BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia tidak terlepas dari pendidikan tersebut, baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan ilmu yang lebih tinggi, serta sikap dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menjadi tantangan bangsa dalam mempersiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas (2013) menjelaskan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dilatih dan diarahkan agar menjadi manusia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung, sampai saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Sehingga masyarakat harus dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkannya dengan diiringi kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi Untuk menunjang penguasaan ilmu pengetahuan tersebut diperlukan pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan perkembangan ekonomi. Suatu proses pendidikan yang benar-benar inovatif harus mempersiapkan anak didik untuk menghadapi perubahan serta memberikan kemampuan kepada mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dan untuk menjawab tantangan secara lebih efektif. Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik. 1 71. 1 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 1

2 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Namun kenyataannya masih jauh dari harapan, bahkan dalam hal tertentu ada gejala penurunan dan kemerosotan. Misalnya kemerosotan moral peserta didik yang ditandai oleh maraknya perkelahian pelajar dan mahasiswa, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan, seks bebas, kecurangan dalam ujian dan sebagainya. Menghadapi berbagai masalah di atas, perlu dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan secara utuh dan menyeluruh, terutama berkaitan dengan pendidikan. Pemerintah juga terus-menerus melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan penyempurnaan sistem pendidikan. Salah satu upaya tersebut antara lain adalah tentang perubahan kurikulum. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi dan berbasis karakter, yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemerintah berupaya untuk menghidupkan 2 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional & Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2010 tentang penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2013), Cet. Ke-5, h. 2.

3 kembali pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan berbasis karakter. Melalui pengembangan kurikulum 2013 tersebut diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara efektif dan efisien, agar menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan mulai tahun pelajaran 2013/2014 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV untuk SD, kelas VII untuk SMP, dan kelas IX untuk SMA/SMK. Karena adanya usul dan saran dari berbagai pihak, pelaksanaan dilakukan secara terbatas dan bertahap pada beberapa sekolah unggulan, yang dipandang siap untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, termasuk untuk jenjang sekolah dasar. Sekolah Dasar merupakan salah satu dari jenjang pendidikan formal yang memegang peranan penting sebagai awal dari pengenalan terhadap berbagai mata pelajaran. Dalam Implementasi kurikulum 2013, murid sekolah dasar tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah. Pada Kurikulum 2013 khususnya di sekolah dasar digunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan (mengintegrasikan dan memadukan) beberapa mata pelajaran. Artinya, jika guru mengadakan kegiatan belajar dan mengajar secara tematik, maka ia harus merancang pembelajaran berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran ini

4 menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk dikaitkan atau dihubungkan dengan kehidupan nyata peserta didik sehari-hari kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya, salah satunya adalah mata pelajaran Matematika. Dengan demikian, matematika merupakan salah satu komponen dari pembelajaran tematik. Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Materi yang diajarkan dalam pelajaran Matematika disesuaikan dengan kemampuan peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. Hal tersebut mencerminkan betapa pentingnya pelajaran Matematika dalam menentukan perkembangan peserta didik dengan tujuan, antara lain yaitu untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan untuk bekerjasama. 3 Dewasa ini, lulusan-lulusan dari setiap satuan pendidikan, baru menunjukkan standar kompetensi lulusan pada permukaan saja, atau hanya kulitnya saja. Kondisi ini juga boleh jadi disebabkan karena alat ukur atau penilaian keberhasilan peserta didik dari setiap satuan pendidikan hanya menilai permukaannya saja, sehingga hasil penilaian tersebut belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Salah satu tugas guru dalam proses pembelajaran adalah melakukan penilaian terhadap setiap kegiatan yang terselenggara dalam proses pembelajaran. Hal ini berpangkal dari suatu fakta yang bersifat kondrati tentang keingintahuan dari setiap manusia mengenai hasil dari aktivitas/kegiatan yang telah 3 Ibrahim dan Suparni, Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya, (Yogyakarta: SUKA-PRESS, 2012), h. 33.

5 dilakukannya. Penilaian juga bertujuan untuk mengetahui apakah proses dan usaha yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. At-Taubah ayat 105 berikut: Tafsir dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada Rasulnya, agar menyampaikan kepada mereka bahwa, apabila mereka telah melakukan amal-amal saleh tersebut, maka Allah dan Rasul-Nya serta orangorang mukmin lainnya akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. 4 Menurut Hamka, amal artinya ialah pekerjaaan, usaha, perbuatan atau keaktifan hidup. 5 Jika dikaitkan dengan pendidikan, ayat diatas menunjukkan tentang pentingnya melakukan penilaian terhadap usaha/kinerja yang sudah dilakukan, sebagai acuan/tolak ukur untuk dapat melakukan usaha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan agar lebih baik, sehingga tujuan yang dicita-citakan akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya. Pada implementasi kurikulum 2013, untuk mengetahui hasil yang diperoleh dalam pembelajaran digunakan penilaian yang autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang melibatkan peserta didik di dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting dan bermakna. Penilaian autentik mengukur, 4 Departemen Agama Republik Indonesia Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur an, Al Qur an dan Tafsirnya jilid VI Juz 10-12, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1997/1998), h. 245. 5 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XI-XII, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1994)

6 memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (mencakup domain afektif, psikomotorik dan kognitif) baik yang tampak pada proses pembelajaran baik berupa perubahan maupun perkembangan aktivitas dan perolehan belajar selama proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Proses penilaian autentik mengungkapkan usaha siswa yang mencerminkan bagaimana peserta didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Penilaian proses dan hasil belajar merupakan aspek yang sangat penting dalam rangka menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dalam suatu pembelajaran. Seorang guru dapat dikatakan telah memberikan pembelajaran jika terjadi perubahan tingkah laku terhadap siswanya tentunya kearah yang positif, juga menjadikan siswanya tahu dan mengerti tentang ilmu pengetahuan yang disampaikan. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan seorang guru adalah memperhatikan tahapan evaluasi pembelajaran supaya dapat memberikan penilaian yang baik bagi siswanya. Dengan demikian, penilaian dalam proses pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat disangsikan fungsi dan peranannya. Tanpa ada kegiatan penilaian tidak akan mungkin seorang guru dapat mengembangkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan karena tidak tersedianya informasi yang akurat tentang kelebihan atau kekurangan dari berbagai praktikpraktik yang telah dilakukannya di dalam proses pembelajaran itu sendiri. Demikian pula bahwa dengan kegiatan penilaian akan diperoleh data tentang sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap bahan yang telah tersaji dalam

7 interaksi belajar mengajar dan sekaligus juga dapat diketahui efektifitas dan efesiensi program pengajaran yang telah dilakukan. Penilaian autentik sangat relevan dengan pembelajaran tematik, khususnya untuk jenjang sekolah. Dalam pembelajaran tematik penilaian autentik dapat dibuat dengan kreatifitas guru dan inovasi baik dalam tes dan pengamatan yang baik untuk memberikan hasil yang diinginkan bagi hasil pembelajaran. 6 Berdasarkan hasil penjajakan awal, SDN Semangat Dalam 2 telah melaksanakan Kurikulum 2013 dengan menggunakan pembelajaran tematik di kelas I dan IV. Sebelumnya, pembelajaran tematik dilaksanakan pada kelas 1,2 dan 3, sedangkan pada mata pelajaran kelas IV, V dan VI proses pembelajaran dilakukan per-mata pelajaran atau berdiri sendiri. Pada tahun ajaran 2013/2014 SDN Semangat Dalam 2 adalah salah satu dari tiga sekolah dasar yang melaksanakan kurikulum 2013 atas rekomendasi/penunjukkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Kuala. Dari uraian di atas, mengingat barunya pelaksanaan kurikulum 2013 dan pentingnya hal-hal yang berkaitan dengan penilaian, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah atau cara guru dalam memberikan penilaian secara autentik untuk komponen Matematika yang di ajarkan secara tematik berdasarkan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul: Penilaian Autentik Komponen Matematika pada Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 di Kelas IV SDN Semangat Dalam 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. 6 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2013, Contoh Penerapan Penilaian Autentik SD Kelas IV, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), h. 2.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu: Bagaimana penilaian autentik komponen Matematika pada pembelajaran tematik berdasarkan Kurikulum 2013 di kelas IV SDN Semangat Dalam 2 tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian autentik komponen Matematika pada pembelajaran tematik berdasarkan Kurikulum 2013 di kelas IV SDN Semangat Dalam 2 tahun pelajaran 2013/2014. D. Definisi Operasional dan Lingkup Pembahasan 1. Definisi Operasional Untuk memperjelas pengertian judul di atas, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut: a. Penilaian Autentik Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. 7 Menurut Husamah dan Yanur Setyaningrum penilaian autentik 7 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2013, Konsep Penerapan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), h. 2.

