ANALISIS POLA PENEMPATAN DAN JUMLAH STASIUN HUJAN BERDASARKAN PERSAMAAN KAGAN PADA DAS KEDUANG WADUK WONOGIRI

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN DI DAS KALI PEPE

EVALUASI KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN DI DAS KALI PEPE. Tugas Akhir

RASIONALISASI POS HIDROLOGI PADA SATUAN WILAYAH SUNGAI (SWS) LAMBUNU BUOL DENGAN METODE KAGAN

ANALISA METODE KAGAN-RODDA TERHADAP ANALISA HUJAN RATA-RATA DALAM MENENTUKAN DEBIT BANJIR RANCANGAN DAN POLA SEBARAN STASIUN HUJAN DI SUB DAS AMPRONG

EVALUASI KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN TERHADAP KETELITIAN PERKIRAAN HUJAN RANCANGAN PADA SWS NOELMINA DI PULAU TIMOR

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN DENGAN MENGGUNAKAN HIDROGRAF SATUAN TERUKUR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO BAGIAN HULU

EVALUASI DAN PERENCANAAN KERAPATAN JARINGAN POS HUJAN DENGAN METODE KRIGING DAN ANALISA BOBOT (SCORE) DI KABUPATEN SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

EVALUASI DATABASE SUMBER DAYA AIR MENGGUNAKAN METODE KAGAN PADA SUNGAI-SUNGAI BESAR KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS RASIONALISASI JARINGAN POS HUJAN UNTUK KALIBRASI HIDROGRAF PADA DAS BABAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

(Simulated Effects Of Land Use Against Flood Discharge In Keduang Watershed)

Analisis Data Curah Hujan

HUJAN (PRECIPITATION)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI SUYANTI X. Oleh

Jln Ir. Sutami 36 A, Surakarta

ANALISIS KUALITATIF KUANTITATIF HUMAN ACTIVITIES NATURAL PHENOMENA HYDROLOGIC TRANSFORMATION HYDRAULIC TRANSFORMATION IMPLEMENTATION, CONSTRUCTIONS

PERBAIKAN DATA HUJAN

ANALISIS BANJIR TAHUNAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SONGGORUNGGI KABUPATEN KARANGANYAR

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI SUB DAS KEDUANG

I. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015

Aplikasi Model Regresi Dalam Pengalihragaman Hujan Limpasan Terkait Dengan Pembangkitan Data Debit (Studi Kasus: DAS Tukad Jogading)

PENGGUNAAN METODE KAGAN UNTUK ANALISIS KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN PADA WILAYAH SUNGAI (WS) WAE-JAMAL DI PULAU FLORES ABSTRAK

PENDAHULUAN. Kata kunci: presipitasi; tren

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Disusun oleh : JULIAN WAHYU PURNOMO PUTRO I

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PERUBAHAN IKLIM (HUJAN) DI KAWASAN KABUPATEN BOYOLALI

PERHITUNGAN INDEKS KEKERINGAN MENGGUNAKAN TEORI RUN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) INDRAGIRI

ANALISIS RESAPAN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN LUBANG BIOPORI DAN KOLAM RETENSI DI FAKULTAS TEKNIK UNS SKRIPSI

Haris Djafar 1, Lily Montarcih Limantara 2, Runi Asmaranto 3 1

ADI PRASETYA NUGROHO NIM I

Kata kunci : banjir, kapasitas saluran, pola aliran, dimensi saluran

ANALISIS INDEKS KEKERINGAN MENGGUNAKAN TEORI RUN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI PALAMBAYAN. ABSTRACT

ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR STUDI KASUS: DAS. CITARUM HULU - SAGULING

KATA PENGANTAR Analisis Saluran Drainase Primer pada Sistem Pembuangan Sungai/Tukad Mati

KORELASI KEPADATAN SAMBARAN PETIR. AWAN KE TANAH DENGAN SUHU BASAH DAN CURAH HUJAN ( Studi Kasus : Pengamatan di Pulau Jawa )

UCAPAN TERIMA KASIH. Denpasar, 26 Februari Penulis

BAB IV METODE PENELITIAN

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

BAB 1V METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

III. METODE PENELITIAN. Objek Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way. Sekampung Provinsi Lampung. Daerah Aliran Sungai (DAS) Way

