BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang paparan teori mengenai return saham yang merupakan gambaran hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, DAN RASIO PASAR TERHADAP RETURN SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi, terlebih dahulu melakukan pengamatan dan penilaian terhadap

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri ini akan memilki prospek yang baik. Dengan pertimbangan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mempermudah investor dalam mengembangkan saham yang akan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan tingkat pengembalian (return) (Arista). Tujuan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan antara pihak yang kelebihan dana (lender) dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini globalisasi telah menjangkau kehidupan. Dampak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor yang membeli suatu saham di pasar modal dan. mengorbankan konsumsinya pada masa kini mempunyai harapan agar supaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri, kondisi ekonomi, dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha, keputusan melakukan investasi sangat penting untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia investasi bukan lagi merupakan kegiatan baru di dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak yang signifikan bagi

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasinya selain di bank atau investasi berwujud seperti emas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refrensi penulisan pada penelitian sekarang. Berikut ini adalah uraian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. Pada

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu yang mrendukung penelitian ini : 1. Danny Oktanto dan Muhammad Nuryatno (2014)


BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Industri makanan dan minuman mendapat peluang yang lebih besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham

Transkripsi:

12 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis ini menjelaskan teori-teori yang mendukung hipotesis yang dapat digunakan sebagai analisis hasil penelitian. Tinjauan teoritis berisi tentang paparan teori mengenai return saham yang merupakan gambaran hasil dari aktivitas investasi yang dilakukan investor pada suatu perusahaan selama periode tertentu, rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai perhitungan dalam memprediksi perolehan return antara lain rasio profitabilitas, solvabilitas, dan rasio pasar. Penelitian terdahulu dan argumentasi yang disusun sebagai pedoman dalam memecahkan masalah penelitian dan sebagai perumusan hipotesis. 2.1.1 Return Saham Menurut Ang (1997:202) return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi maka para investor tidak akan melakukan investasi, karena investasi yang dilakukan baik jangka pendek maupun jangka panjang mepunyai tujuan utama yaitu suatu return saham baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi return merupakan keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham para investor atas investasi yang dilakukan pada suatu perusahaan. Return yang tinggi dapat memberikan gambaran bahwa kompensasi yang diterima para investor semakin besar, sedangkan return yang rendah memberikan gambaran bahwa kompensasi yang diterima semakin kecil. 12

13 Menurut Susilowati (2011) Komponen return saham terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periode seperti: pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividend dan sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar karena keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat dan dalam bentuk setara kas seperti dividen saham. Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang besarnya diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang dibayarkan dapat berupa dividen tunai (cas dividend) yaitu deviden yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai dan dividen saham (stock dividend) yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham. Dividen hanya dibagikan jika perusahaan memiliki laba yang merupakan sumber dana bagi pembayaran dividend dan manajemen akan lebih memilih membayarkan dividen daripada menahan laba. Komponen kedua dari return adalah capital gain yang merupakan selisih laba yang dialami karena harga saham sekarang lebih tinggi dibandingakan harga saham sebelumnya. Apabila pada saat ini harga saham lebih tinggi daripada harga saham sebelumnya maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika sebaliknya yang terjadi apabila harga saham saat ini lebih rendah dibandingkan harga saham sebelumnya maka pemegang saham mengalami capital loss. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrument investasi, yang berarti bahwa instrument investasi harus diperdagangkan dipasar.

14 Dalam berinvestasi investor harus pandai dalam memilih perusahaan yang mampu menawarkan tingkat return yang tinggi dan mampu mengikuti perkembangan perusahaan. Menurut Jogianto (2007:107) return saham dibedakan menjadi dua: (1) return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis yang digunakan sebagai salah satu alat ukur kinerja perusahaan dan juga dapat digunakan sebagai dasar penentuan return ekspetasi dimasa datang. (2) return ekspektasi merupakan return yang diharapkan oleh para investor akan diperoleh dimasa yang akan datang. Perbedaan menganai return realisasi yang mempunyai sifat sudah terjadi dengan return ekspektasi yang sifatnya belum terjadi. Return saham dapat digunakan sebagai alat indikator dari kegiatan perdagangan yang dilakukan di pasar modal. Yang paling penting digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan adalah return realisasi karena dapat digunakan juga sebagai penentuan return ekspektasi dan sebagai alat untuk mempertimbangkan risiko di masa yang akan datang. 2.1.2 Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan memberikan informasi yang berhubungan dengan profitabilitas, risiko, timing aliran kas yang seluruhnya akan mempengaruhi tujuan pihak-pihak yang berkepentingan baik bagi para investor maupun bagi pihak manajemen perusahaan. Laporan keuangan tidak akan memberikan makna atau penjelasan mengenai kondisi keuangan perusahaan jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan tersebut Resmi (dalam Hermi dan Kurniawan 2011).

