardinan A. 21. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasinya. Jakarta : Penebar Swadaya. Kardinan A. 1999. Pestisida Nabati, Ramuan & Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Maryani H. Kristiana L. 25. Kasiat dan Manfaat Rosela. Depok: Agromedia Pustaka. Novizan. 22. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta: Agromedia Pustaka. Rauf A. 29. Basah Kuyup Usir kutu Putih. Trubus 479. Semangun H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.