TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Purwoceng

dokumen-dokumen yang mirip
FENOLOGI DAN STIMULASI PERKECAMBAHAN BENIH PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) DEVI RUSMIN

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

PERCOBAAN I DORMANSI KARENA KULIT BIJI YANG KERAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pinang mempunyai sistematika tanaman sebagai berikut:

PENGUJIAN BENIH DORMAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

TINJAUAN PUSTAKA. Sirsak (AnnonamuricataLinn) berasal dari wilayah Amerika tropis,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketinggian m dpl, pada tempat-tempat yang bervariasi keadaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom : Plantae; Subkingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. Padi Gogo (Oryza Sativa L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kerontokan Bunga dan Buah

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

Laporan Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Kacang Hijau

BAB I PENDAHULUAN. Kenari merupakan Family dari Burseraceae. Famili ini terdiri dari 16

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

Transkripsi:

5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Purwoceng Tanaman purwoceng termasuk famili Apiaceae, marga Pimpinella dan jenis Pimpinella pruatjan Molk., sinonim Pimpinella alpina Kds. Purwoceng merupakan tanaman terna perenial dengan habitus tanaman berbentuk roset. Tajuk tanaman menutupi permukaan tanah hampir membentuk bulatan dengan diameter tajuk berkisar 36 45 cm setiap tanaman. Tangkai daun tumbuh rapat menutupi batang tanaman, sehingga batang tanaman tidak terlihat. Jumlah tangkai daun berkisar antara 22 27 buah/tanaman dengan jumlah tangkai daun berkisar 18 26 cm. Warna pangkal tangkai daun merah kecokelatan dan merah kehijauan tergantung jenisnya (Rahardjo 2005). Apiaceae adalah famili yang tersebar dengan luas di dunia, yang terdiri dari 455 genera dengan lebih dari 3500 spesies (Baranski et al. 2005; Davila et al. 2002). Famili Apiaceae mempunyai karakter bunga dengan tingkat ketidak seragaman yang tinggi dengan bunga berbentuk kecil dan berkumpul dalam satu payung (kelompok bunga) (Davila et al. 2002). Purwoceng mempunyai daun majemuk yang menyirip ganjil, dengan anak daun tumbuh di sepanjang tangkai daun dengan kedudukan saling berhadapan. Pada ujung tangkai daun tumbuh daun tunggal. Bentuk anak daun membulat dengan pinggiran bergerigi, warna permukaan daun hijau dan permukaan bawah daun hijau keputihan (Rahardjo 2005). Tanaman purwoceng mempunyai akar tunggang, dengan akar bagian pangkal semakin lama akan bertambah ukurannya dan membentuk umbi seperti gingseng kemudian akar-akar rambut keluar di ujung-ujung akar tunggang (Rahardjo 2005). Tanaman purwoceng mulai berbunga pada umur 5 6 bulan setelah tanam, tangkai bunga keluar pada bagian ujung tanaman, dengan bunga majemuk membentuk payung. Purwoceng merupakan tanaman dataran tinggi, yaitu tumbuh pada ketinggian 1800 3300 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman tumbuh subur pada ketinggian sekitar 2000 m dpl dengan kondisi tanah yang subur dan gembur, RH udara berkisar