15 Analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan ataupun perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2004) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Sedangkan menurut Horne et al (2005:234) rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan. Jadi analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan yang menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Munawir (2002) pada umumnya ada tiga bentuk laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan pertumbuhan modal. Menurut SAK No. 1, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta pertumbuhan posisi keuangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan. Menurut Fuad dan Rustam (2005:17), laporan yang disajikan oleh suatu perusahaan pada periode tertentu bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan yang menyangkut harta perusahaan dan kewajiban perusahaan serta modal perusahaan pada periode tertentu, memberikan informasi yang menyangkut laba rugi suatu perusahaan pada periode tertentu dan memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang disajikan suatu perusahaan, serta memberikan informasi tentang performance suatu perusahaan.

16 Menurut Munawir (2002:6) laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari datadata yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi, pendapat pribadi, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi yang berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau keseragaman. Laporan keuangan dapat diterima oleh pihak-pihak tertentu, jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (1). Relevan, laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan data yang ada kaitannya dengan transaksi yang dilakukan, (2) Jelas dan dapat dimengerti, laporan keuangan yang disajikan harus jelas dan dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan, ( 3) Dapat diuji kebenarannya, laporan keuangan yang disajikan datanya dapat diuji kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan, (4). Netral, laporan yang disajikan harus bersifat netral artinya dapat dipergunakan oleh semua pihak, (5) Tepat waktu, laporan yang disajikan harus memiliki waktu pelaporan atau periode pelaporan yang jelas, (6). Dapat diperbandingkan, laporan keuangan yang disajikan dapat diperbandingkan dengan laporan-laporan sebelumnya, sebagai landasan untuk mengikuti perkembangan dari hasil yang dicapai, dan (7). Lengkap, laporan keuangan yang disajikan harus lengkap yang sesuai dengan aturan yang berlaku agar tidak terjadi kekeliruan dalam menerima informasi keuangan Fuad dan Rustam (2005:18).

17 Usman (2003) menyatakan analisis rasio keuangan merupakan alat-alat analis keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan. Perhitungan saat melakukan analisis menggunakan kejadian masa lalu sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Dengan melakukan analisis pada keuangan suatu perusahaan, maka akan mendapatkan hasil yaitu apakah manajer keuangan suatu perusahaan mampu membuat perencanaan, dan mengimplementasikan secara efektif ke dalam setiap kegiatan usaha perusahaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Karena hal tersebut merupakan tujuan agar dapat memberikan kesejahteraan bagi para pemegang saham. Terdapat beberapa rasio keuangan yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi return saham dalam penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar. 1. Profitabilitas Menurut Susilowati (2011) rasio profitabilitas merupakan alat ukur yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya. Karena laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya bagi para investor atau pemegang saham yang dapat memberikan gambaran yang baik bagi prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya perusahaan tersebut ingin mendapatkan tingkat profitabilitas yang

18 tinggi dan perusahaan yang ingin go public maka perusahaan tersebut harus berusaha agar perusahaan selalu dalam keadaan yang menguntungkan. Dari penghasilan laba dan keuntungan perusahaan sangat mempengaruhi investasi yang akan dilakukan oleh para investor dalam menentukan kegiatan penanaman modal pada perusahaan. Dengan melakukan analisis terhadap rasio profitabilitas ini dapat memberikan daya tarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Serta dapat memberikan gambaran lebih karena menggunakan cara yang paling mudah dengan menghubungkan laba bersih atau pendapatan bersih yang dialaporkan terhadap total aktiva pada neraca. Dengan hasil yang didapatkan dapat digunakan oleh para investor untuk mengetahui berapa besarnya laba perusahaan yang juga menjadi hak investor yaitu besarnya pengembalian keuntungan dari hasil investasi yang dilakukan. Karena rasio profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh suatu perusahaan yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, menejemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasional (Thrisye dan Simu, 2013) Menurut Greuning (2005:29) profitabilitas adalah bagaimana margin laba dalam suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan yang dilakukan perusahaan, modal rata-rata yang dimiliki perusahaan, serta ekuitas saham biasa yang dimiliki perusahaan. Saat akan melakukan investasi pada suatu perusahaan maka para investor perlu memperhatikan hasil profitabilitas. Karena stabil atau tidaknya laba yang dihasilkan perusahaan maka akan berpengaruh pada naik atau turunnya harga saham perusahaan akan berpengaruh terhadap return yang akan

