Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dengan Pengaktivasi H2SO4 Variasi Suhu dan Waktu

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH DENGAN SUHU TINGGI SECARA PIROLISIS

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BUAH LONTAR (Borassus flabellifer Linn.) SEBAGAI ABSORBEN LIMBAH BATIK KAYU

Pembuatan Arang Aktif dari Limbah kulit Coklat ( Theobroma cacao L ) dengan Aktivator HCl dan NaOH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KAYU GELAM (Melaleuca leucadendron) YANG BERASAL DARI TANJUNG API-API SUMATERA SELATAN

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

Mengapa Air Sangat Penting?

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI ARANG SISA PEMBUATAN ASAP CAIR CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN METODE AKTIFASI KIMIA-FISIKA

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-116

(Experimental Study on the Effectiveness of Liquid Waste Absorption Using Mesh-80 Active Charcoal Made from Teak Wood Saw Scratches) ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

ARANG AKTIF DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS RIA WIJAYANTI

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI KARBON AKTIF

Jason Mandela's Lab Report

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT HASIL HIDROLISIS DARI KULIT SINGKONG MENJADI BIOBRIKET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

Hasil dan Pembahasan

UJI DAYA SERAP ARANG AKTIF DARI KAYU MANGROVE TERHADAP LOGAM Pb DAN Cu

PEMANFAATAN BATUBARA PERINGKAT RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU KARBON AKTIF DENGAN AKTIVATOR ZnCl 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

KARAKTERISTIK ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN PENGAKTIVASI H 2SO 4 VARIASI SUHU DAN WAKTU Siti Jamilatun, Intan Dwi Isparulita, Elza Novita Putri Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jl.Prof. Dr.Soepomo, Janturan, Yogyakarta, Telp.(0274)379418/381523, Fax (0274) 381523 Email : intandwi321@gmail.com Abstrak Arang aktif adalah arang yang telah mengalami proses aktivasi untuk meningkatkan luas permukaannya dengan jalan membuka pori-porinya sehingga daya adsorpsinya meningkat. Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300 dan 3500 m2/g. Daya jerap arang aktif sangat besar, yaitu ¼ sampai 10 kali terhadap bobot arang aktif. Arang aktif merupakan adsorben yang baik untuk adsorpsi gas, cairan, maupun larutan. Adsorpsi terjadi jika gaya tarik Van der Waals oleh molekul-molekul di permukaan lebih kuat daripada gaya tarik yang menjaga adsorbat tetap berada dalam fluida. Larutan pengaktivasi yang digunakan adalah asam sulfat. Asam sulfat digunakan untuk merendam arang bertujuan untuk meningkatkan volume dan memperbesar diameter pori setelah mengalami proses karbonisasi dan meningkatkan penyerapan. Asam sulfat memiliki tingkat kestabilan yang tinggi dibaningkan dengan pengaktivasi yang lain.(kienle,1986). Tahap pengaktivasian menghasilkan arang aktif dengan karakteristik tertentu. Karakteristik arang aktif diantaranya adalah uji kadar air, kadar abu, dan penyerapan terhadap iod. Pembuatan arang aktif diawali dengan aktivasi perendaman selama 24 jam dengan menggunakan larutan H 2SO 4 2N, setelah itu ditiriskan lalu dioven untuk menghilangkan air yang masih tersisa. Pengujian terhadap kadar air dilakukan dengan menimbang 1 gram arang aktif lalu mengovennya pada suhu 105-110 o C selama 120 menit. Pengujian kadar abu dengan menimbang arang aktif sebanyak 1 gram lalu memasukkan pada furnace dengan suhu 500 o C selama 30 menit, menaikkan suhu ke 815 o C selama 90 menit. Penentuan daya serap terhadap Iodium yaitu dengan menimbang arang aktif sebanyak 0,5 gram dan mencampur dengan 50 ml larutan iodium 0,1 N. Menggojoknya selama 15 menit. Mengambil 10 ml larutan sampel dan menitrasi dengan larutan natrim thio sulfat 0,1 N. Menambahkan larutan amylum 1% sebagai indikator hingga hasil titrasi menjadi tak berwarna. Pada penelitian ini dihasilkan kondisi optimum pada suhu pengovenan 1000 o C selama 60 menit. Arang aktif yang didapatkan pada kondisi ini memiliki kemampuan adsorbsi yang baik dengan kadar penyerapan iod yang tinggi sebesar 529,94 mg I 2/gram arang. Kata kunci: tempurung kelapa, arang aktif, aktivasi, karakteristik 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada suhu tinggi. Arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang ini disebut sebagai arang aktif..(cooney,1980) Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m 2 /gram. Aplikasi komersial arang aktif dapat digunakan sebagai penghilang bau dan resin, penyulingan bahan mentah, pemurnian air limbah, penjernih air dan sebagainya. Arang aktif diperoleh dengan proses aktivasi. Proses aktivasi merupakan proses untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi permukaan arang sehingga dapat meningkatkan K-31

