BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dominannya peran kiai atau ulama dalam sistem sosial. masyarakat sering menjadikan kiai atau ulama sebagai rujukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB VI P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. adalah adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang memiliki tatanilai

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin serta menggali

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial

sebagai outside dalam kelanjutan hubungannya dengan nrayarakat desa.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara takkan terlepas dari

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan penyajian dan analisis data pada bab sebelumnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

2014 PERAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DESA UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME)

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

tingkat keberhasilan proses konseling dan pemberian layanan pada klien. Secara luas, karakteristik konselor mencakup kualiatas kepribadian, sikap

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan simpulan dan saran-saran hasil penelitian. darul Istiqamah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Bahasa Arab sangat ditekankan dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Keberlanjutan dan Kebertahanan Kajian Pesantren di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga Pendidikan Islam yang pertama di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Etika subsistensi merupakan sebuah teori yang dikemukaan James C. Scott

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan filsafat. Dengan demikian sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

SARAS MURSITO B

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

al-musyarrāt Fī tasḥīh Dalāil al-khaīrāt, Menara

BAB IV ANALISIS PERAN KIAI DALAM MEMBINA AHLAK REMAJA MUSLIM PUTUS SEKOLAH. A. Analisis Peran Kiai dalam Membina Ahlak Remaja Muslim Putus

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulama menduduki tempat yang sangat penting dalam Islam dan dalam kehidupan kaum Muslimin. Dalam banyak hal, mereka dipandang menempati kedudukan dan otoritas keagamaan setelah Nabi Muhammad sendiri. Salah satu hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para Nabi. Karenanya mereka sangat dihormati kaum Muslimin lainnya, dan pendapatpendapat mereka dianggap mengikat dalam berbagai masalah, yang bukan hanya terbatas pada masalah keagamaan saja, melainkan dalam berbagai masalah lainnya. Pentingnya ulama dalam masyarakat Islam terletak pada kenyataan bahwa mereka dipandang sebagai penafsir-penafsir legitimate dari sumber-sumber asli ajaran Islam, yakni al-qur'an dan Hadis. Dikarenakan pengetahuan agama yang mendalam dan ketinggian akhlak, ulama bergerak pada berbagai lapisan sosial. Mereka memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar dalam masyarakat. Oleh karena itu juga pengetahuan termasuk pengetahuan agama yang dimiliki ulama adalah suatu kekuatan pencipta dan pembentuk; pengetahuan (knowledge) dan kekuatan (power) berkaitan erat

2 sekali, dan konfigurasi keduanya merupakan kekuatan yang tangguh atas masyarakat. Pernyataan itu terlepas dari apakah ulama menuntut ilmu pengetahuan demi kekuatan yang dapat diterjemahkan ke dalam berbagai bidang kehidupan ataupun tidak, konsepsi masyarakat tentang tingginya nilai yang melekat pada pengetahuan agama telah memberikan dasar yang kuat bagi kontinuitas legitimasi kekuatan dan pengaruh moral ulama. Tetapi sejarah Islam memperlihatkan bahwa kebanyakan ulama, karena alasan-alasan doktriner dan teologis, enggan menerjemahkan kekuasaan mereka secara langsung ke dalam bidang politik. Kekuatan dan pengaruh mereka lazimnya cenderung diekspresikan secara politik dan intelektual dalam bentuk keteguhan dan kewaspadaan untuk melihat bahwa penguasa dan masyarakat bertindak sesuai dengan pemahaman atau interpretasi mereka tentang Islam. Mengingat kekuatan dan pengaruh ulama, tidaklah heran kalau penguasa muslim dari waktu ke waktu berusaha dengan berbagai cara menjinakkan dan meletakkan mereka di bawah otoritas kekuasaan politik. Kompleksitas peran ulama dalam sektor-sektor penting masyarakat Islam dibarengi oleh legitimasi dari dasar agama Islam, maka apresiasi masyarakat dan arti pentingnya dalam masyarakat muslim menjadi sangat tinggi. Apalagi melekatnya term keulamaan pada seseorang, bukan melalui proses panjang dalam masyarakat sendiri, di mana unsur-unsur keulamaan seseorang berupa integritas