9 adalah penilaian yang melibatkan peserta didik di dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting dan bermakna. 8 Penilaian autentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (mencakup domain afektif, psikomotorik dan kognitif) baik yang tampak sebagai proses hasil pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas dan perolehan belajar selama proses pembelajaran Jadi, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik berdasarkan proses pembelajaran dan hasil belajar yang melibatkan peserta didik dalam tugas-tugas yang autentik. b. Kurikulum 2013 Secara bahasa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; Perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus. 9 Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan melalui kurikulum berbasis karakter dan kompetensi. Kurikulum 2013 yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Kurikulum pendidikan yang mulai diterapkan pemerintah pada tahun 2013. 8 Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran Untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), h. 126. 9 Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. ke-10, h. 479.

10 c. Komponen Matematika pada Pembelajaran Tematik Komponen secara bahasa adalah bagian dari keseluruhan; unsur. 10 Sedangkan tematik adalah bersifat tema; menjadi tema. Tema/ pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagi dasar mengarang, mengubah sajak dan sebagainya. 11 Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk dikaitkan atau dihubungkan dengan kehidupan nyata peserta didik sehari-hari kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Komponen Matematika pada pembelajaran tematik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran tematik untuk bagian Matematika(materi Matematika) yang di ajarkan berdasarkan tema yang dikaitkan atau dihubungkan dengan kehidupan nyata peserta didik sehari-hari kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. 2. Lingkup Pembahasan Selanjutnya agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka bahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: a. Kelas yang diteliti adalah kelas IV C SDN Semangat Dalam 2 tahun pelajaran 2013/2014. b. Guru yang diteliti adalah guru kelas IV C SDN Semangat Dalam 2 tahun pelajaran 2013/2014. 10 Ibid., h. 517. 11 Ibid., h. 921.

11 c. Pembelajaran Tematik yang diteliti adalah pembelajaran tematik untuk komponen Matematika. d. Penilaian Autentik yang diteliti adalah penilaian autentik untuk komponen Matematika pada pembelajaran tematik. Penilaian ini diperoleh dari hasil wawancara, hasil observasi pembelajaran di kelas dan hasil dokumentasi terhadap perangkat perencanaan pembelajaran guru tersebut (RPP). Penilaian hasil belajar siswa dilihat dari skor akhir siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan materi Matematika (Rekap nilai untuk satu tema). E. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Menambah wawasan pengetahuan kepada pembaca mengenai penilaian autentik terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar pada materi Matematika yang di ajarkan secara tematik berdasarkan Kurikulum 2013. 2. Sebagai bahan informasi bagi guru untuk selalu meningkatkan sistem pembelajaran dan penilaian khususnya pada materi Matematika 3. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka inovasi sistem pembelajaran, akselarasi mutu dan kualitas pendidikan di SDN Semangat Dalam 2. 4. Bahan acuan atau masukan bagi peneliti dan peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lebih mendalam terhadap objek yang sama.

12 F. Alasan Memilih Judul Alasan peneliti memilih sehingga tertarik untuk mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut judul: 1. Sekolah Dasar merupakan salah satu dari jenjang pendidikan formal yang memegang peranan penting sebagai awal dari pengenalan terhadap berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran Matematika. 2. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru, yang dikembangkan dari kurikulum berbasis kompetensi dan karakter. Dalam pelaksanaannya Matematika di ajarkan secara tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik dan penilaian yang autentik. 3. Peneliti ingin mengetahui bagaimana cara guru dalam melakukan dan memberikan penilaian yang autentik untuk komponen Matematika yang diajarkan secara tematik. G. Sistematika Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sistematika penelitian yang terdiri dari lima bab dan masing-masing bab diperinci menjadi beberapa subbab, yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, batasan pembahasan, signifikansi masalah, alasan memilih judul, dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teoritis, berisi tentang Kurikulum, Kurikulum 2013, pembelajaran di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum 2013, penilaian autentik

13 komponen Matematika pada pembelajaran tematik dan pelaporan penilaian hasil belajar di sekolah dasar berdasarkan Kurikulum 2013. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV Laporan Hasil Penelitian, berisi tentang gambaran umum penelitian, lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran saran.