BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

JADWAL INSTANSI YANG MELAKSANAKAN SHALAT TARAWEH DI MASJID BAITURROHIM BALAIKOTA MALANG TAHUN 1436 H / 2016 M

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANKING NILAI RATA-RATA TAHUN 2011/2012 KOTA MALANG

RANKING NILAI TERTINGGI TAHUN 2011/2012 KOTA MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Kota Malang terletak di Provinsi Jawa Timur, Kota ini terletak 90 km

S A L I N A N NOMOR 4/D, 2008 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

1. Pendahuluan PEMANFAATAN ARCGIS ONLINE SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN INFORMASI SPASIAL KOTA MALANG

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) ONLINE JALUR WILAYAH

PPWK KONSEP PRASARANA & SARANA PERMUKIMAN ARIS SUBAGIYO/PPWK/2016

Sekolah Dasar (SD) Di Kecamatan Blimbing 1. SDN Purwodadi 1 Jl. Ahmad Yani 165A Malang 2. SDN Purwodadi 2 Jl. Plaosan Barat 57 Malang 3.

DAFTAR ALAMAT PEJABAT, PERANGKAT DAERAH DAN UNIT KERJA NO. PEJABAT LOKASI KETERANGAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG

Jumlah RW RT. Luas Area (Km²) %Terhadap Luas Kota. Kecamatan. Kelurahan

KEPALADINAS PENDIDIKANKOTAMALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN GEDUNG DAN RUANGAN KANTOR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG. No. 0905/Pdt.G/2013/PA.Mlg. Batas wilayah Kota Malang, adalah:

SALINAN NOMOR 26/E, 2009

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA MALANG,

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten

Daftar Lokasi Taman Kota

sekolah, diperuntukkan calon peserta didik penduduk Kota Malang b. Jalur online reguler, untuk semua calon peserta didik dengan

PENGUMUMAN. Salam Pramuka!

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GAJI, LINGKUNGAN KERJA DAN INSENTIF TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI KPP PRATAMA MALANG UTARA DAN MALANG SELATAN

INDIKATOR DAN PENILAIAN TINGKAT KERAWANAN PANGAN KELURAHAN UNTUK DAERAH PERKOTAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu, bahwa. keberadaan dokumen RPJMD bukan hanya untuk memenuhi

BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG TENTANG CERAI GUGAT KARENA ISTRI SELINGKUH

BAB III. DESKRIPSI KASUS PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/Pdt.P/2013/PA.

BAB III. PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI (STUDI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG No. 913/Pdt.P/2003/PA.

DAFTAR PUSTAKA. Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, Bogor, kencana, Aibak Kutbuddin, Kajian Fiqh Kontemporer, Yogyakarta,Penerbit Teras, 2009.

LAPORAN KINERJA TAHUNAN

BAB III. PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG TENTANG PERMOHONAN IWA<D} PERKARA KHULU DALAM GUGATAN REKONVENSI (Nomor : 1274/Pdt.G/2010/PA.

Tingkat SD/SDLB/MI NO NPSN NAMA ALAMAT SD NEGERI PANDANWANGI 04 JL. BATU AMARIL NO.1 PANDANWANGI BLIMBI

Penanggung Jawab. Biaya (Rp ,-) Kota Malang Bappeda 1.000

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

PANDUAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SDN, SMPN, SMAN, dan SMKN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DINAS PENDIDIKAN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

1. Menyediakan acuan bagi pengembangan dan pemanfaatan TIK di lingkungan Pemerintah Kota Malang.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut memerlukan berbagai sarana transportasi. Pelayanan transportasi

Perencanaan Zona Air Minum Prima (ZAMP) PDAM Kota Malang di Kecamatan Sukun

Kota merupakan suatu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat. pelayanan jasa, produksi, distribusi barang serta menjadi pintu masuk atau

Ringkasan Eksekutif 2012

PEMERINTAH KOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MALANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

BAB I Pendahuluan I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

DAFTAR NAMA GURU PAI PADA SEKOLAH - TAHUN 2011 KOTA MALANG - PROVINSI : JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

EVALUASI TRAYEK ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI KOTA MALANG YANG BERBASIS SOFTWARE ARCVIEW 3.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rencana pengembangan suatu kota pada dasarnya sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu bauran pemasaran, promosi sering digunakan oleh kalangan. produsen untuk memperebutkan perhatian calon konsumen.

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1. Executive Summary

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana perhubungan, baik perhubungan darat, laut, maupun udara. Dari ketiga

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

MODUS OPERANDI KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA (Studi di Polresta Malang) ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

STASIUN BESAR CIKARANG dengan KONSEP PARK and RIDE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan lalu lintas yang sering terjadi khususnya daerah simpang

BAB 1 PENDAHULUAN. diiringi dengan peningkatan mobilitas manusia dan kegiatan yang dilakukan. Jakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Selain itu kota Malang juga memiliki letak yang sangat strategis ditengah-tengah wilayah kabupaten Malang. Hal ini diharapkan bahwa sarana dan prasarana perkotaan yang dimiliki dapat menunjang kegiatan perekonomian secara dinamis sehingga menjadi simultan perubahan kota ke arah industri dan jasa, termasuk pariwisata dan pendidikan. Gambar 1.1. Peta Batas Kota Malang Secara geografis, kota Malang terletak diantara 7,06-8,02 Lintang Selatan dan 112,06 Bujur Timur dengan luas wilayah 11.005,66 ha (110,06 Km 2 ). Sampai tahun 2005 kota Malang memiliki jumlah penduduk 782.110 jiwa dengan kepadatan 1

2 penduduk kurang lebih 7106 jiwa/ Km 2. Batas-batas wilayah kota Malang adalah sebagai berikut: Batas utara : kecamatan Singosari dan Karangploso, Kabupaten Malang Batas selatan : kecamatan Tajinan dan Pakishaji, Kabupaten Malang Batas timur : kecamatan Pakis dan Tumpang, Kabupaten Malang Batas barat : kecamatan Wagir dan Dau, Kabupaten Malang Secara administrasi, kota Malang terbagi atas 5 kecamatan dengan 57 kelurahan, yaitu: Tabel. 1.1. Pembagian Administratif Wilayah Kota Malang Kecamatan 1. Klojen 2. Blimbing 3. Kedung Kandang 4. Sukun 5. Lowokwaru Kelurahan 1. Kel. Bareng 7. Kel. Kidul Dalem 2. Kel. Kasin 8. Kel. Penanggungan 3. Kel. Sukoharjo 9. Kel. Kauman 4. Kel. Oro-oro Dowo 10. Kel. Samaan 5. Kel. Klojen 11. Kel. Gading kastri 6. Kel. Rampal celaket 1. Kel. Balearjosari 7. Kel. Purwantoro 2. Kel. Arjosari 8. Kel. Bunulrejo 3. Kel. Polowijen 9. Kel. Kesatrian 4. Kel. Purwodari 10. Kel. Polehan 5. Kel. Blimbing 11. Kel. Jodipan 6. Kel. Pandanwangi 1. Kel. Kotalama 7. Kel. Lesanpuro 2. Kel. Mergosono 8. Kel. Sawojajar 3. Kel. Bumiayu 9. Kel. Madyopuro 4. Kel. Wonokoyo 10. Kel. Buring 5. Kel. Cemorokandang 11. Kel. Arjowinangun 6. Kel. Kedung Kandang 12. Kel. Tlogowaru 1. Kel. Ciptomulyo 7. Kel. Pisangcandi 2. Kel. Gadang 8. Kel. Karang besuki 3. Kel. Kebonsari 9. Kel. Bandulan 4. Kel. Bandungrejosari 10. Kel. Mulyorejo 5. Kel. Sukun 11. Kel. Tanjungrejo 6. Kel. Bakalan Krajan 1. Kel. Tasikmadu 7. Kel. Ketawanggede 2. Kel. Tunggul wulung 8. Kel. Jatimulyo 3. Kel. Tlogomas 9. Kel. Tunjungsekar 4. Kel. Merjosari 10. Kel. Mojolangu 5. Kel. Dinoyo 11. Kel. Tulusrejo 6. Kel. Sumbersari 12. Kel. Lowokwaru

3 Sebagai kota yang semakin berkembang, Malang memiliki masyarakat dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Suatu intensitas kegiatan perkotaan dapat diidentifikasi melalui kegiatan transportasi. Semakin tinggi tingkat intensitas transportasi akan menunjukan intensitas kegiatan masyarakat yang tinggi pula. Salah satu angkutan umum yang ada di kota Malang adalah angkutan umum perkotaan dengan jenis Mobil Penumpang Umum (MPU). Angkutan umum ini berkapasitas sebanyak 9 tempat duduk dan melayani 25 trayek. Gambar 1.2. Angkutan Kota di Malang Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi sejak Oktober 2005 memberi dampak yang cukup signifikan terhadap transportasi, yakni menurunnya antusias masyarakat untuk menggunakan jasa layanan angkutan umum. Apalagi ini juga diperparah dengan naiknya tarif angkutan umum tanpa melihat kemampuan finansial dari masyarakat. Pelaku jasa transportasi pun terkesan asal-asalan dalam melayani kebutuhan transportasi masyarakat, sehingga sekarang masyarakat lebih cenderung menggunakan kendaraan pribadi dari pada angkutan umum. Hal ini menyebabkan tingkat kemacetan di sebagian jalan kota Malang semakin tinggi.

4 Gambar 1.3. Kemacetan di Salah Satu Ruas Jalan Kota Malang Sumber: Malang Pos, 27 Desember 2008 Kemacetan juga terjadi akibat kurangnya keseimbangan antara keputusankeputusan yang dibuat oleh pemerintah terhadap keberadaan angkutan umum perkotaan (public cars) dengan angkutan pribadi (private cars). Contoh dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang berpihak pada angkutan pribadi (private cars) antara lain; pembangunan jalan layang (fly over) dan jalan tol, tidak dibatasinya umur kendaraan layak pakai, serta pemberian kredit lunak kepemilikan kendaraan. Selain itu banyak trayek-trayek angkutan umum yang dominan melintas di jalan tertentu sehingga terjadi overlapping. Akibatnya kepentingan angkutan umum perkotaan yang dikesampingkan kerap juga dituding sebagai biang keladi adanya kemacetan dalam kota.

5 Gambar 1.4. Overlapping Trayek di Jalan Ahmad Yani, Malang Sumber: Malang Pos, 05 Desember 2008 Gambar 1.5. Halte, Salah Satu Fasilitas Public Cars yang Diabaikan Seharusnya dengan adanya sekelompok orang yang tergantung dengan jasa angkutan umum, pemerintah harus memperhatikan hak-hak mereka sebagai penguna jasa angkutan umum, yaitu dengan memberikan pelayanan angkutan umum yang nyaman, aman dan dengan biaya yang terjangkau masyarakat. Pergerakan angkutan umum perlu adanya optimalisasi dengan cara pengaturan trayek-trayek angkutan umum sehingga diperoleh pergerakan yang teratur, merata dan memberikan manfaat

6 sebesar-besarnya bagi semua pihak. Maka perlu adanya evaluasi mengenai pelaksanaan pelayanan jasa transportasi khususnya trayek angkutan umum perkotaan di kota Malang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat pada saat ini telah banyak memudahkan dan mempercepat kerja manusia. Manusia menginginkan segala sesuatu yang cepat, mudah, efektif dan langsung saji. Mereka tidak mau terlalu repot untuk mendapatkan sesuatu dan bisa dikatakan tidak mau membuang waktu dan biaya. Begitu juga kebijakan pembangunan dibidang sarana transportasi darat yang saat ini dititik beratkan pada peningkatan efektifitas dan efisiensi pada perencanaan dan pengelolaan jaringan jalan baik antar kota, antar kabupaten maupun jalan dalam kota. Salah satu usaha yang mengarah pada efisiensi perencanaan dan pengelolaan jaringan jalan tersebut adalah tersedianya Sistem Informasi yang akurat, lengkap dan up to date. Namum dalam perwujudannya, di kota Malang hingga saat ini belum tersedia sistem informasi yang tepat dan akurat tentang angkutan umum perkotaan yang dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi pelaksanaan pelayanan jasa transportasi. Selain itu data grafis dan data atribut yang ada di kota Malang masih terpisah. Data grafis adalah peta diatas kertas. Sedangkan data artibut adalah data-data mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jaringan trayek di kota Malang. Berawal dari hal ini maka pembangunan sistem informasi di kota Malang ini juga perlu dikembangkan lebih lanjut. Sistem Informasi ini dapat digunakan sebagai sarana pendukung yang dapat mengoptimalkan efektivitas kerja dari segi waktu, dana dan

7 tenaga, sehingga dengan penelitian ini dapat dibuat suatu sistem informasi yang dapat membantu untuk mengevaluasi keadaan jaringan trayek yang ada di kota Malang. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian, dapat diambil suatu rumusan masalah untuk mengevaluasi layak atau tidaknya penempatan trayek yang beroperasi saat ini apabila ditinjau dari kriteria penempatan trayek yang telah ditetapkan oleh Dirjen Perhubungan Darat. Selain itu perlu untuk diketahui juga over lapping trayek angkutan perkotaan yang terjadi dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat akan jasa angkutan. Untuk kemudahannya diawali dengan membuat sistem informasi mengenai angkutan perkotaan yang ada di kota Malang yang akan menyatukan data spasial (grafis) dan data atribut. Penyajian akhir dari sistem informasi ini akan menggunakan program ArcView 3.3. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian evaluasi kinerja angkutan umum perkotaan ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini untuk menyatukan data grafis dan data atribut yang saat ini masih terpisah dengan menggunakan program ArcView 3.3.

