PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

ABORTUS PROVOCATUS DAN HUKUM SYAFRUDDIN, SH, MH. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG MEMBANTU MELAKUKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI DI INDONESIA

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

I. PENDAHULUAN. pembuatan hukum baru dan penggantian hukum lama. Urgensi politik hukum

Abortus Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Oleh : Hj. Khusnul Hitamina

I. PENDAHULUAN. yang berarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Abortus Provocatus merupakan salah

PENGGUGURAN KANDUNGAN AKIBAT PEMERKOSAAN DALAM KUHP 1 Oleh : Freedom Bramky Johnatan Tarore 2

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keywords: Abortion, Victims, Rape, Criminal Code, Law No. 36 of 2009.

BAB II KETENTUAN TENTANG TINDAK PIDANA PENGGUGURAN KANDUNGAN. A. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi.

BAB XX KETENTUAN PIDANA

PAYUNG HUKUM PELAKSAAN ABORTUS PROVOKATUS PADA KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1

I. PENDAHULUAN. mampu melakukan penyaringan terhadap kebudayaan asing yang bersifat liberal. Para remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Yogyakarta adalah Daerah Istimewa yang terletak di tengah pulau

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

3 Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 56

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM S K R I P S I

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini,

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB I PENDAHULUAN. gelombang kejahatan yang cukup terasa dan menarik perhatian, terutama bagi

Jurnal Mimbar Justitia

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

PERBUATAN ABORSI DALAM ASPEK HUKUM PIDANA DAN KESEHATAN

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

ASPEK JURIDIS TERHADAP TINDAKAN ABORSI PADA KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN 1 Oleh : Trisnawaty Abdullah 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TINDAKAN ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH DOKTER DENGAN ALASAN MEDIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN Oleh : Clifford Andika Onibala 2

KAJIAN YURIDIS PIDANA DENDA TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DIBAWAH UMUR

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA MALPRAKTEK DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Malpraktek Ditinjau Dari KUHP (Kitab

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. belaka (machsstaat). Hal itu berarti bahwa Republik Indonesia adalah negara

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

PIDANA KERJA SOSIAL DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PEMIDANAAN DI INDONESIA

ABORSI DALAM PERSFEKTIF HUKUM RIKA LESTARI 1. Anak merupakan generasi penerus keluarga, bahkan anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

Kata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, perlindungan, korban perkosaan

BAB I PENDAHULUAN. Perdebatan mengenai aborsi di Indonesia akhir-akhir ini semakin ramai,

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TURUT SERTA TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTEK DI BIDANG MEDIS. dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB V PENUTUP. dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

JURNAL PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PEMERKOSAAN YANG MELAKUKAN ABORSI

BAB I PENDAHULUAN. hanya menimbulkan dampak positif, tetapi ada beberapa kebiasaan yang dinilai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga kadang

BAB III LEGALISASI ABORSI KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN. A. Latar Belakang Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

ABORTUS DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB III PERANAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK SABAGAI DASAR HUKUM DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

JURNAL KAJIAN TERHADAP TINDAKAN ABORSI BERDASARKAN KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

KAJIAN YURIDIS PENGGUGURAN KANDUNGAN (ABORTUS) DALAM PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN HAK-HAK KORBAN PERKOSAAN

BAB I PENDAHULUAN. dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

BAB III PENUTUP. Berdasarkan dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB III ABORSI DALAM KONTEKS KEDARURATAN MEDIS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

ASPEK HUKUM TERHADAP ABORTUS PROVOCATUS DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Kata Kunci : Aborsi, Keterangan Penyidik, Implikasi Hukum

SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

Transkripsi:

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh : Angga Indra Nugraha Pembimbing : Ibrahim R. Program Kekhususan: Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstract: The rise of illegal practices abortions is highly disturbing the society, it happens because the abortion's practices have been done illegally and without a medical indication by an authorized physician, which is illegal and will endanger the safety of pregnant women and theirs fetus. In Indonesia, abortion is kind of a criminal offense and has been regulated in the Criminal Code of Indonesia. There is a lot of way to fix this crime more widespreads, such as the enforcement of criminal law and gives a maximum penalty againts the offender. Key word: abortus, abortus provocatus criminalis. Maraknya praktik-praktik ilegal pengguguran kandungan semakin meresahkan masyarakat, hal itu terjadi dikarenakan praktik aborsi yang dilakukan secara illegal dan tanpa adanya indikasi medis oleh dokter yang berwenang, aborsi yang dilakukan secara ilegal akan membahayakan keselamatan ibu hamil beserta janinnya. Di Indonesia aborsi termasuk tindak pidana dan telah diatur dalam KUHP. Banyak cara untuk menanggulangi agar kejahatan ini tidak semakin meluas, salah satunya adalah penegakkan hukum pidana dan memberi sanksi maksimal terhadap pelaku. Kata kunci: aborsi, abortus provocatus criminalis. I. Pendahuluan A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang membuat dunia menjadi tanpa batas (borderless) membawa pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup dan pola perilaku bangsa Indonesia. Pengaruh budaya asing yang cenderung berkiblat pada dunia barat berdampak kuat pada pergaulan di dalam masyarakat khususnya remaja, pergaulan remaja yang semakin menjurus kearah seks bebas sudah sering menjadi isu di kalangan remaja. Pergaulan dan seks bebas tersebut kemudian memunculkan suatu persoalan baru yaitu abortus. Abortus merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku 1

pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku maupun pada masyarakat luas. Aborsi bukanlah suatu prosedur medis yang sederhana. Jika dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Bahkan bagi beberapa perempuan hal ini dapat mempengaruhi fisik, emosional dan spiritualnya. 1 Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu, abortus dapat terjadi secara alami (spontan) maupun secara buatan. Abortus spontan (keguguran) adalah mekanisme alamiah mengeluarkan hasil konsepsi yang abnormal, sedangkan abortus buatan (pengguguran) adalah terjadi akibat intervensi tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan. 2 Diperlukan adanya upaya penanggulangan terhadap persoalan abortus ini untuk mengontrol akibat-akibat negatif yang ditimbulkan. Antisipasi atas kejahatan tersebut diantaranya dengan memfungsikan instrumen hukum (pidana) secara efektif melalui penegakan hukum (law enforcement). 3 Sejauh ini, persoalan abortus buatan pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun, dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan abortus provocatus medicinalis yang dilakukan berdasarkan indikasi medik dan bersifat legal, sedangkan yang tidak dapat dibenarkan atau illegal adalah abortus provocatus criminalis yaitu abortus yang dilakukan berdasarkan indikasi non medik. 4 B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan hukum mengenai Abortus Provocatus Criminalis dan juga sanksi pidananya serta untuk mencegah terjadinya Abortus Provocatus Criminalis. selain itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan juga pemahaman mempergunakan hukum dalam penyelesaian suatu perkara. 1 Benneten Nakwani, 2011, Dampak Buruk Aborsi untuk Kesehatan, tersedia di URL: http://forum.viva.co.id/kesehatan/183395-dampak-buruk-aborsi-untuk-kesehatan.html diakses tanggal 28 Januari 2013 2 M Yusuf Hanafiah dan Amri Amir, 2007, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EDC, Jakarta, h.107 3 Waluyo, Bambang, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, h.2 4 M Yusuf Hanafiah dan Amri Amir, op.cit, h.108 2

II. Isi Makalah A. Metode Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah penelitian hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan undang-undang (statue approach) dan menggunakan studi dokumen atau bahan pustaka dengan meneliti bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. B. Hasil dan Pembahasan 1. Keberadaan Pengaturan Abortus Provocatus Criminalis Jika ditinjau dari KUHP kegiatan abortus telah dilarang dengan berbagai alasan sebagaimana diatur dalam Pasal 299 KUHP mengenai kejahatan terhadap kesusilaan. Serta Pasal 346-349 KUHP mengenai kejahatan berupa kesengajaan menggugurkan kandungan seorang wanita atau menyebabkan anak yang berada dalam kandungan meninggal dunia. 5 Dalam rumusan KUHP, kejahatan mengenai pengguguran kandungan dapat dibedakan menjadi: a. Yang dilakukan sendiri (Pasal 346 KUHP) b. Yang dilakukan oleh orang lain, dalam hal ini dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Atas persetujuannya (Pasal 347 KUHP) 2. Tanpa persetujuannya (Pasal 348 KUHP) Ada pula pengguguran kandungan yang dilakukan oleh orang lain baik atas persetujuannya ataupun tidak, dan orang lain itu adalah orang yang memiliki kualitas pribadi tertentu, yaitu dokter, bidan, dan juru obat (Pasal 349 KUHP). Jika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 75 ayat (2), maka dapat diambil suatu pemikiran/penafsiran bahwa apabila ada suatu indikasi kedaruratan medis, maka dapat dilakukan tindakan medis berupa aborsi. Yaitu yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. 5 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, 2010, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Sinar Grafika, Jakarta, h.12 3

