KONJUNGSI DALAM PENCIPTAAN KOHESI DAN KOHERENSI WACANA JURNALISTIK (RUBRIK OPINI JAWA POS EDISI JULI 2012)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL DALAM WACANA TAJUK RENCANA HARIAN SINGGALANG EDISI APRIL-MEI 2014 ARTIKEL ILMIAH DESI PATRI YENTI NPM

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

ANALISIS JENIS FRASA DAN KLAUSA DALAM RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS EDISI FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP N 2 LEMBAH GUMANTI ARTIKEL ILMIAH SURTI YULIA FAUZI NPM

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

Oktorita Kissanti Rahayu

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan keterampilan berbahasa yang diantaranya dimulai dari. mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca dan menulis, keempat

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antar individu yang satu dengan yang

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

Transkripsi:

KONJUNGSI DALAM PENCIPTAAN KOHESI DAN KOHERENSI WACANA JURNALISTIK (RUBRIK OPINI JAWA POS EDISI JULI 2012) Wigga Okta Ferdiansah Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya wiggaokta_89@yahoo.com Maria Mintowati Abstrak Bahasa menjadi salah satu media yang paling penting dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Surat kabar merupakan salah satu media komunikasi secara tertulis. Harian Jawa Pos adalah Harian yang terbit di Jawa Timur. Ada Rubrik Opini di dalam Harian Jawa Pos. Rubrik Opini berisi tentang argumen masyarakat secara tertulis. Di dalam argumen masyarakat ada berbagai macam konjungsi. Rumusan masalah penelitian ini adalah, (1) penggunaan konjungsi dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik (Rubrik Opini Jawa Pos edisi Juli 2012), (2) ketegaran konjungsi dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik (Rubrik Opini Jawa Pos edisi Juli 2012), (3) mobilitas konjungsi dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik (Rubrik Opini Jawa Pos edisi Juli 2012). Secara umum penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk memberikan perilaku konjungsi dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik yang menyangkut penggunaanya, ketegarannya, dan mobilitasnya dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik Harian Jawa Pos Rubrik Opini edisi Juli 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mengacu pada pemaparan dan pendeskripsian data. Pengumpulan data dilakukan secara dokumentasi yang berarti harus mendokumentasikan dan mengelompokan data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Simpulan dari penelitian ini adalah, (1) Penggunaan aturan konjungsi dalam kalimat rubrik Opini Jawa Pos edisi Juli 2012, ditemukan konjungsi yang tidak dapat digunakan di awal kalimat. Konjungsi tersebut adalah konjungsi dan, serta, tetapi, sebab. Tidak terdapat bentuk konjungsi mengkarenakan dan dikarenakan, yang ada hanya bentuk konjungsi menyebabkan dan disebabkan. Konjungsi yang tidak digunakan pada Jawa Pos rubrik Opini edisi Juli 2012 adalah konjungsi selagi, sementara, sebelum dan setelah, (2) konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan tidak koherensi terjadi ketidaktegaran, serta ketegaran konjungsi dalam kalimat yang berkohesi dan berkoherensi lebih banyak dibandingkan ketegaran konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan koherensi, (3) permutasian konjungsi dalam kalimat yang kohesi dan koherensi lebih banyak dibandingkan permutasian konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan koherensi.konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan tidak koherensi terjadi permutasian konjungsi dalam kalimat lebih rendah. Maksudnya, dalam kalimat yang tidak kohesi dan tidak koherensi konjungsi cenderung tidak dapat dipermutasikan. Kata Kunci: konjungsi, kohesi, koherensi, wacana jurnalistik, ketegaran, mobilitas Abstract Language to be one of the most important medium of communication both orally and in writing. The newspaper is one medium of communication in writing. Jawa Pos daily newspaper was published in East Java. There are sections in the Daily Opinion Jawa Pos. Rubric Opinion contains the arguments in writing. In the community there are many different arguments conjunctions. 1