19 diterima oleh para investor dimasa yang akan datang. Apabila suatu perusahaan menghasilkan laba yang tinggi, maka harga saham akan mengalami peningkatan dan dampaknya yaitu dapat meningkatkan return saham dimasa yang akan datang. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menghitung tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian tingkat profitabilitas diukur menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). a. Return On Assets (ROA) Menurut Hanafi dan Halim (2004:83) perusahaan menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai rasio yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui perusahaan menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan dan disesuaikan dengan biaya-biaya yang digunakan untuk membiayai asset tersebut untuk menghasilkan laba perusahaan. Atau dapat mengukur tingkat pengembalian investasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki perushaaan tersebut. Analisis menggunakan Return On Asset (ROA) merupakan bagian rasio profitabilitas yang dapat digunakan sebagai alat ukur bagaimana kinerja keuangan perusahaan. Dengan menggunakan Return On Asset (ROA) yang merupakan rasio imbalan merupakan suatu ukuran profitabilitas perusahaan. Return On Asset (ROA) biasanya dipakai oleh manajemen puncak sebagai evaluasi unit bisnis yang dilakukan perusahaan. Maka rasio ini sangat baik untuk digunakan sebagai ukuran investor yang ingin melakukan investasi karena investor mengetahui apakah dana yang telah di investasikan digunakan

20 perusahaan dengan baik atau tidak tanpa memperhitungkan berapapun dana yang dia tanamkan pada perusahaan. Menurut Gunawan dan Hardyani (2014) semakin besar Return On Asset (ROA) yang dihasilkan dalam suatu perusahaan maka akan memprediksi bahwa kinerja perusahaan dalam kegiatan operasionalnya akan menghasilkan laba yang semakin meningkat, maka semakin meningkatnya laba yang dihasilkan maka akan semakin meningkat pula return yang didapatkan. Daya tarik bagi para investor yang melihat bahwa suatu perusahaan menghasilkan laba yang semakin meningkat akan melakukan pembelian saham suatu perusahaan. Hal ini yang mengakibatkan meningkatnya permintaan saham oleh para investor yang akan berakibat naiknya harga saham perusahaan pula. Dengan meningkatnya harga saham maka return yang diterima investor juga akan meningkat. b. Return On Equity (ROE) Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2007:74) Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur mengenai berapa banyak laba yang menjadi hak pemilik modal itu sendiri. Dalam Return On Equity (ROE) merupakan analisis yang menurut investor sangat baik karena merupakan suatu ukuran yang suatu manajemen tersebut berhasil atau tidak dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi dan maksimal bagi para pemilik modal. Dengan Return On Equity (ROE) dapat digunakan sebagai alat ukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan berdasarkan pada perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas biasa, yang biasanya digunakan

21 sebagai alat untuk mengukur tingkat pengembalian investasi pemegang saham. Hasil Return On Equity (ROE) yang semakin tinggi maka menunjukkan kedudukan pemegang saham pada suatu perusahaan semakin tinggi. Karena perusahaan semakin efektif dalam menjalankan kegiatan operasionalnya yaitu dengan pengelolaan modal perusahaan dari para investor atau pemegang saham yang menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut (Brigham dan Houston, 2010:149) Dengan analisis ini investor dapat mengetahui bagaimana perusahaan menghasilkan laba dan memberikan keuntungan bagi investor yang menanamkan modal untuk masa yang akan datang. Karena semakin perusahaan memberikan keuntungan kepada pemegang saham atau para investor maka perusahaan akan memberikan nilai jual lebih baik dari perusahaan lainnya sehingga akan ada ketertaikan untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan demikian maka Return On Equity (ROE) yang tinggi akan mempengaruhi perubahan harga saham yang semakin tinggi. Semakin tinggi harga saham maka juga semakin meningkat return saham yang didapatkan (Ang, 1997). 2. Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas memberikan informasi yang sangat penting dalam penentuan manfaat utang (Machfoedz, 1989). Keputusan yang digunakan dalam analisis ini berkaitan dalam pemilihan sumber dana, baik berasal dari dalam maupun dari