porositas karbon.(cooney,1980 dan Guerrero et al,1970). Aktivasi arang aktif dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu proses aktivasi secara fisik dan proses aktivasi kimia. Prinsip aktivasi fisik adalah pemberian uap air atau gas CO2 kepada arang yang telah dipanaskan. Prinsip aktivasi kimia ialah perendaman arang dalam senyawa kimia sebelum dipanaskan. Pada penelitian ini digunakan larutan H 2SO 4 sebagai aktivatornya. Hal ini dikarenakan asam sulfat lebih mudah didapatkan dan memiliki sifat kimia yang lebih stabil daripada larutan pengaktivasi yang lain. 1.2 Tinjauan Pustaka 1.2.1 Pembuatan Arang Tempurung Kelapa Pembuatan arang dari tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis. Teknologi pirolisis yaitu pembakaran biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan zat terbang (volatile matter) yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan zat terbang dalam biomassa cukup tinggi. Produk proses pirolisis ini berbentuk cair, gas, dan padat. Produk padat dari proses ini berupa arang (char) yang kemudian disebut karbonisasi. Karbonisasi biomassa atau yang lebih dikenal dengan pengarangan adalah suatu proses untuk menaikkan nilai kalor biomassa dan dihasilkan pembakaran yang bersih dengan sedikit asap. Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang tepat akan menentukan kualitas arang. Sedikit banyaknya arang yang dihasilkan bergantung pada komposisi awal biomassa.semakin banyak kandungan volatile matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan karena banyak bagian yang terlepas ke udara. Penentuan komposisi awal biomassa dilakukan dengan uji analisis pendekatan (proximate analysis). 1.2.2 Pembuatan Arang Aktif Arang aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon. Tulang, kulit biji, kayu keras dan lunak, kulit kayu, tongkol jagung, serbuk gergaji, sekam padi, dan tempurung kelapa ialah beberapa contoh yang umum digunakan.(pari 1996). Pembuatan arang aktif mencakup dua tahapan utama, yaitu proses karbonisasi bahan baku dan proses aktivasi bahan terkarbonisasi tersebut pada suhu lebih tinggi. Karbonisasi merupakan proses penguraian selulosa organik menjadi unsur karbon dengan disertai pengeluaran unsurunsur non-karbon, yang berlangsung pada suhu sekitar 600-700 C. (Kienle 1986). Proses aktivasi merupakan proses untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi permukaan arang sehingga dapat meningkatkan porositas karbon (Cooney 1980 dan Guerrero et al. 1970). Aktivasi arang aktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proses aktivasi secara fisik dan proses aktivasi kimia. Prinsip aktivasi fisik adalah pemberian uap air atau gas CO 2 kepada arang yang telah dipanaskan. Prinsip aktivasi kimia ialah perendaman arang dalam senyawa kimia sebelum dipanaskan, diharapkan bahan pengaktif masuk di antara sela-sela lapisan heksagonal arang aktif dan selanjutnya membuka permukaan yang tertutup. Bahanbahan kimia yang dapat digunakan antara lain H 3PO 4, ZnCl 2, NH 4Cl, AlCl 3, HNO 3, KOH, NaOH, H 3BO 3, KMnO 4, SO 2, H 2SO 4, K 2S, CaCl 2, dan MgCl 2.(Kienle 1986, Sudradjat & Soleh 1994). 1.3 Tujuan Penelitian 1. Membuat arang aktif dari arang hasil pirolisis tempurung kelapa. 2. Mengetahui kondisi optimum untuk mendapatkan arang aktif dengan kualitas yang baik. 3. Menguji karakteristik dari arang aktif yang dihasilkan 1.4 Kontribusi Penelitian K-32

