BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarkat. Menurut Samani dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi

PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PALANGKA RAYA DESIANA NATALIA

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

PELAKSANA TUGAS BUPATI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEGIATAN JUMAT BERSIH DI LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI BENTUK SIKAP GOTONG-ROYONG DALAM MEMBENTUK KARAKATER SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

PETUNJUK PELAKSANAAN JUMPA BAKTI GEMBIRA (JUMBARA) PMR MADYA DAN WIRA PMI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. solidaritas di antara individu maupun kelompok. dengan yang lain atau (give and take) melalui berbicara atau saling menukar tanda

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui

Gerakan Nasional Revolusi Mental

BAB I PENDAHULUAN. yang menyita waktu sehingga banyak individu yang bersikap. sikap egoisme, dan ini menjadi ciri dari manusia modern, dimana individu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan Pramuka yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kualitas dan kemampuan antara lain: (1) memiliki identitas diri

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada situasi dan kondisi persaingan yang semakin ketat. Dunia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah membaca dan menyimak secara keseluruhan dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 6. MEMBACA NON SATRALatihan Soal Pemberitahuan bahwa musim hujan telah tiba di Desa Sumbermakmur.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat adalah sebagai penerus cita-cita bangsa dan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepedulian sosial adalah sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial merupakan kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72 dalam Sugiyarbini 2012. Teori Psikologi Individu Adler Online. http://sugithewae.wordpress.com). Oleh karena itu, kepedulian sosial adalah minat atau ketertarika sesorang untuk membantu orang lain atau sesama. Lebih lanjut, lingkungan terdekat adalah yang paling berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial seseorang. Lingkungan terdekat yang dimaksud adalah keluarga, sekolah, teman-teman, dan lingkungan masyarakat tempat seseorang tersebut tumbuh. Dari lingkungan tersebutlah seseorang mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam dalam kepedulian sosial secara umum meliputi nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong atau gotong royong, kerendahan hati, keramahan dan kesetiakawanan. Kepedulian sosial bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada ikut merasakan yang dirasakan orang lain serta membantu menyelesaikan permasalahan yang di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan. 1

2 Namun seiring dengan perkembangan zaman, di era globalisasi ini nilainilai kepedulian sosial terus mengalami degradasi khususnya dikalangan generasi muda atau kalangan pelajar. Nilai-nilai kepedulian sosial yang saat ini mulai luntur contohnya sikap acuh tak acuh, sikap ingin menang sendiri, tidak setia kawan dan lain sebagainya. Penyebab lunturnya nilai-nilai tersebut sangat beragam, diantaranya karena kesengjangan sosial atau status sosial, karena sikap egois masing-masing individu, kurangnya pemahaman atau penanaman tentang nilai-nilai peduli sosial, kurangnya sikap toleransi, simpati dan empati. Untuk mengatasi permasalahan kepedulian sosial, secara umum banyak upaya yang telah dilakukan berbagai kalangan untuk mengedukasi generasi muda, baik itu dari kalangan masyarakat umum seperti karang taruna, lembaga pemerintahan yang bergerak dibidang kemanusiaan seperti BASARNAS, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, pemerintah melalui jalur pendidikan juga berupaya untuk mengatasi permasalahan kepedulian sosial di kalangan generasi muda atau kalangan pelajar, salah satunya dengan memberikan pembelajaran kepada para pelajar melalui kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) yang dikembangkan di lingkungan sekolah. Palang Merah Remaja (PMR) merupakan bagian dari Palang Merah Indonesia yang angota-anggotanya adalah remaja yang umumnya sedang menempuh pendidikan disekolah. Dalam implementasinya anggota-anggota PMR dididik menjadi insan yang berguna bagi sesama umat manusia, membantu melaksanakan tugas kepalang merahan, meningkatkan keterampilan dan diharapkan kelak menjadi insan yang berguna bagi sesama umat manusia dan dapat menjadi anggota Palang Merah yang baik