8 2. Penelitian ini untuk membuat suatu sistem informasi kota Malang yang terdigitasi dan terkomputerisasi, sehingga mempermudah akses dalam meningkatkan pelayanan masyarakat hingga proses pengambilan keputusan. 3. Penelitian ini untuk memberikan suatu penilaian mengenai penetapan trayek angkutan perkotaan yang ada di kota Malang yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan angkutan perkotaan di kota Malang. 1.4. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pemerintah daerah kota Malang pada khususnya, antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian dapat membantu dalam memberikan informasi secara tepat dan praktis mengenai keadaan dan kondisi angkutan perkotaan yang terdapat di kota Malang dimana nantinya dapat memudahkan dalam mengevaluasi pelaksanaan pelayanan jasa transportasi khususnya angkutan perkotaan. 2. Penelitian ini dapat menyediakan informasi trayek angkutan perkotaan yang sistemastis, akurat, tepat dapat dibaca dan dimengerti mulai dari tingkat operasional sampai tingkat manajerial. Sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam rencana perkembangan kota. 3. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada instansi terkait supaya overlapping atau tumpang tindih trayek yang sudah tidak layak segera

9 ditindak lanjuti agar dapat dilakukan penghematan sumber daya. Sehingga kemacetan yang selama ini bermasalah dapat berkurang. 1.5. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, permasalahan dibatasi pada: 1. Perangkat lunak yang digunakan untuk membuat digitasi data spatial (grafis) adalah program AutoCad 2006. 2. Penyajian akhir sistem informasi ini menggunakan program ArcView 3.3. 3. Penelitian dilaksanakan di kota Malang dengan batas-batas wilayah penelitian adalah: a. sebelah utara : kelurahan Tasikmadu b. sebelah selatan : kelurahan Tlogowaru c. sebelah timur : kelurahan Cemorokandang d. sebelah barat : kelurahan Merjosari dan Mulyorejo 4. Angkutan umum perkotaan yang dievaluasi adalah seluruh angkutan kota yang ada di kota Malang yang berjumlah 25 trayek, yaitu: A-G, G-A, A-D-L, L-D-G, M-M, G-M, M-T, M-K, A-B-G, A-J-G, A-M-G, C-K-L, A-T, A-L, L- G, G-L, A-S-D, A-M-L, P-B-B, J-P-K, J-D-M, T-S-T, M-K-S, T-A-T, T-S-G. 5. Berdasarkan sistem informasi yang akan dibuat, evaluasi yang dihasilkan dari penelitian ini difokuskan pada masalah over lapping (tumpang tindih) trayek.

10 6. Parameter yang digunakan dalam mengevaluasi over lapping trayek tersebut masih layak atau tidak adalah dengan mengunakan Load factor, Head way, dan panjang lintasan. 7. Penelitian dilakukan ketika kondisi cuaca cerah pada tanggal 6-9 April 2009 pada jam sibuk pagi (antara pukul 06.30 08.30 WIB) dan jam sibuk siang (antara pukul 11.30-14.00 WIB). 1.6. Sistematika Penulisan Penulisan ini dibagi dalam beberapa bab dengan perincian sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latang belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat diadakan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang tinjauan dari berbagai pustaka yang berkaitan mengenai topik yang ditulis. BAB III : LANDASAN TEORI Bab ini berisi landasan dari teori-teori yang sesuai dengan materi penelitian yang akan dilaksanakan. BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi metode atau cara yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini disertai dengan langkah-langkahnya.

11 BAB V : PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi pembahasan tentang kondisi dan situasi di lapangan selama penelitian berlangsung, penjelasan tentang digitalisasi peta, perancangan data base, dan perancangan sistem informasi. BAB VI : ANALISIS DATA Dalam bab ini berisi tentang analisis dan perhitungan data primer yang didapat selama penelitian berlangsung. Sehingga dari data mentah tersebut akan didapat hasil. BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan masalah dan hasil yang diperoleh. Kemudian akan diberikan saran-saran yang dapat membantu perkembangan selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Berisi tentang daftar pustaka yang dipergunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini baik berupa media cetak maupun media internet.