ANALISIS INDIKASI PERUBAHAN IKLIM (HUJAN) DI WILAYAH KOTA SURAKARTA

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN PADA STASIUN HUJAN PASAR KAMPAR

REKAYASA HIDROLOGI II

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN dan DAERAH STUDI

*Corresponding author : ABSTRACT

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

JARINGAN PENGAMATAN HIDROLOGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN)

Evaluasi Penentuan Stasiun Hujan di Pulau Sabu. Evaluation of the Rainfall-Station Determinations in Sabu Island

EFISIENSI JUMLAH STASIUN HUJAN UNTUK ANALISIS HUJAN TAHUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISA METODE KAGAN RODDA BERDASARKAN STANDAR WMO UNTUK EVALUASI KERAPATAN DAN POLA SEBARAN STASIUN HUJAN DI SUB DAS KELAPA SAWIT KABUPATEN BONDOWOSO

INDEKS KEKERINGAN PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN TEORI RUN BERBASIS DATA SATELIT

PANJANG PERIODE MINIMUM DALAM ANALISIS DATA IKLIM LENGTH OF MINIMUM PERIOD IN CLIMATE DATA ANALYSIS. Gusti Rusmayadi

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

EVALUASI SISTEM SALURAN DRAINASE DI RUAS JALAN SOLO SRAGEN KABUPATEN KARANGANYAR

ABSTRAK. Kata kunci : Tukad Unda, Hidrgraf Satuan Sintetik (HSS), HSS Nakayasu, HSS Snyder

ANALISIS PENCARIAN DATA CURAH HUJAN YANG HILANG DENGAN MODEL PERIODIK STOKASTIK (STUDI KASUS WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU) Ikromi Fahmi 1)

Analisa Debit Banjir Sintetis. Engineering Hydrology Lecturer: Hadi KARDHANA, ST., MT., PhD.

PENGARUH JUMLAH STASIUN HUJAN TERHADAP KINERJA METODE STORAGE FUNCTION DALAM PENENTUAN DEBIT BANJIR RANCANGAN

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

BENTUK DISTRIBUSI HUJAN JAM JAMAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN DATA SATELIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI...

c. extension of conveyance factor, AR 2/3 berdasar rumus Manning

IX. HIDROGRAF SATUAN

TRANSFORMASI HUJAN HARIAN KE HUJAN JAM- JAMAN MENGGUNAKAN METODE MONONOBE DAN PENGALIHRAGAMAN HUJAN ALIRAN (Studi Kasus di Das Tirtomoyo)

Medan Dalam Angka Medan In Figure,

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

SKRIPSI. Oleh WINDU PRAPUTRA SETIA SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

ANALISIS EFEKTIVITAS KERAPATAN JARINGAN POS STASIUN HUJAN DI DAS KEDUNGSOKO DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

SURAT KETERANGAN PEMBIMBING

TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso

KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DKI JAKARTA DENGAN METODE EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF)

Transkripsi:

ANALISIS POLA PENEMPATAN DAN JUMLAH STASIUN HUJAN BERDASARKAN PERSAMAAN KAGAN PADA DAS KEDUANG WADUK WONOGIRI Putu Gustave Suriantara Pariarta Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar E-mail : gustave_sp@yahoo.co.id Abstrak: Ketelitian pengukuran hujan dipengaruhi oleh jumlah stasiun hujan (rainfall networks) dan pola penyebarannya di dalam DAS. Penempatan stasiun hujan yang tepat baik lokasi, jumlah stasiun hujan, pola penyebarannya akan dapat diperoleh data yang akurat mengenai kedalaman, penyebaran dan intensitas hujannya. Selama ini belum terdapat pedoman baku tentang jumlah stasiun hujan yang dipandang cukup mewakili variabilitas curah hujan di suatu DAS sehingga melihat hal tersebut diperlukan perhitungan yang mendasari jumlah dan penempatan stasiun hujan yang optimal. Untuk pengukuran kerapatan jaringan untuk tiap-tiap DAS digunakan metode Kagan dikarenakan jumlah stasiun hujan yang optimal dan pola penempatannya dapat diperoleh. Perhitungan kerapatan jaringan dengan metode Kagan ini dimulai dengan menentukan koefisien korelasi antar stasiun hujan untuk masukan (input) hujan bulanan, dalam melakukan analisis ini dihindarkan adanya complete dry days, jadi hanya untuk hari-hari atau bulan-bulan basah yang mempunyai intensitas hujan yang besar yang dikorelasikan. Evaluasi jaringan kagan menunjukkan keluaran (output) yaitu pertama hubungan antara jumlah stasiun hujan yang dibutuhkan dengan tingkat kesalahan tertentu (kesalahan perataan dan kesalahan interpolasi), dan kedua lokasi stasiun hujan sesuai dengan pola jaringan tertentu. Keluaran dari perhitungan dengan metode Kagan ini adalah jumlah dan pola penempatan stasiun hujan yang optimal. Hasil analisis menunjukkan terdapat kekurangan jumlah stasiun hujan baik dengan kesalahan perataan 5 % dengan jumlah stasiun hujan sebanyak 68 buah dimana jarak antar simpul 2,591 Km dan kesalahan perataan 10 % dengan jumlah stasiun hujan 17 buah dimana jarak antar simpul 5,319 Km. Kata kunci : stasiun hujan, metode kagan, kesalahan perataan Abstract : Precipitation measurement accuration is affected by the amount of rainfall stations and the network pattern within basin area. The precise placement of rainfall stations considering location, amount of rainfall stations, network pattern will contribute to the data accuration of rainfall depth, spreads and rainfall intensity. There is no standard yet for the number of rainfall stations that can represent rainfall variability in watershed, so to obtain the optimal number and network pattern of rainfall stations must based on calculation. The measurement for network density of rainfall stations is calculated using Kagan method because using this method the optimal number and network pattern can be obtained. The calculation begins with determining the correlation coeffitient between rainfall stations as an input to monthly rainfall. In this stage, the complete dry days were not counted, but only wet days or months with high rainfall intensity. The evaluation of Kagan method produced first output which is the correlation between number of the required rainfall station with certain level of error (average error and interpolation error) and the second which is the location of rainfall station refers to a certain pattern. The output from Kagan method is the optimal number and network pattern of rainfall station. The analysis shows that there is lacks of rainfall station both by adjustment error of 5 % using 68 rainfall stations with 2,591 km bond length and adjustment error of 10 % using 17 rainfall stations 17 with 5,319 km bond length. 100

