INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PERASURANSIAN

Komparasi Undang-undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.

FAQ (Frequently Asked Question)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

MELIHAT HAL-HAL KRUSIAL DALAM WAJAH BARU UNDANG-UNDANG PERASURANSIAN

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA INVESTASI PESERTA I. NERACA A. GABUNGAN SEMUA AKAD Per 30 September 2014 dan Triwulan II 2014

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

Data Bisnis Asuransi dan Reasuransi Syariah TW IV 2014

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bagian I Laporan Realisasi Rencana Bisnis dan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Komisaris Untuk Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

BAB I. PENDAHULUAN. seperti: perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

c. Penjelasan mengenai deviasi atas realisasi Rencana Bisnis, seperti penyebab dan kendala yang dihadapi.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas.

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2015

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2017 TENTANG

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' III. LAPORAN AKUMULASI DANA TABARRU' Per Triwulan I Tahun 2014

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan IV Tahun 2014

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2013

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II No. URAIAN RINCIAN SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan III Tahun 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

SHARIA INSURANCE ECONOMIC OUTLOOK 2016 PELUANG, TANTANGAN DAN HARAPAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN GLOBAL TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OJK DIALOGUE. 1 Februari 2016

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II Tahun 2016 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN ASURANSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Huruf a Angka 1

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2016

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan IV Tahun 2015

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2015

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II Tahun 2015 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2014

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian suatu negara.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

I. PENDAHULUAN. masyarakat bawah. Sarana lembaga keuangan non bank yang mampu memenuhi

RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI UMUM/ PERUSAHAAN REASURANSI / PERUSAHAAN ASURANSI JIWA 1 Tahun... 2 PT. XYZ. (alamat perusahaan) - 2 -

Transkripsi:

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015

Perkembangan Industri Perasuransian Brief Overview Triliun Rupiah Triliun Rupiah..Secara umum, dibandingkan triwulan II tahun 2014, kinerja perusahaan asuransi jiwa serta perusahaan asuransi umum dan reasuransi pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh indikator total aset dan total premi bruto. 100 80 60 40 20 0 400 300 200 100 Total Aset Perusahaan Perasuransian 0 Tw II - 2014 Tw II - 2014 Tw III Tw IV - 2014-2014 Tw III - 2014 Tw IV - 2014 Tw I - Tw II - 2015 2015 Total Premi Bruto Perusahaan Perasuransian Tw I - 2015 Tw II - 2015 Asuransi jiwa Asuransi umum dan reasuransi Asuransi jiwa Asuransi umum dan reasuransi 5,00% 4,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% Rasio Total Aset Perusahaan Perusahaan terhadap Total Aset Sektor Jasa Keuangan 4,59% 4,43% 1,67% 1,72% Tw I 2015 Tw II 2015 Asuransi jiwa Asuransi umum..meski industri asuransi umum mempunyai total aset yang lebih rendah dibandingkan industri asuransi jiwa, pertumbuhan rasio total aset asuransi umum terhadap total aset sektor jasa keuangan selama 2015 lebih tinggi dibandingkan asuransi jiwa. Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2015) 2

Komparasi Singkat UU Perasuransian Substansi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Jumlah Bab 13 Bab 18 Bab Jumlah Pasal 28 Pasal 92 Pasal Wewenang Pengaturan dan Pengawasan Prinsip Inti Asuransi (ICP) Menteri Keuangan Belum Sepenuhnya Diakomodasi Mayoritas OJK Sebagian Besar Telah Diakomodasi 3

Latar Belakang Penyusunan UU Perasuransian..Undang-Undang Perasuransian disusun dengan satu tujuan yaitu untuk menciptakan industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan, amanah dan kompetitif. Ketertinggalan Regulasi dari Dinamika Industri Integrasi Pengaturan & Pengawasan oleh OJK Penyelarasan Terhadap International Best-Practices Peningkatan Daya Saing Industri Perasuransian Undang- Undang Perasuransian Akselerasi Inovasi Produk, Pemasaran, dan Mekanisme Transaksi Pelindungan Pemegang Polis Yang Memadai & Proporsional Kepastian Hukum Industri Perasuransian Syariah 4

