KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI DAN PELANTIKAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELANTIKAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN REGIONAL MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

9. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis-Jenis Pakaian Sipil sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1992;

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 155 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 16 Tahun1982 Seri D Nomor :16

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA/ GUBERNUR NASKAH PELANTIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SELAYAR. dan BUPATI SELAYAR

L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E M A R A N G NOMOR 17 TAHUN 2004 SERI E

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/413/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUMPAH/JANJI APOTEKER

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 7 TAHUN : 1993 SERI D.4

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 47/2000, PELAKSANAAN KONSULTASI CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, PENGESAHAN DAN PELANTIKAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang No

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 1994 SERI : D NO : 6 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 9 TAHUN : 1983 SERI D

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

II. PASAL DEMI PASAL - 2 -

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ================================================================

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2005 NOMOR 20

WALIKOTA PROBOLINGGO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

- 4 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.

PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

QLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 01 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR 9 TAHUN 1993 SERI D. 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2006 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 1995 SERI A NO. 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR 4 TAHUN 2016

PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DPRD KABUPATEN KARO NOMOR : 22 TAHUN 2015 T E N T A N G TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI DAN PELANTIKAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 42 ayat (4) dan Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, perlu diatur mengenai Tata Cara Pengucapan Sumpah/Janji dan Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. bahwa tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3363); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3432); 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1991 tentang Pakaian Dinas Pegawai di Lingkungan Departemen Dalam Negeri, Pejabat Wilayah/Daerah dan Kepala Desa/Kepala Kelurahan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGER1 TENTANG TATA CARA PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI DAN PELANTIKAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Kepala Daerah adalah Gubernur, Bupati dan Walikota. 2. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Gubernur, Wakil Bupati dan Wakil Walikota. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten dan DPRD Kota. 4. Pejabat adalah Pejabat yang berhak melantik Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atas nama Presiden. 5. Penjabat Kepala Daerah adalah Pejabat yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan tugas, wewenang dan kewajiban Kepala Daerah untuk kurun waktu tertentu. 6. Pelantikan adalah Upacara Resmi Pengangkatan untuk memangku jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

BAB II PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH Pasal 2 Sebelum memangku jabatannya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mengucapkan sumpah/janji menurut agama yang dianutnya. Pasal 3 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang akan mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, terlebih dahulu ditanyakan kesediaannya untuk mengucapkan sumpah/janji dan agama yang dianutnya, oleh Pejabat yang memandu pengucapan sumpah/janji. Pasal 4 Kata-kata sumpah/janji Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sebagaimana dimaksud daiam Pasal 42 ayat (3) dan Pasal 56 ayat (4) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Pasal 5 (1) Pengucapan sumpah/janji jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bagi penganut agama diatur sebagai berikut : a. Bagi penganut Agama Islam diawali dengan pengucapan kalimat "Demi Allah saya bersumpah"; b. Bagi penganut Agama Kristen Protestan/Katolik diawali dengan pengucapan kalimat "saya bersumpah/berjanji" dan diakhiri / ditutup dengan pengucapan kalimat "Semoga Tuhan menolong saya"; c. Bagi penganut Agama Hindu diawali dengan pengucapan kalimat "Om Atah Paramawisesa"; d. Bagi Penganut Agama Budha diawali dengan pengucapan kalimat "Demi Sang Hyang Adi Budha". (2) Bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang karena keyakinannya berkeberatan mengucapkan sumpah, diganti dengan mengucapkan janji. BAB III PELANTIKAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH Bagian Pertama Pelantikan Pasal 6 (1) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Propinsi sebelum memangku jabatannya dilantik oleh Presiden atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota sebelum memangku jabatannya dilantik oleh Presiden atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 7 (1) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilantik di Ibukota Daerah yang bersangkutan. (2) Pelantikan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan di gedung DPRD dan atau gedung lain dan tidak dilaksanakan dalam Rapat Paripurna DPRD. (3) Pelantikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihadiri oleh Pimpinan DPRD, Pimpinan Fraksi-fraksi, Anggota DPRD dan Pejabat-pejabat Pemerintah baik Sipil maupun TNI dan POLRI serta undangan lainnya atas undangan Pemerintah Daerah.

(4) Apabila dengan pertimbangan keadaan atau situasi yang tidak memungkinkan, pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dapat dilaksanakan di Ibukota Negara atau Ibukota Propinsi. Pasal 8 (1) Pada acara Pengucapan Sumpah/Janji dan Kata Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilaksanakan juga serah terima jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dihadapan Pejabat yang melantik. (2) Dengan pertimbangan keadaan atau situasi yang tidak memungkinkan, serah terima jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan pada waktu dan tempat yang ditentukan kemudian selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal pelantikan. Bagian Kedua Tata Tempat, Tata Pakaian dan Tata Urutan Acara Pasal 9 (1) Tata Tempat Upacara Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, diatur sebagai berikut: a. Di Meja Pimpinan terdiri dari: 1. Ketua DPRD duduk di sebelah kiri Pejabat yang akan memandu pengucapan Sumpah/Janji dan melantik. 2. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada acara pelantikan, duduk secara berurutan disebelah kanan Pejabat yang akan memandu pengucapan Sumpah/ Janji dan melantik ; 3. Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang akan diambil sumpah/janji, duduk secara berurutan di sebelah kiri Ketua DPRD ; 4.. Pejabat Kepala Daerah dan Pejabat Wakil Kepala Daerah yang lama setelah acara pelantikan, duduk secara berurutan di sebelah kiri Ketua DPRD. b. Undangan diatur sesuai dengan kondisi ruangan. (2) Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang akan dilantik pada saat pelaksanaan Pengucapan Sumpah/Janji dan Kata-kata Pelantikan, berdiri berhadapan dengan Pejabat yang akan melantik menghadap ke arah Meja Pimpinan. (3) Meja untuk penandatanganan Berita Acara Sumpah/Janji, diletakkan di sebelah kiri Pejabat yang akan melantik. (4) Rohaniawan berdiri di belakang/di samping Pejabat yang akan mengucapkan Sumpah/ Janji. (5) Pada saat serah terima jabatan, Pejabat Kepala Daerah yang lama berdiri di sebelah kanan Kepala Daerah. Pasal 10 (1) Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang akan dilantik, menggunakan Pakaian Dinas Upacara (PDU) sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1991. (2) Pejabat Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang lama, Anggota DPRD dan para Undangan, menggunakan Pakaian Sipi! Lengkap dengan Peci Nasional, dan bagi TNI dan POLRI berpakaian PDU-IV. (3) Perempuan berpakaian Nasional. Pasal 11 Acara Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur dilaksanakan dengan urutan acara sebagai berikut: a. Kata Pengantar oleh Ketua DPRD Propinsi atau yang mewakili;