Key words : Rainfall station, Kagan method, adjustment error PENDAHULUAN Penetapan debit banjir rancangan ditetapkan melalui prosedur analisis hidrologi yang didasarkan pada hasil kajian terhadap data curah hujan dan beberapa sifat fisik DAS yang mempengaruhi proses pengalihragaman hujan menjadi aliran. Agar besaran hujan benar-benar mewakili kedalaman hujan sebenarnya yang terjadi di seluruh DAS diperlukan stasiun hujan dengan jumlah dan kerapatan tertentu sehingga dapat mewakili besaran hujan di DAS tersebut. Jaringan stasiun hujan harus direncanakan sesuai dengan keperluan kemanfaatan data curah hujan yang akan dikumpulkan. Di wilayah yang telah berkembang dengan tingkat kepadatan yang tinggi, jumlah alat penakar hujan yang diperlukan juga seharusnya lebih banyak. Hal ini disebabkan karena tingkat perkembangan pembangunan yang berlangsung di tempat tersebut menuntut informasi tentang curah hujan yang lebih akurat dibandingkan dengan wilayah kurang atau belum berkembang dengan tingkat kepadatan penduduk rendah. Sebaliknya, wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah tetapi memiliki proyek pembangunan yang strategis, misalnya proyek pembangkit listrik tenaga air (PL- TA), maka akurasi data hujan yang diperlukan juga tinggi karena kelangsungan operasi proyek tersebut sangat tergantung dari ketersediaan (supply) airnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan jaringan pengukur hujan juga dipengaruhi oleh bagian ekonomi dan kepadatan penduduk. Ketelitian pengukuran hujan dipengaruhi oleh jumlah stasiun hujan (rainfall networks) dan pola penyebarannya di dalam DAS. Penempatan stasiun hujan yang tepat baik lokasi, jumlah stasiun hujan, pola penyebarannya akan dapat diperoleh data yang akurat mengenai kedalaman, penyebaran dan intensitas hujannya. Selama ini belum terdapat pedoman baku tentang jumlah stasiun hujan yang dipandang cukup mewakili variabilitas curah hujan di suatu DAS sehingga melihat hal tersebut diperlukan perhitungan yang mendasari jumlah dan penempatan stasiun hujan yang optimal. TEORI DAN METODE PENELITIAN Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan Data hujan merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan kualitas dan ketepatan perencanaan sumber daya air. Data hujan yang memiliki kesalahan yang minimum merupakan salah satu komponen penentu dalam hitungan selanjutnya. Dalam praktek setiap negara mempunyai cara tertentu dalam pengembangan jaringan stasiun hujan. Pada dasarnya terdapat empat persoalan yang perlu dijawab (Sri Harto, 1993) yaitu : - Bagaimana pengukuran akan dilakukan, - Berapa banyak tempat yang akan diukur, - Dimana tempat yang akan diukur, - Berupa jaringan tetap atau sementara. Untuk pengukuran kerapatan jaringan untuk tiap-tiap DAS digunakan metode Kagan dikarenakan jumlah stasiun hujan yang optimal dan pola penempatannya dapat diperoleh. Perhitungan kerapatan jaringan dengan metode Kagan ini dimulai dengan menentukan koefisien korelasi antar stasiun hujan untuk masukan (input) hujan bulanan, dalam melakukan analisis ini dihindarkan adanya complete dry days, jadi hanya untuk hari-hari atau bulan-bulan basah yang mempunyai intensitas hujan yang besar yang dikorelasikan. Evaluasi jaringan kagan menunjukkan keluaran (output) yaitu pertama hubungan antara jumlah stasiun hujan yang dibutuhkan dengan tingkat kesalahan tertentu (kesalahan perataan dan kesalahan interpolasi), dan kedua lokasi stasiun hujan sesuai dengan pola jaringan tertentu. Keluaran dari perhitungan dengan metode Kagan ini adalah jumlah dan pola pe- 101

Analisis Pola Penempatan dan Jumlah Stasiun Hujan...... Pariarta nempatan stasiun hujan yang optimal. Apabila stasiun hujan existing ternyata lebih banyak daripada hasil perhitungan Kagan maka tidak semua stasiun hujan digunakan dalam analisis selanjutnya dan stasiun hujan dapat dikurangi. Pemilihan dilakukan dengan memilih stasiun hujan yang paling dekat dengan simpul Kagan yang dianggap mewakili jaringan Kagan. Apabila stasiun hujan ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan perhitungan Kagan maka stasiun hujan perlu ditambah. Namun, dalam penelitian ini perhitungan jaringan Kagan hanya dipergunakan untuk mengetahui jumlah dan penempatan stasiun hujan yang optimal sedangkan untuk analisis selanjutnya digunakan stasiun hujan existing. Metode Kagan Dari berbagai cara penetapan jaringan pengukuran hujan, terdapat cara yang relatif sederhana, baik dalam hal kebutuhan data maupun prosedur hitungannya. Cara ini dikemukakan oleh Kagan (1967) yang memiliki keuntungan selain diketahui kebutuhan jumlah stasiun, sekaligus dapat memberikan pola penempatannya.dengan metode ini kesalahan yang diinginkan dalam perhitungan jaringan dapat ditentukan dan jumlah serta pola penempatan stasiun hujan yang optimal dapat diperoleh.data yang digunakan adalah data hujan bulanan karena apabila digunakan data hujan harian maka hasil yang didapatkan tidak rasional (Sri Harto, 2000). Penetapan jaringan pengukuran yang dikemukakan oleh Kagan (1967) pada dasarnya mempergunakan analisis statistik dengan mengaitkan kerapatan jaringan dengan kesalahan interpolasi dan kesalaan perataan (interpolation error and averaging error) (Sri Harto, 1993). Persamaanpersamaan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : r ( d ) = r (0) e Z 1 L = 1.07 Z 2 = C V = C V d / d 0 A 1 r (0) + 0.23 d 0 N N A N 1 r (0) 1 r (0) + 0.52 3 d 0 dengan : d = jarak antar stasiun (km), d0 = radius korelasi, yaitu jarak dalam km dimana koefisien korelasi berkurang dengan faktor e, Z 1 = kesalahan perataan (%), C V = koefisien variasi, r(0) = koefisien korelasi yang diekstrapolasikan untuk jarak 0 km, r(d) = koefisien korelasi untuk jarak d km, A = luas DAS, N = jumlah stasiun hujan, L = jarak antar stasiun dalam segitiga sama sisi, Z 2 = kesalahan intepolasi (%). Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penetapan jaringan ini secara garis besar adalah sebagai berikut ini. - Menghitung nilai koefisien variasi (C v ) berdasarkan data hujan baik harian maupun bulanan dari stasiun yang telah tersedia, sesuai dengan yang diperlukan. - Mencari hubungan antara jarak antar stasiun dan koefisien korelasi, dimana korelasi hanya dilakukan untuk hariharia taubulan-bulan yang terjadi hujan di kedua stasiun. - Hubungan yang diperoleh pada butir (b) digambarkan dalam sebuah grafik lengkung eksponensial, dimana dari grafik tersebut dapat diperoleh besaran d (0) dengan menggunakan nilai rata-rata d dan r (d) serta persamaan1. - Dengan besaran tersebut, maka persamaan 2 dan 4 dapat dihitung setelah tinggi ketelitian ditetapkan. Atau sebaliknya, dicari grafik hubungan anta- A N 102