22 luar. Sumber dana perusahaan yang berasal dari pihak internal berasal dari laba ditahan, sedangkan dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan (Susilowati, 2011) Rasio solvabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan dengan beberapa bagian dari total ekuitas yang digunakan perusahaan untuk membayar utang Prihantini, 2009 (dalam Gunawan dan Hardyani, 2014). Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan komposisi atau struktur modal dari perbandingan total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Pendekatan yang digunakan dalam rasio ini yaitu pendekatan teori struktur modal yang mempertimbangkan posisi laverage adalah teori yang dikenal dengan proporsi II atau Modigliani dan Miller, yaitu disebutkan bahwa laba yang diharapkan oleh pemegang saham akan meningkat dengan adanya penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan (Susilowati, 2011). Perusahaan harus mampu memenuhi kewajibannya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, karena semakin banyak hutang pada perusahaan maka akan berdampak hutang perusahaan semakin besar dan mengakibatkan risiko pengembalian terhadap para pemegang saham. Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang dihasilkan perusahaan maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, tetapi semakin rendah nilai rasio akan semakin baik pula

23 kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Munawir, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa dengan hasil Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah beranggapan perusahaan dalam kondisi yang sehat dan para investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan. Dan jika Debt to Equity Ratio (DER) dalam posisi besar dalam suatu perusahaan maka para investor akan mengendalikan perusahaan. Yang berakibat para manajer harus bekerja seefisien mungkin untuk menjaga arus kas perusahaan agar tetap stabil dengan menghimpun dana dari hutang karena Debt to Equity Ratio (DER) dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan investor. 3. Rasio Pasar Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur mahal atau murahnya suatu saham yang digunakan sebagai alat untuk membantu investor dalam mencari saham yang baik dan mempunyai potensi tingkat keuntungan yang tinggi sebelum para investor memutuskan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan dipilihnya. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apakah suatu perusahaan mempunyai kinerja yang baik dimasa lalu serta bagaimana perkembangan sebagai prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Moeljadi, 2006:75). Ada beberapa cara yang digunakan untuk menghitung rasio pasar perusahaan. Dalam penelitian ini rasio pasar dapat dihitung menggunakan Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER).

24 a. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik yang merupakan keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Namun tidak semua perusahaan membagikan keuntungan, ada sebagian perusahaan tidak dibagikan tetapi ditahan sebagai laba ditahan. Earning Per Share (EPS) pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran investasi. Earning Per Share (EPS) termasuk pengukuran yang paling lengkap karena dapat menggambarkan tentang kegiatan operasional perusahaan secara langsung dengan tujuan agar mendapatkan nilai perusahaan dan menambah keuntungan para pemegang saham. Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang,1997). Rasio ini sering digunakan oleh para investor sebagai alat untuk melakukan analisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki yaitu Earning Per Share (EPS). Earning Per Share (EPS) dapat digunakan untuk beberapa analisis yaitu untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga, kemudian Earning Per Share (EPS) juga dapat dengan mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER) (Hanafi dan Halim, 1995).

25 b. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang karena melalui analisis Price Earning Ratio (PER) dapat diketahui ukuran harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham. Semakin tinggi rasio Price Earning Ratio (PER) maka pertumbuhan laba akan semakin tinggi dan hal tersebut yang diharapkan oleh para investor atau penanam modal (Husnan dan Pudjiastuti, 2007). Perusahaan yang memiliki Price Earning Ratio (PER) yang tinggi maka saham perusahaan dapat memberikan return yang tinggi bagi para investor, Maka semakin meningkatnya Price Earning Ratio (PER) maka harga saham juga akan besar hal ini memberikan keuntungan atas pengembalian investasi bagi para investor karena return yang didapatkan juga akan meningkat. Menurut Hanafi dan Halim (2004:85) para investor menggunakan rasio ini untuk memilih saham mana yang nantinya akan memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang. Karena suatu saham perusahaan yang memiliki kinerja dan nilai perusahaan yang baik serta usaha yang sering menguntungkan maka akan memiliki nilai Price Earning Ratio (PER) yang tinggi. Sebaliknya apabila saham perusahaan tersebut dari segi kinerja, nilai perusahaan, dan beberapa kali mengalami kerugian maka memiliki nilai Price Earning Ratio (PER) yang rendah. Tetapi para investor juga memperhatikan Price Earning Ratio (PER) yang terlalu tinggi karena apabila perusahaan memiliki Price Earning Ratio (PER) yang semakin tinggi nilainya maka kemungkinan tidak akan naik lagi yang mengakibatkan investor kemungkinan akan mendapatkan capital gain yang

26 lebih kecil. Hal tersebut justru akan membuat para investor tidak tertarik untuk membeli saham perusahaan. 2.1.3 Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat penelitian lain yang melakukan penelitian tentang beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return saham, diantaranya: Profitabilitas, Solvabilitas, dan Rasio Pasar. Beberapa faktor tersebut memiliki hubungan dan pengaruh terhadap return saham yang tidak konsisten. Penelitian tentang analisis laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi return saham telah banyak dilakukan di Indonesia, beberapa peneliti tersebut antara lain: Ulupui (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh informasi keuangan dalam bentuk rasio keuangan antara lain rasio likuiditas diukur menggunakan current ratio (CR), rasio leverage diukur menggunakan debt to equity ratio (DER), rasio aktivitas diukur menggunakan total asset turn over (ATO), sedangkan rasio profitabilitas diukur menggunakan return on asset (ROA). Sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1999-2005 sebanyak 21 perusahaan dan diambil 13 perusahaan sebagai sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan dalam bentuk rasio likuiditas, leverage, debt, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap return saham untuk periode satu tahun ke depan. Analisis yang

27 digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel current ratio (CR) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Dengan hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa para pemodal akan mendapatkan return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. Variabel return on asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham satu tahun periode ke depan, sedangkan variabel debt to equity ratio (DER) menunjukkan hasil yang positif tetapi tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan rasio utang tidak menyebabkan perubahan return saham satu tahun kedepan. Variabel yang terakhir adalah total asset turn over (ATO) menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Widodo (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh informasi keuangan dalam bentuk rasio keuangan seperti rasio aktifitas diukur menggunakan Total Assets Turnover (TATO) dan Inventory Turnover (ITO), rasio profitabilitas diukur menggunakan return on asset (ROA) dan Return On Equity (ROE), Rasio pasar diukur menggunakan Earning Per Share (EPS) dan Price Book Value (PBV). Sampel dalam penelitian ini menggunakan saham syariah dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2003-2005 sebanyak 30 saham perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan dalam bentuk rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar berpengaruh positif terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda.

28 Penelitian ini membuktikan bahwa variabel Total Assets Turnover (TATO), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perubahan return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index (JII). Variabel Inventory Turnover (ITO) memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap perubahan return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index (JII). Sedangkan variabel Price Book Value (PBV) menunjukkan hasil yang negatif dan signifikan terhadap return saham syariah dalam Jakarta Islamic Index (JII). Susilowati (2011) melakukan penelitian tentang reaksi signal rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas diukur menggunakan net profit margin, return on asset, dan return on equity. Sedangkan rasio solvabilitas diukur menggunakan debt to equity ratio. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan disektor manufaktur yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006 sampai dengan 2008. Data pada tahun penelitian perusahaan manufatur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sejumlah 149 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga dari 149 perusahaan yang terdaftar hanya 104 perusahaan yang memenuhi syarat penelitian untuk dijadikan sampel. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah net profit margin, return on asset, dan return on equity mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Dan debt to equity ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk

29 menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan variabel net profit margin, return on asset, dan return on equity tidak berpengaruh terhadap return saham. Hermi dan Kurniawan (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh informasi keuangan dalam bentuk rasio keuangan antara lain return on investments (ROI), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), earning per share (EPS), price book value (PVB) terhadap return saham. Pengambilan sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan tahun 2008 sampai dengan 2010. Jumlah sampel yang digunkan dalam penelitian ini sebanyak 56 perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah variabel return on investments (ROI), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), earning per share (EPS), dan price book value (PVB) mempunyai pengaruh terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda atau multiple regression. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel return on investments (ROI), return on equity (ROE), net profit margin (NPM) dan price book value (PVB) tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Sedangkan variabel earning per share (EPS) memiliki pengaruh terhadap return saham.