3 PMR merupakan kegiatan bagi siswa di luar proses belajar mengajar di sekolah (ekstrakurikuler) yang berfungsi sebagai sarana pembinaan untuk mengedukasi siswa di sekolah agar memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, salah satunya nilai peduli sosial. Kegiatan ekstrakulikuler PMR ditujukan untuk mengasah kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar atau sesama, dan penanaman nilai kesetiakawanan. Dalam salah satu program kerja PMR terdapat fungsi sosialisasi, di mana pola perilaku anggota PMR tidak boleh menyimpang dari pola perilaku serta nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Kegiatan ekstrakuler PMR juga ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan ketimpangan dan ketidakmampuan remaja berperan sesuai harapan. Lebih lanjut, kegiatan ekstrakulikuler PMR menanamkan nilai-nilai peduli sosial kepada siswa agar mampu menunjukkan perannya untuk berkiprah dalam meringankan penderitaan sesama manusia secara sukarela tanpa pamrih, sebagai sikap peduli sosial. Bentuk kegiatan PMR yaitu melaksanakan kegiatan Kepalang Merahan yang bermutu dan tepat sesuai dengan kegiatan Palang merah Remaja yaitu Panca Karya PMR dan Tri Bakti PMR yang diantaranya meliputi: (a) Kegiatan sosial dan kesehatan dilingkungan sekolah, keluarga/rumah dan masyarakat; (b) Turut serta dalam pemberian dan penyaluran bantuan kemanusiaan; (c) Pendukung utama dalam kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); (d) Sebagai bagian dari remaja yang mengajak rekan-rekannya untuk turut serta dalam kegiatan yang positif, khususnya dalam kegiatan Kepalang Merahan.

4 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PMR merupakan wadah pembinaan kepribadian bagi siswa yang diharapkan mampu mengantisipasi dan mengatasi berbagai tantangan degradasi kepedulian sosial yang diantaranya disebabkan oleh arus globalisasi, akibat sampingan dari pembangunan itu sendiri maupun karena perkembangan dinamika yang ada dimasyarakat. Hal ini sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Antara Depdikbud dengan PMI Nomor 0090.KEP/PP/V95 bab II pasal 2 yaitu sebagai berikut: Pembinaan dan pengembangan kepalang merahan dikalangan siswa, warga belajar, dan mahasiswa bertujuan membina dan mengembangkan jiwa dan semangat kemanusiaan di kalangan siswa, warga belajar, dan mahasiswa agar memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mendukung tercapainya hal tersebut, diperlukan adanya daya kreatifitas dalam mengembangkan pola pembinaan. Dalam hal ini PMI perlu mengembangkan upaya agar dapat merangkul lebih banyak kalangan generasi muda yang mau bergabung dalam wadah PMR. Berdasrkan urian diatas, Maka penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil judul tentang strategi pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR dalam meningkatkan sikap peduli sosial di SMP N 4 Purwantoro atas dasar pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki prestasi sebagai kontingen terbaik Jumpa Bakti Gembira PMR se-kabupaten Wonogiri tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas Adapun yang menjadi permasalahan yang akan diteliti penulis adalah:: 1. Bagaimana strategi sekolah dalam meningkatkan sikap peduli sosial melalui pengembagan kegiatan ekstrakulikuler PMR di SMP Negeri 4 Purwantoro tahun 2014?

5 2. Apakah yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMP Negeri 4 Purwantoro tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah untuk : 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan sikap peduli sosial melalui kegiatan ekstrakulikuler PMR. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan kegiatan ekstrakulikuler PMR. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk pengembangan keilmuan, secara konseptual upaya dan strategi yang dilakukan sekolah SMPN 4 Purwantoro, merupakan hasanah praktis yang dapat memperkaya teori tentang sekolah berprestasi. 2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan wacana dalam memperluas wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam kaitan pengelolaan sekolah berprestasi. 3. Menjadi bahan kajian sekolah lain dalam melaksanakan sekolah yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sebagai kegiatan untuk mengembangkan potensi siswa-siswi sekolah menjadi siswa-siswi yang paham akan pentingnya sikap peduli sosial.