Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Potensi Air Kondensat Sebagai Media Pendingin Untuk Aplikasi Modul Evaporative Cooling Terhadap Performansi AC Split 1 PK

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Performansi Mesin Pengkondisian Udara Hibrida dengan Kondensor Dummy Tipe Multi Helical Coil sebagai Water Heater

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

POTENSI PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA KONDENSOR AC SENTRAL UNTUK PEMANAS AIR HEMAT ENERGI

Penggunaan Thermal Energy Storage sebagai Penyejuk Udara Ruangan dan Pemanas Air pada Residential Air Conditioning Hibrida

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

BAB II LANDASAN TEORI

TEMPERATUR SISTEM RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA PADA PROSES CHARGING DAN DISCHARGING DENGAN THERMAL ENERGY STORAGE

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI

Performansi Mesin Pendingin Tipe Chiller untuk Cold Storage dan Indoor Menggunakan Ethylene Glycol Coolant

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

PENGARUH ALAT EKSPANSI TERHADAP TEMPERATUR DAN TEKANAN PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN

IV. METODE PENELITIAN

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split) Azridjal Aziz1,a *, Idral2,b, Herisiswanto3,b Rahmat Iman Mainil4,c, David Jenvrizen5,d 1,,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Jl. Subrantas km 12,5, Pekanbaru, 28293, Indonesia a azridjal@yahoo.com, bidral_amri@yahoo.com, cheri_ft_unri@yahoo.ac.id, d rahmat.iman@gmail.com, edavidjenvrizen@ymail.com Abstrak Evaporative Cooling (EC) merupakan proses pendinginan udara yang mengalir melintasi permukaan basah dengan menguapkan air dari permukaan basah tersebut sehingga temperatur udara sekitarnya turun menjadi lebih rendah (mendinginkan udara). Penerapan EC pada mesin pengkondisian udara tipe terpisah (AC Split) akan menurunkan temperatur udara lingkungan yang masuk ke kondensor, sehingga mempengaruhi kinerja AC Split. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan kinerja AC Split pada penerapan EC dengan laju aliran air ke EC yang berbeda (0,88 Liter/menit, 1,04 Liter/menit dan 1,22 Liter/menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan EC, temperatur udara yang mengalir masuk ke kondensor turun lebih rendah dibanding kondisi tanpa EC dengan perbedaan temperatur sekitar 6oC, hal ini juga menyebabkan tekanan kondensor dan tekanan evaporator menjadi turun. Makin cepat laju aliran air ke EC, maka tekanan kondensor dan tekanan evaporator akan turun lebih rendah, sehingga komsumsi energi listrik turun dan kinerja AC Split naik sampai 20% pada laju aliran air ke EC 1,22 L/menit. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Evaporative Cooling memberikan kinerja mesin pengkondisian udara tipe Split (AS Split) yang lebih baik pada laju aliran air ke EC yang lebih tinggi (1,22 L/menit). Kata kunci : Evaporative Cooling, kondensor, evaporator, AC Split, mesin pengkondisian udara (outdoor) yang bertemperatur lebih rendah sehingga refrigeran seluruhnya akan berada dalam fasa cair (kondensasi) [1]. Pendahuluan Mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap Standar (SKU) pada adalah salah satu jenis mesin konversi energi, dimana sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek pendinginan. Efek pendinginan dapat diperoleh di evaporator karena refrigeran (fluida kerja) di evaporator yang berada pada temperatur dan tekanan yang rendah akan menyerap panas dalam ruangan yang bertemperatur lebih tinggi dari evaporator (indoor). Sebaliknya, refrigeran ini di kondensor akan membuang membuang panas yang diserap di evaporator ke udara luar Siklus Kompresi Uap (SKU) standar, seperti tampak pada Gambar 1, memiliki empat komponen utama yaitu, kondensor, katup ekspansi dan evaporator [2]. Dari Gambar 1. tampak bahwa temperatur refrigeran yang keluar dari masih sangat tinggi, refrigeran bertemperatur tinggi ini sangat ideal untuk dimanfaatkan sebagai Heat Recovery System (HRS) pada daerah a2s dengan menempatkan kondensor dummy

sebelum kondensor utama untuk kebutuhan air panas. Pada kondensor utama ditempatkan sebuah modul Evaporative Cooling (EC) pada daerah 3-a. Air dingin untuk kebutuhan EC diperoleh dari air kondensat yang diperoleh dari proses penyerapan kalor di evaporator (indoor) atau dari sumber air tertentu. [3,4]. Proses EC sederhana dapat dilihat pada Gambar 2 [5]. Penambahan EC pada kondensor utama dapat meningkatkan kinerja RAC. apabila temperatur pada kondensor (outdoor) naik 1 ºC, Coefficient of Performance (COP) dari AC akan turun sekitar 3%. Sehingga untuk mengatasi masalah ini maka udara yang akan mendinginkan kondensor perlu diturunkan temperaturnya dengan Evaporative Cooling (EC), sehingga temperatur dan tekanan kondensor turun dan COP akan menjadi lebih baik. E.Hajidavallo [7,8], Vrachopoulos [9], Hu dan Wang [10] telah menggunakan EC dengan media pad maupun menggunakan water sprayer untuk mengkondisikan udara yang akan melewati kondensor untuk AC Window (tipe jendela) dan AC industri maupun AC Central. Penggunaaan EC dapat menurunkan temperatur dan tekanan kondensor secara berarti sehingga akan meningkatkan efisiensi energi RAC. Pada penelitian ini dikembangkan sebuah modul evaporative cooling, yang ditempatkan pada bagian belakang kondensor (outdoor unit). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan evaporative cooling terhadap peningkatan kinerja AC Split pada penerapan EC dengan laju aliran air yang bervariasi dari 0,88 Liter/menit, 1,04 Liter/menit dan 1,22 Liter/menit, yang dialirkan ke media evaporative pad pada modul EC. Gambar 1. Model Siklus Kompresi Uap [2] Metodologi Penelitian Tahapan dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur pada penggunaan EC pada mesin refrigerasi siklus kompresi uap yang ditempatkan pada kondensor. Selanjutnya dikembangkan sebuah modul EC yang ditempatkan pada kondensor seperti tampak pada Gambar 3. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan AC Split 1 PK dengan Refrigeran HCR-22 (refrigeran hidrokarbon) dengan penambahan sistem evaporative cooling pada kondensor, Gambar 2. Proses Evaporative Cooling sederhana (diadaptasi dari [5]) Hasil penelitian Chainarong Chaktranond and Peachrakha Doungsong [6] menunjukkan,

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan debit air yang diterima media evaporative pad terhadap perubahan temperatur input ke kondensor, tekanan dan evaporator, dan koefisien kinerja (COP) mesin pendingin tipe terpisah (AC Split). Media evaporative pad yang digunakan terbuat dari bahan kertas khusus yang dapat menyerap air namun tidak merubah fisik kertas. Kertas yang digunakan adalah jenis corrugated paper dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 4. Penggunaan Evaporative Cooling pada AC Split Pada penelitian ini data yang dianalisis adalah temperatur input dan output di kondensor, tekanan dan evaporator. Koefisien kinerja (Coeficient of Performance, COP) mesin pendingin tipe terpisah dihitung menggunakan persamaan 1. COP = (1) QL (kapasitas pendinginan) di evaporator dihitung menggunakan persamaan 2: Gambar 3. Sketsa penerapan modul EC pada kondenser (outdoor unit), diadaptasi [6] QL = ṁ (h1 h4) Peralatan atau unit mesin pendingin yang digunakan dalam pengujian ini adalah mesin pengkondisian udara dengan penambahan sistem evaporative cooling pada kondensor (outdoor unit), dapat dilihat pada Gambar 4. (2) dimana QL = kapasitas pendinginan pada evaporator (kw), ṁ = laju aliran massa refrigeran (kg/s), h1 = entalpi Refrigeran masuk (kj/kg) h4 = entalpi refrigeran masuk evaporator (kj/kg). Kerja sama dihitung menggunakan persamaan 3 [1,2] yang merupakan selisih entalpi uap refrigeran yang keluar dengan entalpi uap refrigeran yang masuk ke. wk = h2 h1 (3)

dimana: wk = kerja spesifik (kj/kg), h2 = entalpi gas refrigeran keluar (kj/kg). Hasil dan Pembahasan Gambar 5 menunjukkan temperatur lingkungan dan temperatur input ke kondensor dengan menggunakan evaporative cooling (EC) dan tanpa penggunaan evaporative cooling (TEC) atau kondisi AC Split standar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan penggunaan EC temperatur input ke kondensor turun lebih rendah dari temperatur lingkungan seperti tampak pada Gambar 5. Temperatur input rata-rata ke kondensor dengan EC pada debit 0,88 Liter/menit, 1,04 Liter/menit dan 1,22 Liter/menit ke media evaparotive pad berturut-turut adalah 27,18 o C, 26,14 oc dan 25,32 oc. Sedangkan temperatur input rata-rata ke kondensor tanpa menggunakan EC adalah 32,47 oc. Artinya dengan menggunakan EC maka temperatur input akan lebih rendah dibandingkan kondisi AC Split standar atau tanpa EC (TEC). Hal ini disebabkan makin besar debit air ke EC, makin rendah temperatur input ke kondensor yang dihasilkan dan makin banyak jumlah air yang diuapkan, sehingga makin banyak kalor sekitarnya yang diserap. Gambar 5. Temperatur lingkungan dan temperatur input ke kondensor dengan EC dan Tanpa EC (TEC) terhadap waktu Gambar 6 menunjukkan temperatur lingkungan dan temperatur output dari kondensor dengan menggunakan evaporative cooling (EC) dan tanpa penggunaan evaporative cooling (TEC) atau kondisi AC Split standar. Gambar 6. Temperatur lingkungan dan temperatur output dari kondensor dengan EC dan Tanpa EC (TEC) terhadap waktu Dari Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa temperatur output dari kondensor menggunakan EC lebih rendah dari temperatur output kondensor tanpa EC (TEC). Temperatur output rata-rata dari kondensor dengan EC pada debit 0,88 Liter/menit, 1,04

Liter/menit dan 1,22 Liter/menit ke media evaparotive pad berkisar 38 oc - 36 oc. Sedangkan temperatur output rata-rata dari kondensor tanpa menggunakan EC (TEC) sekitar 50 oc. Artinya sama seperti temperatur input ke kondensor, dengan menggunakan EC maka temperatur output dari kondensor akan lebih rendah dibandingkan kondisi AC Split standar atau tanpa EC (TEC), karena temperatur input ke kondensor lebih rendah dari temperatur lingkungan. Semakin besar debit air ke EC, semakin rendah temperatur output dari kondensor yang dihasilkan dibandingkan kondisi AC Split standar atau tanpa EC (TEC), hal ini sebanding dengan temperatur input dari kondensor. Gambar 7 memperlihatkan tekanan dan tekanan evaporator menggunakan evaporative cooling (EC) dan tanpa penggunaan evaporative cooling (TEC) atau kondisi AC Split standar. Dari Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa tekanan menggunakan EC lebih rendah dari tekanan tanpa EC (TEC), hal sama juga terjadi pada tekanan evaporator. Makin besar debit air ke ke media evaparotive pad pada EC (debit 0,88 Liter/menit, 1,04 Liter/menit dan 1,22 Liter/menit), maka semakin rendah tekanan atau tekanan evaporator yang diperoleh. Tekanan berhubungan dengan komsumsi listrik penggerak, dimana pada tekanan yang lebih rendah, konsumsi listrik juga lebih rendah, sehingga penggunaan EC pada AC Split dapat menghemat penggunaan energi listrik. Gambar 7. Tekanan kompesor dan tekanan evaporator pada AC Split dengan EC dan Tanpa EC (TEC) terhadap waktu Gambar 8 menunjukkan Coefficient of performance menggunakan evaporative cooling (EC) dan tanpa penggunaan evaporative cooling (TEC) atau kondisi AC Split standar dengan debit aliran ke EC yang berbeda (debit 0,88 Liter/menit, 1,04 Liter/menit dan 1,22 Liter/menit). Tampak dari Gambar 8 bahwa koefisien kinerja atau COP menggunakan EC lebih tinggi dari COP tanpa EC (TEC). Semakin besar debit air ke ke media evaparotive pad pada maka semakin tinggi pula bahwa koefisien kinerja atau COP diperoleh pada AC Split dengan EC dibanding tanpa EC (TEC). Secara umum penerapan evaporative cooling pada AC jenis terpisah (AC Split) akan memberikan kinerja yang lebih baik. Kinerja yang lebih yang baik menggunakan EC akan menghemat penggunaan energi listrik pada tingkat kenyamanan termal ruangan yang sama.