1. Mendapatkan metode aktivasi yang efektif sebagai cara untuk mendapatkan arang aktif dengan kualitas yang baik. 2. Memberikan solusi terhadap melimpahnya limbah tempurung kelapa dan meningkatkan nilai ekonomis dari tempurung kelapa. 3. Melakukan pengembangan atau inovasi terhadap penentuan variasi suhu dan waktu untuk mendapatkan kondisi yang optimal. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Bahan dan Alat a. Tempurung kelapa f. KI b. H 2SO 4 g. I 2 c. K 2Cr 2O 7 h. Amylum d. Na 2S 2O 3 i. Kertas saring e. Aquadest j. Air Keterangan: 1. Gelas Beaker 3 2. Arang 2 3. Larutan H 2SO 4 1 Gambar 1. Rangkaian Alat Aktivasi Arang Aktif 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Tabel Hasil Penelitian No. Suhu Pengovenan ( o C) Waktu (menit) Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Iod (mg I 2/g arang) 1. 500 45 5,7905 1,435 189,32 2. 600 45 5,6594 1,6577 194,92 3. 700 45 4,2348 2,5785 201,57 4. 800 45 4,0908 3,2821 223,84 5. 900 45 6,2727 3,5414 253,89 6. 1000 45 6,5169 4,7523 291,11 7. 500 60 4,3103 4,918 329,53 8. 600 60 5,6036 9,2593 334,56 9. 700 60 6,8252 10,989 377,66 10. 800 60 8,0818 17,6471 415,73 11. 900 60 8,6725 20,7879 447,25 12. 1000 60 8,7861 28,7921 529,94 3.1 Hubungan antara Berat Awal Arang Aktif Sebelum dan Sesudah Pengovenan dengan Variasi Suhu Pengovenan. a. Pada waktu 45 menit. K-33

Gambar 2. Grafik Hubungan antara Berat Awal dan Berat Akhir dengan Waktu 45 Menit. Penetapan kadar zat mudah menguap bertujuan mengetahui jumlah zat atau senyawa yang belum menguap pada proses karbonisasi dan aktivasi. Besarnya kadar zat mudah menguap mengarah kepada kemampuan daya serap arang aktif. Kadar zat mudah menguap yang tinggi akan mengurangi daya jerap arang aktif tersebut. Kadar zat mudah menguap arang aktif yang dibuat berkisar antara 14,2%-26,5%. Hampir semua nilai tersebut telah memenuhi Standar Indonesia(SNI,1995) yaitu kurang dari 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan baku, bentuk bahan baku(serbuk atau granulat), konsentrasi H 2SO 4 dan lamanya aktivasi berpengaruh terhadap kadar zat mudah menguap. Hampir semua data menurun setelah peningkatan suhu dan waktu. Teori kinetika menyebutkan bahwa semakin tinggi suhu reaksi maka laju reaksi akan bertambah cepat. Peningkatan suhu akan mempercepat laju reaksi antara karbon dan uap air sehingga banyak karbon yang terkonversi menjadi H 2O dan CO 2 dan semakin sedikit karbon yang tersisa. Hal ini mengakibatkan randemen rendah.(hudaya dan Hartoyo 1990). Sehingga waktu pengovenan cenderung lebih singkat karena disebabkan oleh proses pembakaran yang dilakukan didalam furnace dengan suhu yang relatif tinggi. Semakin lama waktu pengovenan dan suhu pengovenan berbanding lurus dengan berat akhir sampel arang yang dihasilkan. Bahwa semakin tinggi suhunya maka banyak sampel arang yang berubah menjadi abu b. Pada waktu 60 menit Gambar 3. Grafik Hubungan antara Berat Awal dan Berat Akhir dengan Waktu 60 Menit. Dari grafik pada gambar 3 diatas dapat diketahui hubungan antara waktu pengovenan dengan suhu pengovenan. Waktu pirolisis cenderung lebih singkat karena disebabkan oleh proses pengovenan yang dilakukan didalam furnace. Semakin lama waktu pengovenan dan suhu pengovenan maka sebanding dengan banyaknya sampel arang yang menjadi abu. K-34