The formulation of this research is, (1) the use of conjunctions in the creation of journalistic discourse cohesion and coherence (Rubric Opinion Java Pos July 2012), (2) the hardness of conjunctions in the creation of journalistic discourse cohesion and coherence (Rubric Opinion Java Pos July 2012), (3) the mobility of conjunctions in the creation of journalistic discourse cohesion and coherence (Rubric Opinion Java Pos July 2012). In general, the research to be conducted is intended to provide behavioral conjunctions in the creation of journalistic discourse cohesion and coherence concerning its use, toughness, and mobility in the creation of journalistic discourse cohesion and coherence Rubric Opinion Java Pos July 2012. This study used a qualitative descriptive method that refers to the exposure and the description of the data. The data was collected by means documentation must document and classify the data according to the needs of the research. The conclusions of this research are: (1) use conjunctions in sentences Rubric Opinion Java Pos July 2012, found that conjunctions can not be used at the beginning of the sentence. Conjunctions and conjunctions are and, but, because. There is no form of conjunctions because of and because, only conjunctions of cause and due form. Conjunctions are not used on the Rubric Opinion Java Pos July 2012 are conjunctions while, while, before and after, (2) conjunctions in sentences cohesion and coherence occur not toughness and kink cohesion conjunctions in sentences and more than rigidity coherention conjunctions in sentences cohesion and coherence, (3) permutation conjunctions in sentences that cohesion and coherence more than permutation conjunctions in sentences coherence. Conjunction cohesion and cohesion in a sentence that does not happen permutation coherence and conjunction of the lower sentence. That, in a sentence that is not the cohesion and coherence of conjunctions tend not to permutation. Keywords: conjunction, cohesion, coherence, journalistic discourse, toughness, mobility PENDAHULUAN Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). Peristiwa komunikasi yang berlangsung menjadi tempat untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Dengan demikian, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud pembicara kepada pendengar (Rahardi, 2011:3). Bahasa menjadi salah satu media yang paling penting dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Dalam konteks komunikasi tulis, menurut Halliday dan Hasan (dalam Alwi, 2003:14) mengemukakan tiga metafungsi bahasa. Ketiga metafungsi yang dimaksud adalah fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal function), dan fungsi tekstual (textual function). Ketiga metafungsi ini sangat penting dalam kaitannya dengan analisis wacana dan penggunaan bahasa dalam proses sosial dalam masyarakat. Pada peristiwa komunikasi, bahasa berfungsi ideasional dan interpersonal. Sedangkan untuk merealisasikan dan mewujudkan adanya wacana, bahasa berfungsi tekstual. Dalam hal ini, para partisipan (penutur dan mitra-tutur, pembicara dan mitra-bicara) berkomunikasi dan berinteraksi sosial melalui bahasa dalam wujud konkret berupa wacana (lisan atau tulis) (Sumarlam, 2003:4). Dengan adanya wacana untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi sosial, dapat ditegaskan bahwa fungsi tekstual pada hakikatnya merupakan sarana bagi terlaksananya kedua fungsi lainnya, yaitu fungsi ideasional dan fungsi interpersonal. Dalam fungsi tekstual, yang menjadi objek kajian penelitian ini salah satu contohnya adalah dalam bentuk media cetak atau surat kabar (yang selanjutnya disingkat SK). SK merupakan sarana komunikasi yang dalam penyajiannya menggunakan bahasa tulis. SK menjadi salah satu sarana yang penting dalam kehidupan masyarakat karena dapat memberikan informasi yang aktual dan luas. Salah satu SK yang terbit di Jawa adalah harian Jawa Pos (HJP) yang memuat peristiwa terkini dari dalam dan luar negeri. Dalam salah satu kolom HJP terdapat suatu rubrik bernama Opini yang memberikan informasi berupa pendapat atau argumen naratif yang dikirimkan oleh pembaca. Dalam kenyataannya banyak pembaca harian ini yang memberikan perhatian dan apresiasi positif terhadap artikel ini. Hal ini dapat dilihat dari

tumpukan kumpulan opini yang masuk ke redaksi, sehingga tidak jarang dilakukan penyeleksian secara ketat terhadap artikel yang akan dimuat. Bahkan banyak pembacanya menyempatkan membaca rubrik ini sebelum membaca berita lainnya. Alasannya, mereka telah jenuh membaca berita yang berkisar pada berita kriminal, politik, atau bencana saja. Mereka menginginkan bacaan yang ringan, tidak membebani serta segar. Dengan membaca kolom ini, mereka merasa mengetahui sebuah opini seseorang tentang suatu hal, meski hanya sesaat. Rubrik semacam ini merupakan salah satu usaha perusahaan percetakan surat kabar untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik penerbitan tersebut. Berkaitan dengan ini, kolom atau rubrik Opini dalam HJP (untuk kemudian disingkat RO), kehadirannya merupakan salah satu kolom andalan yang menjadikan media ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pembacanya. Penelitian yang mendalam terhadap rubrik Opini dalam HJP dilakukan dengan menggunakan kajian secara linguistik. Hal ini dikarenakan dalam penyajiannya penulis menggunakan satuan lingual, yaitu wacana yang memiliki ciri khas tersendiri. Kajian linguistik yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah analisis wacana. