BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TELAAH PUSTAKA. dapat juga diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG NOMOR : 25 TAHUN 2003 NOMOR : PKK-12/07/2.003

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

G U B E R N U R J A M B I

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 75

EVALUASI DAN PERBAIKAN PROGRAM RASKIN DALAM UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DIMASA MENDATANG

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi)

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI. A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. itu sesuai dengan aturan pokok dantata cara yang telah ditetapkan.

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menyentuh secara langsung terhadap kelangsungan hidup manusia. Kemiskinan selalu diartikan sebagai kekurangan untuk memenuhi hidup secara baik, seperti kekurangan pangan, kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, persoalan kemiskinan dan beberapa program pemerintah untuk mengatasinya menjadi perhatian bagi beberapa peneliti. Berdasarkan SKB Mendagri dan Dirut Perum Bulog No 25 tahun 2003 pasal 1 ayat 3 tentang Beras Miskin, Keluarga miskin adalah masyarakat yang telah ditetapkan sebagai penerima manfaat sesuai dengan Musyawarah Desa/Kelurahan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan diketahui oleh Camat setempat. Problematika kemiskinan di Indonesia memang tak pernah tuntas, banyak kegiatan-kegiatan dan program-program dari pemerintah dilaksanakan ternyata masih belum menjadi senjata yang ampuh untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan data Bandan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2011 hingga 2013 tingkat kemiskinan di Indonesia terus meningkat, hingga mencapai 14,42%. untuk Tahun 2011 saja jumlah masyarakat miskin di Indonesia mencapai 11,25% dan pada tahun 2012 jumlah masyarakat miskin di Indonesia mencapai 11,37%, dan sampai pada tahun 2013 kemaren jumlahnya telah mencapai 14,42%. Data ini membuktikan bahwa kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan diimplementasikan oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan dalam mengatasi 1

kemiskinan belum memberikan hasil yang lebih baik. Realita ini menjelaskan bahwa program-program kemiskinan yang dilaksanakan di Indonesia belum memberikan perubahan yang maksimal terhadap penurunan angka kemiskinan. Kemiskinan dan pengangguran yang meluas sangat mudah ditemukan di negara-negara yang telah dianggap keberhasilan membangun ekonomi, tekhnologi dan industri. Ini berarti disintegrasi antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial telah terjadi, sehingga golongan mayoritas masyarakat bawah disuatu negara sering menjadi sasaran dari pilihan kebijakan pembangunan ekonomi tersebut. Indonesia, 95% dari jumlah penduduknya mengkonsumsi beras sebagai pangan utama, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun (BPS, 2011), bahkan sebelumnya mencapai 139,15 Kg/jiwa/tahun. Meskipun secara normative, masalah-masalah kemiskinan, kesehatan, pengangguran, keadilan sosial telah termuat dalam naskah-naskah perencanaan pembangunan nasional, implementasinya masih jauh dari kata memuaskan. Karena itu konsepsi pembangunan sosial dalam konteks pembangunan nasional Indonesia, memberikan kerangka bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan aspek-aspek sosial dalam proses pembangunan ekonomi yang lebih dominan pada saat ini. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 15 Tahun 2010 pasal 1 ayat 1 dan 2 yang dimaksud dengan penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat 2

kesejahteraan rakyat. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang terencana dan terarah yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial. Ciri utama dari pembangunan kesejahteraan sosial adalah holistic-komprehensif dalam arti setiap pelayanan sosial yang diberikan senantiasa menempatkan penerima pelayanan sebagai manusia, baik dalam arti individu maupaun kolektifitas, yang tidak terlepas dari sistem lingkungan sosiokulturalnya. Pengertian tersebut mengandung pikiran pokok-pokok bahwa tujuan pembangunan kesejahteraan sosial mencakup seluruh masyarakat dan seluruh bangsa Indonesia, dengan fokus utama pada kelompok yang kurang beruntung atau warga masyarakat yang mengalami masalah sosialnya yang lebih dikenal dengan masyarakat miskin atau masyarakat kurang mampu. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang meliputi 5 (lima) sasaran pokok yaitu: pengurangan kemiskinan dan pengangguran, pengurangan kesenjangan antar wilayah, peningkatan kualitas manusia, perbaikan mutu lingkungan hidup, dan pengelolaan sumberdaya alam, serta peningkatan infrastruktur. 3

Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah tercapainya kondisi kesejahteraan sosial yang adil dan merata serta berjalannya suatu sistem kesejahteraan sosial yang mapan sebagai salah satu bentuk kehidupan masyarakat Indonesia dalam upaya menjadi bangsa yang maju, mandiri, dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan bahwa penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian yang tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan. Selain dari beberapa kegiatan dan program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, ada juga kegiatan atau program beras untuk keluraga miskin (Raskin). Dengan program tersebut yang didukung program bantuan penanggulangan kemiskinan lainnya diharapkan dapat memberikan manfaat yang nyata dalam peningkatan ketahanan pangan dan kesejahteraan sosial rumah tangga. Sebagaimana yang telah tertuang dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Yang dimaksud dengan kesejahteraan umum didalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 Tahun 2009 pasal (1) ialah kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dan juga pasal (20) menyatakan salah satu 4

tujuan penanggulangan kemiskinan adalah untuk mengembangkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar serta kemampuan usaha masyarakat miskin. Peraturan mengenai penanggulangan kemiskinan kemudian diturunkan ke dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Adapun isi dari Perpres No 15 Tahun 2010 yaitu, Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 34 ayat (1) mengamanatkan bahwa masyarakat miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, kemudian ayat (2) disebutkan bahwa negara berkewajiban menangani masyarakat miskin melalui pemberdayaan dan bantuan jaminan sosial. Hal ini juga dipertegas dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuanketentuan pokok kesejahteraan sosial. Adapun yang menjadi batasan kesejahteraan sosial yaitu Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan 5

usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmania, rabania dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Kementerian Sosial Republik Indonesia telah melakukan berbagai program untuk pengentasan kemiskinan telah menetapkan kebijakan dan program pemberdayaan. Pemberdayaan yang dimaksud salah satunya adalah dilaksanakan dengan Program Bantuan Beras Miskin (RASKIN). Program Raskin, sebagai salah satu Program Penanggulangan Kemiskinan yang paling diutamakan, termasuk program bantuan sosial berbasis keluarga yang sudah berjalan secara rutin sejak tahun 1998. Melalui program ini Pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat miskin untuk mendapatkan hak atas pangan. Raskin mempunyai multi fungsi, yaitu memperkuat ketahanan pangan keluarga miskin, sebagai pendukung bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pendukung usaha tani padi dan sektor lainnya dan peningkatan pemberdayaan ekonomi daerah. Disamping itu Raskin berdampak langsung pada stabilisasi harga beras, yang akhirnya juga berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Program bantuan beras miskin ini adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan dasar Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Dan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 (SKB Mendagri dan Dirut Perum Bulog) pasal 1 ayat 1 tentang pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin, yaitu program beras untuk keluarga miskin yang selanjutnya disebut raskin adalah program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan 6

memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu. Program bantuan beras miskin ini perlu kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sampai ke pemerintah desa serta masyarakat sebagai pelaku penerima beras miskin tersebut. Hal ini dilakukan agar operasional pelaksanaan bantuan beras miskin dilapangan dapat dilakukan dengan maksimal dan pelaksanaannya juga tepat sasaran. Program Raskin bukan program Pemerintah Pusat semata, akan tetapi juga Pemerintah Daerah memiliki tanggungjawab secara proporsional. Dalam hal ini Pemerintah Pusat berperan dalam membuat kebijakan nasional, sedangkan pelaksanaan dan penyalurannya sangat tergantung pada peran Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat memberikan subsidi pembelian beras yang dilaksanakan oleh Perum Bulog untuk disalurkan sampai Titik Distribusi (TD). Berdasarkan SKB Mendagri dan Dirut Perum Bulog nomor 25 Tahun 2003 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud dengan titik distribusi adalah tempat di desa atau tempat lain yang disepakati antara Pemerintah Daerah dan Divisi Regional Bulog/Sub regional Bulog sebagai tempat penyerahan beras oleh Satgas RASKIN kepada pelaksana distribusi akhir, untuk selanjutnya Pemerintah Daerah menyampaikan beras tersebut kepada RTS-PM dengan 6 (enam) Tepat (Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Mutu/Kualitas, Tepat Waktu, Tepat Harga dan Tepat Administrasi). Bantuan beras miskin yang diterima masyarakat kurang mampu merupakan subsidi pangan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan diberikan kepada masyarakat miskin yang notabennya berpenghasilan rendah yang 7