3.2 Hubungan antara Kadar Air Pada Arang Aktif Dengan Variasi Suhu Pengovenan a. Pada Waktu 45 menit Gambar 4. Grafik Hubungan antara Kadar Air pada Arang Aktif dan Suhu Pengovenan dengan Waktu 45 menit. Penetapan kadar air arang aktif bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif. Perhitungan kadar air arang aktif ini didasarkan pada bobot kering oven arang aktif. Kadar air arang aktif yang diperoleh berkisar antara 4%-6%. Nilai ini memenuhi persyaratan Standar Indonesia(SNI,1995), yaitu kurang dari 15%. Menurut (Pari, 2004) bahwa bahan pengaktif yang bersifat higroskopis dapat menurunkan kadar air. Hal ini berarti semakin tinggi suhu pengovenan maka kadar air yang didapatkan semakin tinggi dan akan konstan apabila seluruh airnya sudah teruapkan. b. Pada Waktu 60 menit Gambar 5. Grafik Hubungan antara Kadar Air Pada Arang Aktif dan Suhu Pengovenan dengan Waktu 60 menit. Dari grafik pada gambar 5 diatas dapat diketahui bahwa kadar air sampel dipengaruhi oleh suhu pengovenan sampel dan waktu pengovenan sampel. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pengovenan maka kadar air yang didapatkan semakin tinggi dan akan konstan apabila seluruh airnya sudah teruapkan. 3.3 Hubungan antara Kadar Abu Pada Arang Aktif Dengan Variasi Suhu Pengovenan. a. Pada Waktu 45 Menit. K-35

Gambar 6. Grafik Hubungan antara Kadar Abu Pada Arang Aktif dan Suhu Pengovenan dengan Waktu 45 menit. Penetapan kadar abu bertujuan menentukan kandungan oksida logam dalam arang aktif. Bahan kimia pengaktivasi berpengaruh terhadap kadar abu dari arang aktif. Pernyataan ini berdasarkan analisis ragam yang menunjukkan bahwa suhu, konsentrasi, dan waktu aktivasi serta interaksi antara suhu, waktu aktivasi, dan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap kadar abu arang aktif. Menurut (Pari, 2004) penyebab tingginya kadar abu arang aktif adalah karena terjadi proses oksidasi. Besarnya nilai kadar abu dapat mempengaruhi daya jerap arang aktif tersebut, baik pada gas maupun larutan karena kandungan mineral yang terapat dalam abu seperti kalsium, kalium, magnesium, dan natrium akan menyebar dalam kisi-kisi arang aktif. Hal ini berarti semakin tinggi suhu pengovenan maka kadar abu yang didapatkan semakin tinggi, karena pengovenan dilakukan didalam furnace dengan suhu dan tekanan yang terjaga. b. Pada Waktu 60 Menit. Gambar 7. Grafik Hubungan antara Kadar Abu Pada Arang Aktif Dan Suhu Pengovenan dengan Waktu 60 menit. Dari grafik pada gambar 7 diatas dapat diketahui bahwa kadar abu sampel dipengaruhi oleh suhu pengovenan sampel dan waktu pengovenan sampel. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi suhu pengovenan maka kadar abu yang didapatkan semakin tinggi, karena pengovenan dilakukan didalam furnace dengan suhu dan tekanan yang terjaga. 3.4. Hubungan antara Suhu Pengovenan dan Kadar Iod dalam Arang Aktif. a. Pada Waktu 45 Menit K-36