6 60 70% serta curah hujan di atas 4000 mm/tahun. Untuk pertumbuhan selain memerlukan tanah yang gembur dan subur, juga diperlukan tanah yang kaya bahan organik dengan ph tanah 5,7 6,0. Tanaman tidak tumbuh dengan baik pada tanah yang bertekstur liat. Untuk tanah yang kurang subur perlu dilakukan pemupukan terutama pupuk organik. Dari hasil penelitian terakhir membuktikan bahwa purwoceng dapat tumbuh baik pada ketinggian hingga 1500 m dpl dengan suhu udara 15,5 25,8 ºC dan kelembaban 60 90% (Rahardjo 2005). Perkembangan dan Pemasakan Benih Secara umum perkembangan benih dimulai dari terbentuknya zigot sampai benih masak yang terdiri atas tiga fase yaitu: fase histodiferensiasi, fase akumulasi asimilat dan fase pemasakan (Goldsworthy 1984; Bewley and Black 1994). Pada fase pertama ini terjadi pembelahan sel yang giat, baik pembelahan sel zigot untuk membentuk embrio maupun pembelahan sel endorperma primer untuk membentuk endosperma. Akibat dari pembentukan sel-sel baru ini ovule mengalami pertambahan berat kering. Walaupun terjadi penambahan berat kering dalam fase ini, tetapi jumlahnya masih sedikit yaitu ±10% dari berat kering akhir dan penambahan berat kering terjadi secara lambat. Fase pertama ini berakhir setelah pembelahan sel terhenti dan diferensiasi pembentukan embrio juga sudah sempurna (matang morfologis). Kadar air benih pada fase ini berkisar 80 85%. Fase ke dua merupakan periode penumpukan cadangan makanan (asimilat) atau periode pengisian benih yang efektif. Pada fase ini terjadi pembesaran sel dan hasil-hasil fotosintesis ditranslokasikan ke dalam benih yang sedang berkembang, sehingga terjadi penambahan berat kering dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang cepat (penambahan berat kering ± 80%). Berat basah relatif stabil, laju penurunan kadar air berkurang pada saat benih mendekati berat kering maksimum (Goldsworthy 1984; Bewley dan Black 1994). Pada akhir fase ke dua ini benih mencapai berat kering maksimum, dan pada saat tersebut benih sudah mencapai matang fisiologis (physiologycal maturity) (Goldsworthy 1984). Fase ke tiga merupakan fase pemasakan benih, pada fase ini benih sudah merupakan individu bebas dimana benih pada saat tersebut sudah tidak tergantung

7 pada tanaman induknya. Proses yang utama pada fase ini adalah penurunan kadar air benih yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (Goldsworthy 1984). Perubahan yang terjadi selama perkembangan benih adalah perkembangan secara morfologi, perubahan berat dan perubahan secara kimiawi (Copeland dan McDonald 1995). Selama perkembangan benih terutama pada saat akumulasi cadangan makanan juga terjadi perubahan terhadap kandungan kimia penting lainnya yaitu hormon atau zat pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin, sitokinin dan ABA. Kandungan auksin mencapai puncak pada benih yang sedang berkembang kemudian berkurang dengan jumlah yang relatif sedikit pada saat benih masak. Giberelin pada stadia awal perkembangan benih terdapat dalam bentuk aktif dan berubah menjadi bentuk tidak aktif pada benih masak. Kandungan sitokinin meningkat selama perkembangan benih, terutama pada saat jaringan benih sedang tumbuh dan kemudian jumlahnya menurun seiring dengan kemasakan benih. Seperti pada hormon lainnya, kandungan ABA mencapai puncak selama perkembangan benih dan kemudian menurun dengan cepat pada saat pengeringan benih (Bewley dan Black 1994). Hormon endogen tersebut berperan dalam perkembangan benih dan kemungkinan terlibat dalam beberapa proses seperti pertumbuhan dan perkembangan benih, akumulasi cadangan makanan, pertumbuhan dan perkembangan jaringan, dan cadangan makanan untuk perkecambahan dan pertumbuhan bibit. Indikasi kemasakan buah secara fisiologi dikenali dari perubahan morfologi, fisik dan biokimia buah. Kemasakan buah secara fisiologis seringkali digambarkan dengan ciri buah seperti warna, ukuran dan kadar air buah (Castellani dan Aquiar 2001). Penentuan kemasakan benih dapat dilakukan dengan cara memperhatikan warna buah, bau, kekerasan kulit buah atau benih, rontoknya buah atau benih dan pecahnya buah. Tolok ukur yang objektif untuk menentukan tingkat kemasakan yaitu berdasarkan berat kering dan vigor (Sadjad 1980). Menurut Suhartanto (2002) bahwa kandungan klorofil pada benih juga dapat digunakan sebagai penciri masak fisiologis pada benih tomat. Kandungan klorofil benih berkorelasi negatif dengan daya berkecambah sampai tahap akhir periode pemasakan benih