2. Pemidanaan Pelaku Abortus Provocatus Criminalis Dalam tindak pidana abortus provocatus criminalis, ada beberapa orang yang dapat dikategorikan sebagai pelaku yakni: a. Ibu yang mengandung janin, dapat disebut sebagai pelaku yang melakukan sendiri, apabila ia melakukan sendiri abortus terhadap kandungannya, tanpa bantuan atau turut campur pihak lain, misalnya dengan minum-minuman/obat-obatan yang dapat menggugurkan kandungannya. Dan dapat dijerat dengan: - Pasal 346 KUHP dengan ancaman pidana penjara paling lama empat tahun b. Suami, Keluarga, Pacar, Kerabat dan atau teman dari ibu hamil yang menganjurkan/menggerakkan untuk melakukan abortus terhadap kandungan si ibu dengan berbagai alasan. Dan dapat dijerat dengan: - Pasal 347 ayat (1) yaitu jika tanpa persetujuan wanita yang mengandung, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. - Pasal 347 ayat (2) yaitu jika tanpa persetujuan wanita yang mengandung dan mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. - Pasal 348 ayat (1) yaitu dengan persetujuan wanita yang mengandung, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. - Pasal 348 ayat (2) yaitu dengan persetujuan wanita yang mengandung dan mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. c. Dokter, bidan, atau perawat yang turut serta bersama-sama menggugurkan kandungan seorang ibu yang sedang mengandung tanpa adanya indikasi medis, serta tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu. - Oleh karena pelaku yang dimaksud adalah tenaga medis, berdasarkan ketentuan Pasal 63 ayat (2) dan Pasal 103 KUHP, maka yang diberlakukan adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Berdasarkan Pasal 194 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yang menyatakan: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana 4

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Berdasarkan ketentuan sanksi pidana diatas, dapat diketahui bahwa pelaku dapat dipidana dengan jenis pidana komulatif yaitu pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun, dan pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). III. Penutup A. Kesimpulan Telah diaturnya abortus sebagai tindak pidana terlihat dari pengaturan KUHP Bab XIX mengenai kejahatan terhadap nyawa dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana di dalamnya menunjukkan upaya penanggulangan tindak pidana abortus provocatus criminalis yang dilakukan Pemerintah Indonesia cukup serius. Dengan melarang dan menganggap illegal semua praktik abortus yang tidak dengan indikasi medis, hal itu dianggap langkah terbaik oleh Pemerintah untuk melindungi ibu hamil beserta janinnya dan untuk menekan angka abortus. B. Saran Penanggulangan dan pencegahan terhadap abortus provocatus criminalis merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, begitu juga dengan peran penting pemerintah dan aparat hukumnya agar dapat menegakkan hukum terhadap pelaku abortus seadil-adilnya, dengan memperhatikan dampak terhadap korban dan juga masyarakat. Seharusnya pemerintah lebih ketat dalam mengawasi fasilitas praktik-praktik abortus. Sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang hanya memperbolehkan praktik abortus dengan alasan darurat medis dan korban perkosaan. DAFTAR PUSTAKA Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir, 2007, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EDC, Jakarta. Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang, 2010, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Sinar Grafika, Jakarta. Waluyo, Bambang, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. Nakwani, Benneten, 2011, Dampak Buruk Aborsi untuk Kesehatan, tersedia di URL: http://forum.viva.co.id/kesehatan/183395-dampak-buruk-aborsi-untuk-kesehatan.html diakses tanggal 28 Januari 2013 5