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Suhu Pengovenan dan Kadar Iod dalam Arang Aktif dengan Suhu Pengovenan 45 Menit. Penetapan daya jerap arang aktif terhadap iodin merupakan persyaratan umum untuk menilai kualitas arang aktif. Daya jerap iodin arang aktif berkisar antara 359,5%-1050,5%, nilai ini telah memenuhi Standar Indonesia(SNI, 1995). Berdasarkan hasil analisis ragam didapatkan bahwa perlakuan suhu, lama aktivasi, dan konsentrasi serta interaksi berpengaruh nyata terhadap daya jerap iodin arang aktif. Hal ini berarti semakin tinggi suhu pengovenan maka kadar penyerapan iod (mg Iod/gram arang) yang didapatkan semakin tinggi. Dengan semakin tinggi kadar penyerapan iod sampel arang maka arang aktif semakin baik digunakan untuk mengadsorbsi (adsorben). (Pari, 2004) b. Pada Waktu 60 Menit. Gambar 9. Grafik Hubungan antara Suhu Pengovenan dan Kadar Iod dalam Arang Aktif dengan Suhu Pengovenan 60 Menit. Dari grafik pada gambar 9 diatas dapat diketahui bahwa kadar penyerapan iod sampel dipengaruhi oleh suhu pengovenan sampel dan waktu pengovenan sampel. Hal ini berarti semakin tinggi suhu pengovenan maka kadar penyerapan iod (mg Iod/gram arang) yang didapatkan semakin tinggi. Dengan semakin tinggi kadar penyerapan iod sampel arang maka arang aktif semakin baik digunakan untuk mengadsorbsi (Pari,2004). 4. KESIMPULAN 1. Pada waktu 60 menit dan suhu pengovenan 1000 o C banyak sampel yang menjadi abu hampir 1/3 bagian berat sampel arang. 2. Dari hasil data yang diperoleh didapatkan suhu pengovenan yang optimal pada kisaran 900-1000 o C karena memperoleh kadar penyerapan iod sekitar 447,25 mg I 2 /gram arang sampai dengan 529,94 mg I 2 /gram arang. K-37

3. Dari hasil data yang diperoleh didapatkan waktu pengovenan optimal pada waktu 60 menit dengan kadar penyerapan iod sebesar 529,94 I 2 /gram arang walaupun banyak sampel arang yang berubah menjadi abu. DAFTAR PUSTAKA Cooney DO. 1980. Activated Charcoal,Antidotal, and Other Medical Uses. New York: Marcel Dekker, Ann Arbor, Michigan. Hudaya N, Hartoyo. 1990. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Biji-Bijian Asal Tanaman Hutan dan Perkebunan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 8(4):146-149. Kienle HV. 1986. Carbon. Di dalam Campbell, PT Prefferkorn R., dan Roundsaville JF. Ullman's Encyclopedia of Industrial Chemistry, 5th Completely Revised Ed. Vol A5: Cancer Chemotherapy to Ceramics Colorants. Weinheim: VHC Pari G. 1996. Pembuatan arang aktif dari serbuk gergajian sengon dengan cara kimia. Buletin Penelitian Hasil Hutan 14:308-320. Pari G. 2004. Kajian struktur arang aktif dari serbuk gergajian kayu sebagai adsorben emisi formaldehida kayu lapis [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI 06-3730-1995: Arang Aktif Teknis. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. K-38