bertujuan untuk meningkatkan ketahananpangan dan memberikan perlindungan sosial. Berdasarkan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan kemiskinan (TNP2K), ada enam indikator yang dapat dikatakan sebagai keberhasilan pelaksanaan program bantuan beras miskin tersebut, yaitu: 1. Tepat sasaran Tepat sasaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketepatan penyaluran beras miskin tersebut terhadap rumah tangga sasaran penerima manfaat, dan juga ketepatan pemilihan rumah tangga miskin yang akan menjadi penerima manfaat akan beras tersebut. Penetapan rumah tangga sasaran tersebut yang seharusnya berdasarkan juknis penyaluran beras miskin di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah berawal dari musyawarah tingkat desa/kelurahan, kemudian untuk dilanjutkan ketingkat kecamatan hingga tingkat kabupaten. 2. Tepat jumlah Tepat jumlah dalam pembagian penyaluran beras miskin tersebut adalah besaran jumlah beras yang harus diterima oleh rumah tangga sasaran penerima manfaat. Jumlah beras yang harus diterima oleh setiap rumah tangga sasaran berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan penyaluran beras miskin adalah sebanyak 15 Kg/bulan. 3. Tepat harga Ketepatan harga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga tebus yang harus dibayarkan oleh rumah tangga sasaran untuk pengambilan beras tersebut pada titik bagi. Harga tebus yang telah ditetapkan dalam petunjuk pelaksanaan teknis adalah sebesar Rp. 1.600/Kg nya. 8

4. Tepat waktu Ketepatan waktu pembagian beras miskin yang akan disalurkan kepada rumah tangga sasaran adalah persoalan yang sering terjadi dilapangan. Karena waktu yang tidak menentu sering menimbulkan kecurigaan antar sesama masyarakat. Waktu penyaluran beras miskin tersebut berdasarkan petunjuk teknis penyaluran beras miskin kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2013 adalah setiap bulan. 5. Tepat kualitas Kualitas beras yang diterima oleh rumah tangga sasaran sering memunculkan topik pembicaraan dalam penyaluran raskin tersebut. Sebagian wilayah dan daerah di Indonesia memang ada beras yang diterima oleh masyarakat miskin tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan petunjuk teknis penyaluran beras miskin, beras yang diterima oleh masyarakat miskin adalah beras yang layak dikonsumsi dan seperti kualitas beras yang baik dijual dipasaran, sehingga masyarakat bisa mengkonsumsi dengan baik pula. 6. Tepat administrasi Ketepatan administrasi dalam penyaluran beras miskin merupakan hal yang harus dilakukan dengan baik, agar penyalurannya juga terlaksana dengan baik, salah satu contohnya adalah memberikan kartu miskin kepada rumah tangga miskin dan melakukan sosialisasi program beras miskin tersebut kepada masyarakat. Program beras miskin adalah program pemerintah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Upaya yang dibuat pemerintah untuk 9

menanggulangi kemiskinan yang bersinergi dengan program pembangunan lainnya seperti program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan dan produktifitas masyarakat. Hal ini tentu sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2007 tentang kebijakan perberasan. Adapun isi dari Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2007 tentang perberasan tersebut adalah Penyediaan beras bagi kepentingan penyaluran beras bagi kelompok masyarakat miskin, penanggulangan keadaan darurat, dan stabilitas harga beras dalam negeri dilaksanakan dengan pengadaan Cadangan Beras Pemerintah dengan mengutamakan pengadaan beras yang berasal dari pembelian Gabah petani dalam negeri. Hal itu sesuai dengan Inpres No 8 Tahun 2008 tentang perberasan, yaitu Penyediaan beras bagi kepentingan penyaluran beras bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan pengadaan Cadangan Beras Pemerintah dilakukan dengan mengutamakan pengadaan beras yang berasal dari pembelian Gabah petani dalam negeri. Tujuan program bantuan beras miskin ialah: 1. Mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. 2. Meningkatkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga sesuai dengan rumah tangga sasaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 3. Untuk mengendalikan inflasi melalui intervensi pemerintah menetapkan harga beras bersubsidi sebesar Rp.1.600/kg. 4. Sebagai wujud program pemerintah peduli kepada petani melalui pemupukan stock pangan secara nasional. 10