Referensi [1] Stoecker, W.F., dan Jones, J.W., Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Erlangga, Jakarta, 1994. [2] Michael J. Moran, Howardn. Shapiro, Daisie D. Boettner, dan Margaret B. Bailey, Fundamentals of Engineering Thermodynamics, seventh ed., John Wiley & Sons, Inc, 2011. [3] K. R. Aglawe, M. S. Matey, dan N. P. Gudadhe, Experimental Analysis of Window Air Conditioner using Evaporative Cooling, International Journal of Engineering Research & Technology. 2 (2013) 1-6. [4] I Nengah Ardita, I Nyoman Suamir dan Sudirman, Kajian Eksperimental Aplikasi Air Kondensat sebagai Evaporative Cooling pada Kondensor AC Split, Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIII (SNTTM XIII) Depok. 2014, 480-484. [5] Informasi pada http://etheses.nottingham.ac.uk/674/1/muazu PhdTheses.pdf [6] Chainarong Chaktranonda, and Peachrakha Doungsong, An Experimental Evaluation of Energy Saving in a Split-type Air Conditioner with Evaporative Cooling Systems, International Transaction Journal of Engineering, Management, & Applied Sciences & Technologies. 1 (2010), 9-18. [7] E. Hajidavalloo, H. Eghtedari, Performance improvement of air-cooled refrigeration system by using evaporatively cooled air condenser, International Journal of Refrigeration. 33 (2010) 982-988. [8] Ebrahim Hajidavalloo, Application of evaporative cooling on the condenser of window-air-conditioner, Applied Thermal Engineering. 27 (2007) 1937 1943. [9] Michalis Gr. Vrachopoulos, Andronikos E. Filios, Georgios T. Kotsiovelos, Eleftherios D. Kravvaritis, Incorporated evaporative condenser, Applied Thermal Engineering. 27 (2007) 823-828. [10] Tianwei Wang, Chenguang Sheng, A.G. Agwu Nnanna, Experimental investigation of air conditioning system usingevaporative cooling condenser, Energy and Buildings. 81 (2014) 435-443. Gambar 8. Coefficient of Performance (COP) pada AC Split dengan EC dan Tanpa EC (TEC) terhadap waktu Kesimpulan Kajian tentang penerapan evaporative cooling untuk peningkatan kinerja mesin pengkondisian udara tipe terpisah (AC Split) telah dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Evaporative Cooling akan memberikan kinerja mesin pengkondisian udara tipe terpisah (AS Split) yang lebih baik pada laju aliran air ke EC yang lebih tinggi (1,22 L/menit). Semakin besar debit air yang dialirkan ke media evaporative pad pada sistem Evaporative Cooling (EC), maka semakin rendah temperatur input dan output ke kondensor. Semakin rendah pula tekanan yang diperoleh di dan evaporator sehingga koefisien kinerja COP lebih baik (20%) atau lebih hemat energi, bila dibanding pada kondisi tanpa Evaporative Cooling (TEC) atau AC Split standar.