30 Hidayat (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh economic value added, market share dan earning per share terhadap return saham. Penelitian ini untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan sebagai keputusan berinvestasi. Penelitian ini menggunkan variabel independen antara lain economic value added, market share dan earning per share dan return saham sebagai variabel dependennya. Data dalam penelitian ini diambil selama empat periode., yaitu tahun 2004-2007 dengan jumlah sampel 31 perusahaan manufaktur jenis costumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah economic value added, market share dan earning per share mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham yang diterima oleh pemegang saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk melihat seberapa besar kontribusi masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi return saham dengan menggunakan alat uji (Statistic Package for the Social Science) versi 16.0. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel economic value added, market share dan earning per share mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham. Farhan dan Ika (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh informasi keuangan dalam bentuk rasio keuangan antara lain rasio likuiditas diukur menggunakan current ratio (CR), rasio solvabilitas diukur menggunakan debt to equity ratio (DER), rasio aktivitas diukur menggunakan total asset turn over (TAT), rasio profitabilitas diukur menggunakan return on asset (ROA) sedangkan rasio pasar diukur menggunakan price earning ratio (PER). Sampel

31 yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor food and beverage yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 sampai dengan 2009. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah variabel current ratio, total asset turn over, return on asset, dan price earning ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel return on asset dan price earning ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Adapun variabel lainnya seperti variabel current ratio, debt to equity rati, dan total asset turn over tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham. Arista (2012) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Penelitian ini menguji pengaruh return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), dan price to book value (PBV) terhadap return saham. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005-2009 yang berjumlah 170 perusahaan. pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan non probability sampling dengan teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Dengan dilakukan pertimbangan sampel sejumlah 114 perusahaan yang masuk dalam sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang digunakan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah variabel return on asset (ROA) dan earning per share (EPS) berpengaruh

32 positif dan signifikan terhadap return saham sedangkan variabel debt to equity ratio (DER) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel return on asset (ROA) dan earning per share (EPS) tidak terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan variabel debt to equity ratio (DER) terbukti mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Furda, et al (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh earning per share, price earning ratio, economic value added, dan risiko sistematik terhadap return saham. Pengambilan sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun periode pengamatan tahun 2007 sampai dengan 2009. Jumlah populasi sebanyak 25 perusahaan (75 pengamatan). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham, price earning ratio (PER) berpengaruh negative terhadap return saham, economic value added (EVA) berpengaruh positif terhadap return saham dan risiko sistematik berpengaruh positif terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa price earning ratio (PER) berpengaruh negatif terhadap return saham, sementara earning per share (EPS), economic value added (EVA), dan risiko sistematik berpengaruh positif terhadap return saham.

33 Thrisye dan Simu (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh informasi keuangan dalam bentuk rasio keuangan antara lain current ratio (CR), total asset turn over (TAT), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA). Sampel yang dipilih sdalm penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan pertambangan BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2010. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah variabel current ratio, total asset turn over dan return on asset berpengaruh signifikan positif terhadap return saham. Sedangkan variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan current ratio, total asset turn over, return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Gunawan dan Hardyani (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh informasi keuangan dalam bentuk rasio keuangan antara lain rasio profitabilitas diukur menggunakan return on asset, return on equity dan net profit margin. Rasio likuiditas diukur menggunakan current ratio. Rasio aktivitas diukur menggunakan total asset turn over. Rasio leverage diukur menggunakan debt to equity ratio dan debt to total asset ratio, dan variabel market value. Pengambilan sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan tahun 2009 sampai dengan 2012.