Pengaturan Dalam UU Perasuransian Perluasan Ruang Lingkup Usaha Bentuk Badan Hukum Kepemilikan Perusahaan Perasuransian Single Presence Policy Tata Kelola Usaha Perasuransian Berbentuk Koperasi dan Usaha Bersama Peningkatan Kapasitas Asuransi Dan Reasuransi Dalam Negeri Perlindungan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta Unit Usaha Syariah 5

Isu Strategis Industri Perasuransian Kepemilikan Asing Terhadap Perusahaan Perasuransian Tata Kelola Usaha Bersama Perusahaan Perasuransian Penguatan Kapasitas Industri Reasuransi Nasional Asuransi Pertanian dan Asuransi Bencana Peningkatan Peranan Industri Asuransi Terhadap Perekonomian Nasional

Isu Strategis Industri Perasuransian Kepemilikan Asing Terhadap Industri Perasuransian Sesuai dengan UU Perasuransian, pembatasan kepemilikan asing pada Perusahaan Perasuransian dilakukan dengan cara: secara kualitatif, dengan mempersyaratkan bahwa pada saat pendirian perusahaan, pihak asing yang dapat menjadi pemilik adalah badan hukum asing yang memiliki usaha perasuransian yang sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang usaha perasuransian yang sejenis. secara kuantitatif, dengan penentuan persentase batas maksimum kepemilikan badan hukum asing dalam perusahaan perasuransian. Perusahaan Perasuransian yang di dalamnya terdapat penyertaan langsung pihak asing wajib menyesuaikan dengan ketentuan mengenai pemurnian pihak Indonesia, dengan cara: mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada warga negara Indonesia; atau melakukan perubahan kepemilikan melalui mekanisme penawaran umum (initial public offering). Pembatasan secara kuantitatif akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat RepubIik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Isu Strategis Industri Perasuransian Tata Kelola Usaha Bersama Asuransi Usaha bersama yang sudah ada pada saat UU Perasuransian diundangkan dinyatakan sebagai badan hukum berdasarkan UU Perasuransian. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola badan hukum usaha bersama akan diatur dalam Peraturan Pemerintah: Keanggotaan Pembagian surplus dan defisit Pemegang kekuasaan tertinggi usaha bersama asuransi Kewenangan OJK dalam demutualisasi, pembubaran dan kepailitan usaha bersama asuransi

Isu Strategis Industri Perasuransian Penguatan Kapasitas Industri Reasuransi Nasional Kecenderungan industri nasional untuk membayar premi reasuransi ke perusahaan luar negeri lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penerimaan klaim recovery dari luar negeri. Transaksi bisnis perusahaan reasuransi dalam negeri dengan perusahaan luar negeri pada industri asuransi Indonesia selalu negatif. Industri reasuransi nasional lebih banyak membayar premi ke perusahaan luar negeri jika dibandingkan dengan menerima klaim recovery dari perusahaan reasuransi luar negeri. Data tahun 2013 menunjukkan: Premi asuransi ke luar negeri Rp 20 triliun + Komisi dan klaim ke luar negeri Rp 3,9 triliun = Rp 23,9 T Premi asuransi dari luar negeri Rp 6,5 triliun + Komisi dan klaim dari luar negeri Rp 9,2 triliun = Rp 15,7 T Total net defisit = Rp 8,2 triliun

Isu Strategis Industri Perasuransian Penguatan Kapasitas Industri Reasuransi Nasional Cont.. Sesuai UU Perasuransian, perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi wajib mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas asuransi dan reasuransi dalam negeri dengan menempatkan sebanyakbanyaknya pertanggungan ulang asuransi pada perusahaan asuransi dan/atau perusahaan reasuransi di dalam negeri, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Pemerintah dan/atau OJK, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat melakukan langkah-langkah: membentuk perusahaan reasuransi baru; menggabungkan beberapa BUMN yang bergerak di bidang perasuransian dan menugaskan perusahaan hasil penggabungan tersebut menjadi perusahaan reasuransi; memberikan fasilitas untuk pembentukan pool atau konsorsium asuransi untuk risiko tertentu, misalnya risiko bencana alam; atau menghindari pengenaan pajak berganda terhadap industri perasuransian.