ra jumlah stasiun dengan ketelitian yang diperoleh. - Penempatan stasiun hujan dilakukan menggunakan persamaan 3 dan menggambarkan jaring-jaring segitiga sama sisi pada DAS dengan panjang sisi sama dengan l, kemudian dilakukan penggeseran-penggeseran sedemikian rupa sehingga jumlah simpul segitiga dalam DAS sama dengan jumlah stasiun yang dihitung. Simpulsimpul tersebut adalah lokasi stasiun hujan Pengujian Data Hujan Pengujian data hujan dapat dilakukan dengan kurva massa ganda (double mass curve) dan dapat juga dilakukan dengan cara statistik antara lain :van neumann ratio, cumulative deviationatau disebut juga rescaled adjusted partial sums dan worsley s likelihood ratio test.pengujian kepanggahan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara statistik yaitu dengan rescaled adjusted partial sums (RAPS) hal ini dikarenakan apabila menggunakan kurva massa ganda, stasiun hujan yang akan dijadikan acuan diragukan kepanggahannya. Untuk di Indonesia karena variabilitas ruang dan waktu dari hujan yang tinggi dan metode yang tepat untuk memperkirakan kembali data hujan yang hilang tersebut belum ada maka apabila terdapat data hujan yang hilang dianggap pada hari itu stasiun hujan tidak ada (Sri Harto, 2000). Sehingga untuk setiap tahun pada data hujan perlu diteliti kembali kelengkapan datanya. Apabila data hujan tidak lengkap maka hujan DAS dihitung kembali dengan stasiun hujan yang memiliki data hujan lengkap. HASIL ANALISIS Lokasi Penelitian Wilayah yang digunakan untuk daerah penelitian adalah DAS Keduang yang menjadi salah satu catchment area Waduk Wonogiri. DAS Keduang memiliki luas 397,466 km 2 dengan stasiun AWLR terletak di Sidorejo dan memiliki 10 buah stasiun pengukur hujan. Peta DAS Keduang dengan posisi AWLR dan stasiun pengukur hujan dapat dilihat di bawah ini. Gambar1. Peta DAS Keduang Stasiun Pengamatan Hujan Panjang data berkisar rata-rata lebih dari 10 tahun Untuk data yang hilang tidak dilakukan pengisian data hilang dan tidak digunakan dalam analisis selanjutnya. Stasiun hujan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. 103