34 Jumlah sampel yang digunkan dalam penelitian ini sebanyak 95 perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah return on asset, return on equity, net profit margin. current ratio total asset turn over, market value memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. Dan variabel debt to equity ratio dan debt to total asset ratio memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel return on asset, return on equity debt to equity ratio dan debt to total asset ratio memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. Sedangkan market value tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Carlo (2014) melakukan penelitian yang menguji pengaruh return on equity, dividend payout ratio, dan price earning ratio terhadap return saham. Pengambilan sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. Menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Hasil proses seleksi sampel memperoleh 105 sampel, yang terdiri dari 47 perusahaan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah return on equity dan dividend payout ratio berpengaruh positif pada return saham, sedangkan price earning ratio berpengaruh negatif pada return saham. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel return on equity berpengaruh positif terhadap return

35 saham sehingga return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat diprediksi menggunakan return on equity (ROE). Variabel dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap return saham sehingga return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat diprediksi menggunakan dividend payout ratio (DPR). Sedangkan variabel price earning ratio tidak berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka price earning ratio (PER) tidak dapat dapat dijadikan alat untuk memprediksi return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nirayanti dan Widhiyani (2014) meneliti tentang pengaruh kebijakan dividen diukur menggunakan dividen payout ratio, debt to equity ratio, dan price earning ratio pada return saham. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 periode tahun 2011 sampai dengan 2013 yang mengakses langsung ke www.idx.co.id. Analisis yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat pengaruh secara simultan dan parsial antara variabel kebijakan dividen yang diproyeksikan menjadi dividen payout ratio, debt to equity ratio, dan price earning ratio pada return saham perusahaan LQ 45. Karena faktor-faktor seperti dividen payout ratio, debt to equity ratio, dan price earning ratio telah teruji memiliki pengaruh pada return saham. 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan uraian landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu, maka untuk memperjelas penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti perlu menyusun rerangka pemikiran berupa skema sederhana tentang pengaruh

36 profitabilitas, solvabilitas, dan rasio pasar terhadap return saham yang digambarkan dalam rerangka teoritis sebagai berikut: Laporan Keuangan Perusahaan Properti dan Real estate Analisis Laporan Keuangan Profitabilitas Solvabilitas Rasio Pasar Dengan melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba Investor memiliki ketertarikan untuk menanamkan dana. Investor menginginkan pengembalian dan keuntungan yang maksimal dalam jangka panjang. RETURN SAHAM Keterangan : Gambar 1 Rerangka Pemikiran Variabel dependen (Y) adalah Return Saham Variabel independen X1 adalah Return On Asset Variabel independen X2 adalah Return On Equity Variabel independen X3 adalah Debt to Equity Ratio Variabel independen X4 adalah Earning Per Share Variabel independen X5 adalah Price Earning Ratio

37 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban masalah atau pertanyaan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang perlu diuji melalui proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 2.3.1 Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Return Saham Para investor yang rasional pasti akan melakukan analisis terlebih dahulu sebelum mereka melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi karena akan mendorong peningkatan return saham yang akan diterimanya. Perusahaan yang kegiatan opersaionalnya dikatakan baik dan efisien apabila perusahaan tersebut penjualannya meningkat dan berpengaruh terhadap laba perusahaan yang juga akan mengalami peningkatan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat aset tertentu (Hanafi dan Halim, 2004:83) Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur berapa besar laba bersih yang diperoleh dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio Return On Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menggunakan aktiva mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sedangkan apabila Return On Asset (ROA) negatif maka menunjukkan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya dengan menggunkan aktiva mengalami kerugian. Perusahaan yang memiliki Return On Asset (ROA) yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin baik. Maka para investor akan melakukan investasi dan menanamkan modalnya kepada

38 perusahaan tersebut. Karena return (keuntungan) akan pengembalian investasi yang akan didapatkan investor juga akan meningkat. Sehubungan uraian di atas, maka hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 1 : Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Return Saham. 2.3.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham Return On Equity (ROE) yang semakin tinggi merupakan gambaran perusahaan pada posisi yang efisien dalam menggunakan modal yang dimiliki atau modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan atau laba yang tinggi baik bagi perusahaan tersebut atau bagi investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan. Menurut Widodo (2007) apabila sutu perusahaan dalam kegiatan operasionalnya selalu efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan maka perusahaan tersebut mampu memberikan harapan tingkat kenaikan return saham. Karena perusahaan yang selalu mendapatkan keuntungan atau laba secara lancar memiliki daya tarik tersendiri bagi para investor yang menanamkan modal pada perusahaannya. Dan saham perusahaan tersebut akan selalu diinginkan oleh investor lain untuk dibeli. Return On Equity (ROE) semakin tinggi atau dinyatakan memberikan dampak positif dapat memberikan prospek yang baik dimasa yang akan datang. Sedangkan apabila Return On Equity (ROE) mengalami penurunan maka reaksi pasar bagi para investor yang akan melakukan investasi akan mengalami akan semakin rendah. Sehubungan uraian di atas, maka hipotesis kedua yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Return Saham.