Isu Strategis Industri Perasuransian Penguatan Kapasitas Industri Reasuransi Nasional Cont.. Saat ini pembentukan perusahaan reasuransi nasional besar (Giant Re) dengan cara menggabungkan BUMN menjadi satu perusahaan reasuransi nasional telah mempunyai landasan hukum formal berupa Peraturan Pemerintah nomor 77 Tahun 2015 yang ditetapkan tanggal 7 Oktober 2015. PP No 77 Tahun 2015 ini ditetapkan dalam rangka restrukturisasi dan revitalisasi industri reasuransi domestik serta dalam upaya mengatasi defisit neraca pembayaran di sektor asuransi. PP ini menjadi dasar penggabungan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Reasuransi Umum Indonesia ke dalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT Reasuransi Indonesia Utama. Nilai definitif dan implementasi teknis dari Peraturan Pemerintah ini akan ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan usulan Menteri Badan Usaha Milik Negara.

Isu Strategis Industri Perasuransian Asuransi Pertanian Pemerintah melakukan bantuan premi asuransi pertanian melalui anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka mendukung stabilitas ketahanan pangan nasional. Kementerian Pertanian pada tahun 2015 melakukan uji coba fasilitas subsidi premi asuransi usaha tani padi: Luas lahan sawah yang diasuransikan 1.000.000 hektar Besaran bantuan premi asuransi Rp. 144.000 per hektar per musim tanam (80% dari total premi) Nilai pertanggungan Rp. 6.000.000 per hektar per musim tanam Pada tahun 2016, pemerintah juga telah mengalokasikan anggaran subsidi premi asuransi melalui anggaran Kementerian Pertanian untuk kegiatan perluasan uji coba fasilitas asuransi pertanian termasuk bantuan pembayaran premi asuransi.

Isu Strategis Industri Perasuransian Asuransi Bencana Sumber pembiayaan bencana nasional saat ini adalah dengan menggunakan dana kontijensi bencana alam pada APBN. Kebutuhan dana penanggulangan bencana diproyeksikan melebihi kemampuan APBN sehingga diperlukan transfer risiko melalui asuransi bencana alam. Pemerintah pusat saat ini masih melakukan kajian mengenai skema asuransi bencana: Asuransi parametrik atau asuransi indemnity (asuransi kerugian) Asuransi bencana yang dilaksanakan oleh masing-masing pemerintah daerah atau oleh pemerintah pusat

Isu Strategis Industri Perasuransian Peningkatan Peranan Industri Asuransi Terhadap Perekonomian Nasional Peningkatan Literasi Keuangan atas Produk Asuransi Pengenalan dan Pemasaran Produk Micro Insurance Asuransi Wajib dan Asuransi Sosial Penggunaan Teknologi Informasi dalam Industri Asuransi

TERIMA KASIH

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Perluasan Ruang Lingkup Usaha Undang-undang ini mengakomodasi perluasan ruang lingkup usaha untuk memberikan ruang bagi pengembangan produk yang berhubungan dengan investasi (hybrid) dengan tetap memperhatikan kesehatan keuangan perusahaan. OJK dapat memperluas ruang lingkup usaha sesuai kebutuhan masyarakat. 16

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Bentuk Badan Hukum Usaha perasuransian dapat diselenggarakan oleh badan hukum berbentuk: perseroan terbatas koperasi usaha bersama yang telah ada pada saat ini Usaha bersama di atas dinyatakan sebagai badan hukum berdasarkan undang-undang ini. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola badan hukum usaha bersama akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. 17