b. Pembacaan Keputusan Presiden tentang Pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Pejabat dari Pemerintah Propinsi; c. Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Pejabat yang ditunjuk atas nama Presiden, yaitu : 1. Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan; 2. Penandatanganan Naskah Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan; 3. Kata-kata Pelantikan; 4. Pemasangan Tanda Pangkat Jabatan, Penyematan Tanda Pangkat Jabatan serta Penyerahan Petikan Keputusan Presiden; 5. Penandatanganan Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan dilanjutkan dengan Penyerahan Memori Pelaksanaan Tugas Jabatan. d. Sambutan Pejabat yang ditunjuk; e. Pembacaan Do'a; f. Penyampaian Ucapan Selamat. Pasal 12 Acara Pelantikan Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota dilaksanakan dengan urutan acara sebagai berikut: a. Kata Pengantar oleh Ketua.DPRD Kabupaten/Kota atau yang mewakili; b. Pembacaan Keputusan Presiden tentang Pengangkatan Bupati/Walikota oleh Pejabat dari Pemerintah Kabupaten/Kota; c. Pelantikan Bupati/Walikota oleh Pejabat yang ditunjuk atas nama Presiden, yaitu : 1. Pengucapan Sumpah/Janji Jabatan; 2. Penandatanganan Naskah Berita Acara Pengucapan Sumpah/Janji Jabatan; 3. Kata-kata Pelantikan; 4. Pemasangan Tanda Pangkat Jabatan, Penyematan Tanda Jabatan dan Penyerahan Petikan Keputusan Presiden; 5. Penandatanganan Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan dilanjutkan dengan Penyerahan Memori Pelaksanaan Tugas Jabatan. d. Sambutan Pejabat yang ditunjuk; e. Pembacaan Do'a; f. Penyampaian Ucapan Selamat. Pasal 13 Dalam keadaan khusus, Pakaian para undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Pasal 14 Bentuk dan susunan Kata Pengantar Sumpah/Janji, Naskah Sumpah/Janji, Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji dan Kata-kata Pelantikan serta Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IV PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI DAN PELANTIKAN PENJABAT KEPALA DAERAH Pasal 15 (1) Penjabat Kepala Daerah sebelum memangku jabatannya dilantik oleh Pejabat yang ditunjuk atas nama Presiden. (2) Pelantikan Penjabat Kepala Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1), diawali dengan Pengambilan Sumpah/Janji menurut agama yang dianut. Pasal 16 Pengucapan Sumpah/Janji Penjabat Kepala Daerah berpedoman pada pengucapan

Sumpah/Janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5. Pasal 17 Penjabat Kepala Daerah Kabupaten/Kota yang dirangkap oleh Kepala Daerah Propinsi tidak dilantik dan dapat dilaksanakan serah terima jabatan dari Mantan Kepala Daerah kepada Penjabat Kepala Daerah. Pasal 18 Pelantikan Penjabat Kepala Daerah Propinsi, Kepala Daerah Kabupaten/Kota di Daerah yang baru dibentuk, dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk atas nama Presiden dan bertempat di Ibukota Propinsi, Ibukota Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, bersamaan dengan peresmian pembentukannya. Pasal 19 Pelantikan Penjabat Kepala Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 18, diselenggarakan dalam satu acara resmi bertempat di: a. Lapangan, yang dihadiri oleh para undangan dan barisan upacara; b. Halaman Gedung atau di dalam Gedung, yang dihadiri oleh para undangan. Pasal 20 Dalam keadaan khusus, Pelantikan Penjabat Kepala Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 18 dapat diselenggarakan di Ibukota Negara atau Ibukota Propinsi. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 Pada saat Pengambilan Sumpah/Janji Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan atau Penjabat Kepala Daerah tidak diadakan Pengukuhan Sumpah/Janji oleh Rohaniawan. Pasal 22 Dalam acara Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan atau Penjabat Kepala Daerah tidak ada penghormatan/pelaporan dari Pejabat yang akan dilantik kepada Pejabat yang melantik dan tidak dibenarkan menyertakan acara lain. Pasal 23 Pada acara Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk masa Jabatan kedua, Penyematan Tanda Jabatan tetap dilaksanakan, kecuali Tanda pangkat Jabatan telah dipakai terlebih dahulu. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pelantikan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 1999 tentang Pengucapan Sumpah/Janji Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Januari 2000 MENTERI DALAM NEGERI, ttd SURJADI SOEDIRDJA