39 2.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Debt to Equity Ratio (DER) mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan semua hutang perusahaan. Perusahaan yang berkembang pasti akan memerlukan sember pendanaan yang semakin banyak. Perusahaan yang ingin berkembang tidak mungkin bisa mencukupi pendanaan hanya dari total modal yang dimiliki melainkan perusahaan juga membutuhkan dana lain yang berasal dari hutang. Dengan menggunakan hutang dalam pendanaan maka perusahaan masih mampu mengendalikan perusahaan dibandingkan pemegang saham. Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi akan berakibat menanggung kerugian perusahaan yang besar saat perusahaan mengalami kebangkrutan tetapi mengalami keuntungan yang besar apabila ekonomi perusahaan membaik. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang semakin tinggi bagi perusahaan yang mampu mengelola hutang untuk pendanaan secara efektif maka perusahaan dapat meningkatkan arus kas yang baik bagi perusahaan yang berdampak pada kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Bila kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan di mata investor baik maka menjadi daya tarik perusahaan kepada para investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Sehubungan uraian di atas, maka hipotesis ketiga yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 3 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Return Saham. 2.3.4 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Earning Per Share (EPS) merupakan kemapuan perusahaan dalam menghasilkan laba tiap lembar sahamnya. Earning Per Share (EPS) adalah jumlah

40 hak atau keuntungan yang diterima pemegang saham yang menanamkan sahamnya pada suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS) menandakan bahwa perusahaan tersebut berhasil dalam memberikan keuntungan sebagai tanda kemakmuran para investor agar menambah jumlah modal yang ditanam pada suatu perusahaan. Kepercayaan investor kepada perusahaan akan semakin bertambah dengan melihat suatu perusahaan selalu mengalami peningkatan laba dan berakibat bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan laba untuk setiap lembar sahamnya sehingga investor juga akan beranggapan bahwa keuntungan (return) juga bertambah. Hal ini merupakan daya tarik bagi para investor agar mananamkan dananya pada suatu perusahaan dan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan (Furda et al, 2012). Dengan pembagian keuntungan lembar saham yang semakin meningkat maka mengakibatkan permintaan saham juga akan mengalami kenaikan yang menyebabkan harga saham semakin mahal hal ini juga akan meningkatkan return saham. Sehubungan uraian di atas, maka hipotesis keempat yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 4 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Return Saham. 2.3.5 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu bagian dari rasio pasar. Price Earning Ratio (PER) yaitu membandingkan antara harga saham dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2007:75). Price Earning Ratio (PER) merupakan harapan dari nilai saham pada masa yang akan datang, sehingga nilai Price Earning Ratio (PER) yang tinggi dalam suatu perusahaan menyatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja

41 dan prospek usaha yang baik dalam kegiatan operasionalnya. Sebaliknya apabila nilai Price Earning Ratio (PER) yang rendah dalam suatu perusahaan menunjukkan perusahaan tersebut tidak memiliki prospek usaha yang menguntungkan. Jika Price Earning Ratio (PER) tinggi maka harga saham semakin mahal terhadap pendapatannya. Maka apabila harga saham saat ini lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya maka capital gain juga semakin meningkat. Investor juga melihat perusahaan yang memiliki Price Earning Ratio (PER) tinggi dianggap memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi pula dan akan memutuskan membeli saham pada perusahaan tersebut. Hal ini mempengaruhi naiknya harga saham perusahaan dan berakibat return saham juga akan meningkat. Sehubungan uraian di atas, maka hipotesis kelima yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 5 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap Return Saham.

42 Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE) Debt to Equity ratio (DER) Return Saham (RES) Earning Per Share (EPS) Price Earning Ratio (PER) Gambar 2 Model Penelitian