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Kepemilikan Perusahaan Perasuransian Pembatasan kepemilikan asing pada Perusahaan Perasuransian dilakukan dengan cara: secara kualitatif, dengan mempersyaratkan bahwa pada saat pendirian perusahaan, pihak asing yang dapat menjadi pemilik adalah badan hukum asing yang memiliki usaha perasuransian yang sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang usaha perasuransian yang sejenis. secara kuantitatif, dengan penentuan persentase batas maksimum kepemilikan badan hukum asing dalam perusahaan perasuransian. Perusahaan Perasuransian yang di dalamnya terdapat penyertaan langsung pihak asing wajib menyesuaikan dengan ketentuan mengenai pemurnian pihak Indonesia, dengan cara: mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada warga negara Indonesia; atau melakukan perubahan kepemilikan melalui mekanisme penawaran umum (initial public offering). Pembatasan secara kuantitatif akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat RepubIik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. 18

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Single Presence Policy Setiap pihak hanya dapat menjadi pemegang saham pengendali pada: 1 (satu) perusahaan asuransi jiwa. 1 (satu) perusahaan asuransi umum. 1 (satu) perusahaan reasuransi. 1 (satu) perusahaan asuransi jiwa syariah. 1 (satu) perusahaan asuransi umum syariah. 1 (satu) perusahaan reasuransi syariah. Batas waktu penyesuaian dengan ketentuan ini adalah paling lama 3 tahun sejak undang-undang ini diundangkan. Ketentuan ini dikecualikan jika pemegang saham pengendali adalah Negara. 19

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Tata Kelola Usaha Perasuransian Berbentuk Koperasi dan Usaha Bersama Perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah berbentuk koperasi atau usaha bersama hanya dapat menyelenggarakan jasa asuransi atau jasa asuransi syariah bagi anggotanya. Setiap anggota wajib menjadi pemegang polis dari perusahaan yang bersangkutan. Keanggotaan berakhir apabila: anggota meninggal dunia; anggota tidak lagi memiliki polis asuransi dari perusahaan yang bersangkutan selama 6 (enam) bulan berturut-turut; atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, keanggotaan harus berakhir. Anggota berhak atas seluruh keuntungan dan wajib menanggung seluruh kerugian dari kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 20

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Peningkatan Kapasitas Asuransi dan Reasuransi Dalam Negeri Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi wajib mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas asuransi dan reasuransi dalam negeri dengan menempatkan sebanyak-banyaknya pertanggungan ulang asuransi pada perusahaan asuransi dan/atau perusahaan reasuransi di dalam negeri, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Pemerintah dan/atau OJK, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat melakukan langkah-langkah: membentuk perusahaan reasuransi baru; menggabungkan beberapa BUMN yang bergerak di bidang perasuransian dan menugaskan perusahaan hasil penggabungan tersebut menjadi perusahaan reasuransi; memberikan fasilitas untuk pembentukan pool atau konsorsium asuransi untuk risiko tertentu, misalnya risiko bencana alam; atau menghindari pengenaan pajak berganda terhadap industri perasuransian. 21

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Perlindungan Pemegang Polis Perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah wajib menjadi peserta program penjaminan polis. Ketentuan mengenai program penjaminan polis tersebut nantinya akan diatur dengan undang-undang yang akan dibentuk paling lama 3 (tiga) tahun sejak undang-undang ini diundangkan. Selama undang-undang yang mengatur penjaminan polis belum terbentuk, perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah wajib membentuk dana jaminan. 22

Perkembangan Pengaturan Terbaru: UU Perasuransian 2014 Unit Usaha Syariah Usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi syariah yang saat ini diperkenankan diselenggarakan dalam bentuk unit di dalam perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi didorong untuk diselenggarakan oleh entitas yang terpisah. Perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi wajib melakukan pemisahan unit syariahnya: apabila nilai dana tabarru dan dana investasi peserta telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai dana asuransi, dana tabarru, dan dana investasi peserta pada perusahaan induknya; atau paling lama 10 tahun sejak diundangkannya undang-undang ini. 23