Analisis Pola Penempatann dan Jumlah Stasiun Hujan...... Pariarta Tabel 1 Stasiun Hujan DAS Keduang No. Nama Stasiun Hujan 1 Girimarto 2 Bulukerto 3 Wonogiri 4 Slogohimo 5 Purwantoro 6 Jatisrono 7 Sidoharjo 8 Kismantoro 9 Ngadirejo 10 Jatiroto Hasil Analisis Jaringan Pengukuran Hujan Kagan Besarnya koefisien variasi yang ditun- relatif kecil yai- jukan oleh DAS Keduang tu 0,551, kecenderungann yang terjadi apayang diperoleh cu- bila koefisien variasi kup kecil maka koefisien korelasi akan cu- sebaliknya apa- kup besar demikian juga bila koefisien variasi besar maka koefisien korelasi yang diperoleh akan kecil. Tidak semua korelasi pada stasiun yang memimemberikan angka liki jarak cukup dekat korelasi yang besar demikian juga sebalik- nya untuk stasiun hujan yang memiliki ja- angka korelasi rak cukup jauh memiliki yang rendah. Hal ini menunjukkan hujan pada DAS yang ditinjau memiliki sifat yang variatif. Tentu saja ini memungkinmerupakan daerah kan karena Indonesia yang memiliki iklim tropis sehingga hujan yang terjadi bersifat setempat dan sangat bervariasi cukup besar dengan luas pengasangat kecil. Namun ruh hujan yang relatif demikian luas pengaruh ini belum diketa- pada DAS Ke- hui secara pasti. Korelasi antar stasiun duang untuk hujan bulanan dimana koefidihitung dari satu sien korelasi tersebut stasiun terhadap stasiun lainnya dan diu- yang dihitung kur juga jarak antar stasiun korelasinya. Kemudian didapat persamaan antara jarak (km) dan korelasi yang disabawah jikan dalam gambar di ini. Gambar 2. Korelasi dan jarak antar stasiun DAS Keduang Terlihat dari grafik 2 menunjukkan kecen- jauh jarak sta- derungan bahwa semakin siun maka koefisien korelasi akan semakin kecil. Besar kesalahan perataan (Z 1 ) dan kesalahan interpolasi (Z 2 ) disajikan dalam gambar di bawah ini. 104

Gambar 3. Hubungan antara a jumlah stasiun dengan kesalahan perataan dan kesalahan interpolasi Dengan menetapkan tingkat kesalahan perataan (Z 1 ) sebesar 5 % dan 10 % maka diperlukan untuk memenuhi patokan Kagan untuk DAS Keduang. Hasil analisis diperoleh jumlah stasiun hujan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.. Jumlah stasiun hujan metode Kagan dengan kesalahan perataan 5 % dan 10 % Nama DAS Luas DAS (km 2 ) Keduang 397,466 10 Jumlah Stasiun Eksisting kesala Jumlahstasiun (buah) ahanperataan 5 % kesalahanperataan 10 % Jarakantarsimpul (km) kesalahanperataan 5 % 68 17 2,591 kesalahanperataan 10 % 5,319 Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa terda- pat kekurangan jumlah stasiun hujan baik dengan kesalahan perataan 5 % dengan jumlah stasiun hujan sebanyak 68 buah dimana jarak antar simpul 2,591 dan kesala- han perataan 10 % dengan jumlah stasiun hujan 17 buah dimana jarak antar simpul 5,319. Pola Penempatan an stasiun hujan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4. Pola Penempatan an Stasiun Hujan DAS Keduang Metode Kagan Dengan Kesalahan Perataan 5% 105

Analisis Pola Penempatann dan Jumlah Stasiun Hujan...... Pariarta Gambar 5. Pola Penempatan empatan Stasiun Hujan DAS Keduang Metode Kagan Dengan Kesalahan Perataan 5% SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Besarnya koefisien variasi yang ditun- relatif kecil jukkan oleh DAS Keduang yaitu 0,551. Dari hasil analisis terlihat bahwa terdapat kekurangan jumlah stasiun hujan baik dengan kesalahan perataan 5 % dengan jumlah stasiun hujan sebanyak 68 buah dimana jarak antar simpul 2,591 dan kesalahan perataan 10 % dengan jumlah stasiun hujan 17 buah dimana jarak antar simpul 5,319. Saran Dalam penentuan lokasi stasiun hujan diharapkan tetap mengacu pada posisi stastasiun hujan lain yang terdapat pada DAS yang sama sehingga posisi stasiun hujan tidak terkumpul pada satu tempat te- siun-stasiun tapi lebih menyebar dan juga diharapkan terdapat perencanaan yang baik dalam penempatan stasiun hujan dengan didasari perhitungan seperti metode Kagan dimana hal ini akan berkontribusi terhadap jumlah dan pola penempatan stasiun hujan yang lebih efektif dan efisien. 106