Berdasarkan Kemenkesra Tahun 2012 tentang pedoman umum penyaluran beras miskin telah ditetapkan tujuannya. Berdasarkan penelitian terdahulu Mariyam Musawa (Judul Tesis: Studi Implementasi Program Beras Miskin Di Wilayah Kelurahan Gajah mungkur Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang, Tahun 2009, UNDIP) Adapun sasaran dari program beras miskin tersebut adalah berkurangnya beban pengeluaran RTS berdasarkan data BPS dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 180 Kg/RTS/tahun atau setara dengan 15 kg/rts/bulan dengan harga tebus Rp1.600,00/kg netto di TD (Titik Distribusi). Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Satker Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat Desa/Kelurahan, atau lokasi lain yang disepakati secara tertulis oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Divre/Subdivre/ Kansilog Perum BULOG. Titik Bagi (TB) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin kepada RTS-PM. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ada 14 kriteria orang atau kelompok masyarakat yang dikatakan miskin, yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 11

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD. 14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Yang menjadi penanggung jawab atau aktor penanggung jawab didalam pelaksanaan program raskin ini adalah eksekutif selaku pembuat kebijakan. Sebagai mana yang dijelaskan oleh Leo Agustino dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2008:29) bahwa yang termasuk dalam pembuatan kebijakan secara normative adalah legislative, eksekutif, administrator, dan para hakim. 12

Pelaksanaan distribusi Raskin merupakan tanggung jawab dua lembaga, yakni Bulog dan pemerintah daerah (Pemda). Bulog bertanggung jawab terhadap penyaluran beras hingga titik distribusi, sedangkan pemerintah daerah bertangungjawab terhadap penyaluran beras dari titik distribusi hingga rumah tangga sasaran. Dengan adanya program pemerintah tersebut, maka banyak pemerintah daerah dan wilayah di Indonesia mendapatkan program bantuan beras miskin tersebut, salah satunya adalah pemerintah provinsi Riau lebih khusus lagi di desa Tanjung Bakau Kec. Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti yang juga mendapat program pendistribusian beras miskin tersebut. Desa Tanjung Bakau adalah salah satu desa di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau yang melaksanakan program beras miskin diwilayahnya. Pelaksanaan program yang dilaksanakan bertujuan untuk meringankan beban belanja Rumah Tangga Sasaran (RTS) terhadap kebutuhan pangan beras di desa tersebut Tabel 1.1 Data Jumlah Penerima Raskin di Desa Tanjung Bakau. No Tahun Alokasi beras Jumlah RTS 1 2010 10kg/bulan 276 2 2011 25kg/3bulan 289 3 2012 20kg/3bulan 312 4 2013 20kg/3bulan 293 5 2014 25kg/3bulan 293 Sumber: kantor desa tanjung bakau 2015 13

Dari Tabel I.1 terlihat dari tahun 2010 sampai tahun 2014 jumlah beras yang di terima RTM-PM hanya berkisar antara 20kg-30kg/3 bulannya, itu berarti penerima manfaat hanya mendapatkan beras 7kg-10kg/ bulannya, yang seharusnya beras yang di terima per RTM-PM sebesar 15kg/bulan atau sebesar 45kg3/bulannya dengan harga tebus Rp 1.600 per kilogram. Program Raskin diharapkan dapat berlangsung optimal di semua wilayah penerima Raskin, termasuk di wilayah Desa Tanjung Bakau Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti. Dari hasil penelitian awal, kebijakan Raskin belum berjalan sesuai dengan sasaran program. Pada kenyataannya implementasi kebijakan Raskin tidak selalu berpedoman penuh pada prosedur kebijakan, karena tergantung pada kondisi dan situasi masyarakat setempat. Banyak pelaksanaan yang tidak sama dengan tujuan yang ada pada Pedoman Umum Raskin. Penyimpangan yang kerap terjadi yaitu tidak tepatnya jumlah beras yang diperoleh para Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima manfaat Raskin, yang seharusnya berdasarkan PAGU Raskin setiap RTM menerima beras sejumlah 15 kg tetapi yang diperoleh hanya sekitar 10 kg per RTM/RTS. Hal itu terjadi karena keterbatasan beras yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah warga yang menerima Raskin. sehingga menyebabkan mayoritas masyarakat merasa senang namun sebagian kecil juga ada yang merasa tidak puas karena tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Penyimpangan kebijakan juga terjadi, dengan mundurnya waktu pelaksanaan distribusi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang staf 14