8 Perkecambahan Benih dan Sifat Dormansi Perkecambahan, secara morfologi didefinisikan sebagai transformasi dari bentuk embrio menjadi kecambah, secara fisiologi perkecambahan merupakan permulaan dari proses metabolisme dan pertumbuhan yang diawali dengan kondisi yang mendorong dimulainya transkripsi genom, secara biokimia perkecambahan merupakan serangkaian proses lintasan oksidatif dan sintetik (Khan 1977). Perkecambahan secara umum merupakan serangkaian kejadian yang dimulai dari proses imbibisi, aktivasi enzim, inisiasi pertumbuhan embrio, retak/pecahnya kulit benih dan terakhir munculnya kecambah (Copeland dan McDonald 1995). Menurut Bewley dan Black (1994), terdapat tiga fase pola penyerapan air selama perkecambahan benih. Fase pertama disebut fase imbibisi, pada fase ini air diserap oleh benih, baik benih dorman, benih non dorman, benih viabel dan benih non viabel. Proses ini berlangsung karena adanya perbedaan potensial air antara benih dengan air yang sangat besar. Fase ke dua atau lag phase adalah periode mulai aktifnya metabolisme sebagai persiapan untuk perkecambahan pada benih non dorman yang viabel. Fase ke tiga atau fase pertumbuhan hanya terjadi pada benih non dorman yang viabel, ditandai dengan munculnya radikula dan diikuti dengan proses pembelahan sel yang ekstensif, peningkatan laju penyerapan air dan perombakan cadangan makanan. Benih dorman secara umum digambarkan sebagai suatu kondisi dimana benih tidak mampu berkecambah sekalipun pada lingkungan yang mendukung untuk perkecambahan. Secara alamiah dormansi benih merupakan suatu mekanisme benih untuk mempertahankan viabilitasnya pada kondisi yang kurang menguntungkan. Menurut Mayer dan Mayber (1982), dormansi benih adalah suatu keadaan dimana benih tidak mampu berkecambah walaupun kondisi untuk perkecambahan (air, suhu, komposisi gas, dan cahaya) berada dalam keadaan optimum. Ellis, Hong dan Robert (1985) menyatakan bahwa dormansi benih dapat dikategorikan menjadi tujuh kelompok yaitu: (1) ecological dormancy, (2) hardseednes, (3) enforced dormancy, (4) induced dormancy, (5) water sensitivity, (6) embryo dormancy dan (7) innate dormancy. Dormansi yang diakibatkan oleh kelembaban yang kurang memenuhi syarat disebut ecological dormancy, sedangkan hardseedness disebabkan oleh kulit benih yang keras sehingga benih tidak dapat

9 mengimbibisi air. Enforced dormancy yaitu dormansi yang disebabkan oleh faktor lingkungan dimana benih dapat berkecambah jika faktor penghambat tersebut dihilangkan, induced dormancy yaitu dormansi karena salah satu faktor lingkungan dan apabila dikembalikan pada keadaan semula benih tetap dorman, dan innate dormancy yaitu dormansi yang terjadi sejak benih masih ada di tanaman induk. Water sensitivity yaitu benih tidak dapat berkecambah karena peka terhadap kelembaban tinggi dan tidak menunjukkan kerusakan pada kotiledon apabila diuji dengan tetrazolium sedangkan embryo dormancy yaitu dormansi yang disebabkan oleh embrio benih tidak dapat tumbuh atau berkembang karena adanya inhibitor dari kotiledon yang menghambat perkecambahan benih. Dormansi mungkin dikendalikan oleh keseimbangan antara hormon perangsang pertumbuhan dan hormon penginduksi dormansi yang ada di dalam organ yang sama. Di dalam hipotesis Khan (1977) dikemukakan bahwa terdapat keseimbangan promotor dan inhibitor dalam merangsang perkecambahan, yaitu: (1) hormon giberelin harus ada dalam semua kondisi tetapi aktivitasnya dapat dihambat oleh inhibitor, (2) hormon sitokinin dapat menutupi peran inhibitor, dan (3) jika tidak ada inhibitor sitokinin tetap berperan. Bewley dan Black (1994) mengemukakan bahwa di samping dormansi mempunyai dasar genetik, faktor lingkungan dapat menjadi pembatas terhadap derajat dormansinya. Derajat dormansi juga dipengaruhi oleh status hormonal yang disintesis selama proses perkembangan dan pemasakannya. Inhibitor dalam benih yang dibentuk pada fase pemasakan menyebabkan benih yang lebih masak mempunyai derajat dormansi yang lebih tinggi. Penelitian-penelitian tentang dormansi benih khususnya dari golongan serealea telah banyak dilakukan seperti pada tanaman padi, dan barley. Dormansi pada benih barley, dan benih sereal daerah iklim temperate lainnya, dinyatakan sebagai ketidakmampuan dari benih yang baru dipanen untuk berkecambah pada suhu >20 ºC, tetapi bisa berkecambah pada suhu yang relatif rendah (10-20 C) (Lenoir et al. 1986; Corbineau dan Come 1996). Dormansi pada benih barley juga terlihat di bawah kontrol ABA (Benech- Arnold et al. 2006). Giberelin bisa mengatasi dormansi pada sereal dan terlihat