3 kualitas keilmuan dan kredibilitas kesalihan moral dan tanggung-jawab sosialnya, dibuktikan. 1 Keulamaan mereka tidak akan termanifestasi secara riil jika tidak dibarengi dengan penampakan sifat-sifat pribadi yang pantas dimiliki. Proses berperannya ulama dalam masyarakat tersebut, membuat ulama memiliki tidak saja keabsahan teologis tetapi juga keabsahan sosial dan keberadaannya yang sangat berakar di masyarakat. Dari sini kemudian dapat dipahami jika ulama tidak sekedar diikuti pendapatnya dalam bidang keagamaan, tetapi bahkan dalam bidang-bidang sosial kemasyarakatan lainnya. Tidak jarang terjalin suatu pola hubungan antara ulama, dan masyarakat di mana ulama berfungsi sebagai penggerak (inspirator, motivator, katalisator dan dinamisator) gerakan-gerakan kemasyarakatan dan dengan demikian memiliki bargaining position yang tinggi bila, dihadapkan dengan kekuasaan. Dalam kajian terhadap sosok seorang ulama (ajengan) di Jawa Barat, bahwa ulama bisa berperan kreatif dalam perubahan sosial. Ulama tidaklah berkeinginan meredam akibat perubahan yang terjadi, tetapi justru mempelopori perubahan sosial dengan caranya sendiri. Ia bukan melakukan penyaringan informasi, tetapi menawarkan agenda perubahan nyata yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Ia sepenuhnya berperan dalam proses perubahan sosial, justru karena ia mafhum bahwa perubahan tersebut merupakan sunnatullah yang tidak 1 Djohan Efendi, Ulama dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 17, (Jakarta, Cipta Adi Pustaka, 1991) h.3-4

4 terelakkan lagi. Persoalan baginya adalah bagaimana kebutuhan akan perubahan ini dapat dipenuhi tanpa merusak jalinan sosial yang telah ada, melainkan justru prosedur dan mekanisme perubahan sosial yang diidealkan. 2 Dari sudut kewibawaan moral tradisional, kharisma ulama di lingkungannya mampu melahirkan kepatuhan luar biasa di kalangan masyarakat. Realitas kekuasaan dan kewenangan yang ada dalam gagasan beragama akan membentuk agama otoritas (religion authority), yakni mempertahankan struktur keagamaan lewat kesetiaan. 3 Dilihat dari sudut kedudukan sosialnya, ulama adalah seorang guru agama Islam sebagaimana guru agama pada umumnya, tetapi karena peran sosialbudayanya cukup luas maka ulama memiliki peran yang besar. 4 Meskipun ulama di Kalimantan Selatan tinggal di pedesaan, mereka merupakan bagian dari kelompok elit dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Banjar. Sebab sebagai suatu kelompok, para ulama memiliki pengaruh yang amat kuat di masyarakat Banjar, dan karenanya, ia merupakan kekuatan penting dalam kehidupan politik Indonesia. Hal ini secara sosiologis memang berkaitan erat dengan struktur masyarakat yang cenderung feodalistis. Sementara dalam struktur masyarakat feodalistis, menurut Sartono Kartodirdjo, raja, keluarga, 2 Dawam Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren (Jakarta: P3M, 1985), h. vi. 2003), h. 1-2 3 Chumaidi Syarief Romas, Kekerasan di Kerajaan Surgawi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 4 Ibid, h. 2

5 para bangsawan serta elit birokrasi dan penguasa berkedudukan sebagai tuan, sedangkan rakyat sebagai abdi. 5 Ulama sebagai elemen terpenting merupakan figur simbol moral. Ia bukan sekadar gelar intelektual, tetapi terutama representasi dari sebuah integritas. Namun eksistensi ulama sebagai simbol moral kini mulai dipersoalkan. Di samping banyak ulama yang terjun ke politik. Menurut informasi yang penulis dapatkan dari masyarakat Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, kecenderungan ulama di kecamatan tersebut untuk berpolitik sudah terlihat dari perilaku yang tampak dari beliau, baik dari perbincangan nonformal antara masyarakat sekitar dengan ulama atau dari artribut partai yang kadang terlihat di sekitar rumah beliau. Karena ulama merupakan panutan masyarakat, maka tidak sedikit masyarakat sekitar yang terpengaruh dengan keberpolitikan ulama tersebut. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan permasalahan di atas dalam sebuah skripsi dengan judul: Persepsi Masyarakat Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan terhadap Keberadaan Ulama dalam Partai Politik. 5 Asep Saepul Muhtadi, op cit, h. 38-39

6 B. Rumusan Masalah Secara mendetail permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat Kecamatan Kandangan terhadap keberadaan ulama dalam partai politik? 2. Apa alasan yang dikemukakan masyarakat Kecamatan Kandangan dalam memberikan persepsi? C. Tujuan Penelitian Dengan rumusan masalah sebagaimana di atas, tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Persepsi masyarakat Kecamatan Kandangan terhadap keberadaan ulama dalam partai politik? 2. Alasan yang dikemukakan masyarakat Kecamatan Kandangan dalam memberikan persepsi? D. Tinjauan Pustaka Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pustaka sebagai acuan. Menurut tinjauan penulis, penelitian yang secara khusus membahas tentang persepsi masyarakat terhadap perilaku politik ulama di wilayah Kandangan