kantor Desa Tanjung Bakau. Beliau mengatakan bahwa penerimaan jatah Raskin sering kali terjadi keterlambatan. Untuk penerimaan Raskin sendiri ser ing mengalami keterlambatan. Itu dapat kita lihat dari kenyataan bahwa jatah Raskin bulan Januari 2014 diterimakan pada bulan Maret. Begitu pula jatah pada bulan Februari diterimakan pada bulan Maret. (Sumber: Wawancara dengan Staf Kantor Desa Tanjung Bakau, 29/11/2015) Tabel 1.2 Data Jumlah Penerima Raskin Bulan januari-maret 2014 di Desa Tanjung Bakau NO RW RT jumlah RTS Alokasi beras/rts 1 01 2 41 25kg 2 02 2 38 25kg 3 03 3 87 25kg 4 04 2 33 25kg 5 05 3 94 25kg Jumlah 12 293 125kg Sumber: Kantor Desa Tanjung Bakau 2015 Bila dicermati, data yang tertera dalam Tabel I.2 penerimaan beras per RTS sebanyak 25Kg/3bulan. Yang seharusnya per RTS menerima sebanyak 15 kg berbulan atau 45kg/ tiga bulannya, hal tersebut dikarenakan banyaknya penerima manfaat Raskin, sehingga dengan mempertimbangkan kondisi masyarakat setempat berdasarkan hasil musyawarah warga, maka pendistribusian beras Raskin dengan prinsip bagi rata agar tidak terjadinya konflik dan kecemburuan social. 15

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi Raskin Di Desa Tanjung Bakau Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti belum berjalan dengan baik di mana system pendistribusian Raskin masih belum sesuai dengan sasaran program.tepat jumlah, belum tepat sasaran dan belum tepat waktu. Maka dalam kesempatan ini penulis mengajukan penelitian dengan judul adalah ANALISIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) DI DESA TANJUNG BAKAU KECAMATAN RANSANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan dan kendala yang dihadapi dalam penyaluran Raskin di Desa Tanjung Bakau? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan kendala yang di hadapai dalam penyaluran Raskin di Desa Tanjung Bakau 1.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. secara praktis sebagai Upaya memperbaiki kebijakan publik tentang Program Raskin 2. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran tentang distribusi Program Raskin di Desa Tanjung Bakau Kec. Rangsang Kab. Kep. Meranti 16

3. Bagi pemerintah terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan alternatif dan masukan atau evaluasi dalam penentuan kebijakan sehingga dapat menjadi alat monitor bagi pelaksanaan program ini selanjutnya. 4. Bagi penulis, berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berfikir dan melatih penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan. 1.4 Sistematika Penelitian Dalam penulisan skripsi ini nantinya penulis membagi menjadi enam bab pembahasan, dimana masing-masing bab dibagi sub bab dengan uraian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penilitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TELAAH PUSTAKA Bab ini menjelaskan tantang landasan teori yang berkaitan dengan pembahasaan masalah yang diteliti. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis akan memaparkan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan sampel serta analisis data. 17

BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai sejarah singkat lokasi penelitian, struktur organisasi dan aktifitas lokasi penelitian BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Didalam bab ini memuat hasil dari penelitian dan pembahasan. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup dimana penulis akan mengambil berbagai kesimpulan dan saran-saran yang mungkin berguna bagi pimpinan organisasi/instansi dimasa yang akan datang. 18