10 tidak secara langsung terlibat dalam mengontrol dormansi, tetapi berperanan penting dalam menstimulir perkecambahan, dengan menurunkan level ABA (Bewley 1997). Dormansi morfologi dan fisiologi pada benih Chaerophyllum temulum (famili Apiaceae) dapat dipatahkan dengan perlakuan stratifikasi pada suhu 5 ºC, dimana benih bisa berkecambah pada rentang suhu yang luas. Peningkatan konsentrasi GA 3 dapat meningkatkan daya berkecambah, akan tetapi pemberian GA 3 tidak dapat menggantikan perlakuan stratifikasi dingin pada benih yang dikecambahkan pada suhu 23 ºC (Vandelook et al. 2007). Menurut Schutte and Knee (2005), benih Eryngium yuccifolium M. (Apiaceae) mempunyai dormansi yang disebabkan oleh embrio yang rudimenter yang tersimpan dalam endosperma, testa dan pericarp, dan perkecambahan hanya terjadi pada suhu 25 ºC. Berbagai Perlakuan Stimulasi Perkecambahan Pada prinsipnya terdapat dua metode stimulasi perkecambahan berdasarkan sifat dormansinya, yaitu dormansi eksogenus dan dormansi endogenus. Pada dormansi eksogenus umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan skarifikasi kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengampelasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan pada bagian tertentu dari benih. Perendaman benih atau perlakuan skarifikasi kimiawi biasa dilakukan dengan menggunakan air panas dan dan bahan-bahan kimia seperti asam kuat (H 2 SO 4 dan HCl), alkohol dan H 2 O 2 yang bertujuan untuk merusakkan atau melunakkan kulit benih. Penggunaan hormon seperti GA 3, etilen dan sitokinin serta bahan kimia KNO 3 merupakan perlakuan pematahan dormansi pada kasus dormansi endogenus. Selain penggunaan hormon dapat juga digunakan perlakuan stratifikasi benih dengan suhu tinggi, suhu rendah maupun perlakuan suhu berganti. Perlakuan stratifikasi secara tidak langsung berperan dalam memperbaiki keseimbangan hormon dan mempengaruhi metabolisme benih. Potasium nitrat (KNO 3 ) merupakan bahan kimia yang umum digunakan dalam merangsang perkecambahan benih. Menurut Mayer dan Mayber (1982), larutan KNO 3 dapat merangsang perkecambahan benih yang mengalami dormansi. Rangsangan ini tergantung pada konsentrasi yang diberikan.

11 Giberelin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh pada tanaman (fitohormon) yang mempunyai peranan dalam mempercepat proses perkecambahan benih. Weiss dan Ori (2007) menyebutkan bahwa salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah mendorong aktivitas enzim-enzim hirolitik pada proses perkecambahan benih. Selama proses perkecambahan benih, embrio yang sedang berkembang melepaskan giberelin ke lapisan aleuron. Giberelin tersebut menyebabkan terjadinya transkripsi beberapa gen penanda enzim-enzim hidrolitik diantaranya α-amilase. Kemudian enzim tersebut masuk ke endosperma dan menghidrolisa pati dan protein sebagai sumber makanan bagi perkembangan embrio.