7 memang belum ada, tetapi kajian atau tulisan tentang ulama secara umum sudah banyak dilakukan. Dari buku yang berjudul Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, karya Zamakhsyari Dhofier, telah disampaikan bahwa kepemimpinan seorang tokoh agama atau ulama umumnya berfondasi pada pengakuan masyarakat. Pengakuan tersebut sudah barang tentu karena yang bersangkutan memiliki kelebihan dan kemampuan terutama masalah keagamaan. Dengan kedalaman agamanya, ulama seringkali dilihat sebagai orang yang mampu mengetahui rahasia alam dan keagungan Tuhan. Tetapi uraian itu lebih bersifat umum. Untuk itu penulis mencoba melalui penelitian ini akan membahas yang lebih khusus yaitu bagaimana perilaku ulama di Kecamatan Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan dalam berpolitik dan persepsi masyarakat terhadapnya. Sedangkan di dalam buku, Kiai dan Perubahan Sosial, karya Hiroko Horikoshi, menjelaskan besarnya peran seorang kiai atau ulama tergantung pada kepribadian ulama itu sendiri. Dengan kepribadian yang mengagumkan sebagai seorang pemimpin keagamaan, seorang ulama akan menunjang keberhasilan masyarakat dalam usaha dan perjuangan agama. Dalam hal ini penulis mencoba melihat perilaku politik ulama yang sekarang ini telah ikut berpartisipasi di tengah persoalan politik di wilayah Kandangan serta persepsi masyarakat terhadapnya. Begitu pula buku Pesantren Dan Pembaharuan, yang diedit oleh Dawam Raharjo mencantumkan tulisan Abdurrahman Wahid yang berjudul Pesantren

8 Sebagai Subkultur, yang menegaskan betapa besar pengaruh seorang kiai dalam komunitas pesantren dengan ilmu yang supranatural. Dalam image masyarakat pendukungnya (pesantren) kiai merupakan elit religius pesantren. Untuk itu dalam penelitian ini penulis juga mencoba membahas tentang perilaku politik kiai atau ulama dan persepsi masyarakat terhadapnya. Kepemimpinan kiai-kiai di pondok pesantren adalah sangat unik, karena mereka memakai sistem kepemimpinan pramodern. Relasi sosial yang dibangun adalah atas landasan kepercayaan, bukan karena patron-klien sebagaimana dilakukan masyarakat umumnya. Ketaatan masyarakat kepada kiai lebih dikarenakan mengharapkan barokah (grace), sebagaimana dipahami dari konsep sufi. Sebaliknya dengan pernyataan di atas, dalam bukunya Sukamto yang berjudul Kepemimpinan Kiai, James C. Scoot menyatakan bahwa hubungan yang terjadi antara kiai dan santri adalah hubungan yang bersifat patron-klien. E. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas, maka penulis merasa perlu untuk membatasi judul di atas: 1. Persepsi Persepsi adalah proses internal manusia dalam memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan stimuli dan lingkungannya. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamatan masyarakat tentang objek, peristiwa, atau

9 hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan (dalam hal ini tentang keberadaan ulama dalam partai politik. 2. Ulama lstilah ulama, bentuk jamak dari kata benda (fail) bahasa Arab 'alim, yang berasal dari kata kerja 'alima yang berarti "mengetahui atau "berpengetahuan tentang. Sedang 'alim adalah seorang yang memiliki atribut ilm sebagai suatu kekuatan yang berakar kuat dalam ilmu pengetahuan dan literatur. Yang dimaksud ulama pada judul di atas adalah para alim ulama yang berdomisili di Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 3. Masyarakat Masyarakat secara bahasa artinya seluruh warga yang berdomisi di suatu daerah. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat Kandangan pada judul di atas adalah sebagian masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan. Jadi yang dimaksud judul di atas adalah persepsi masyarakat Kecamatan Kandangan terhadap keberadaan para alim ulama dalam partai politik di Kandangan Kab. Hulu Sungai Selatan.

10 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tambahan bagi para ulama yang terjun ke dunia politik tentang persepsi masyarakat terhadap keikutsertaan mereka dalam kancah perpolitikan. 2. Sebagai perbandingan dan acuan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap keikutsertaan ulama dalam dunia perpolitikan. 3. Sebagai tambahan referensi untuk memperkaya khazanah keilmuan yang ada di perpustakaan IAIN Antasari. G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini akan penulis bagikan ke dalam lima bab sebagai berikut: Bab pertama, pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, Landasan Teoritis, yang berisikan tentang pengertian ulama dan karakteristik ulama, sejarah munculnya term ulama dalam masyarakat Islam, Islam, Negara dan Politik dalam Perspektif Historis, hubungan ulama dengan masyarakat dan dunia perpolitikan.

11 Bab ketiga, metode penelitian yang berisikan tentang metode penelitian, tinjauan pustaka objek dan subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab keempat, laporan hasil penelitian yang berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan pembahasan. Bab kelima, penutup yang berisikan simpulan dan saran-saran.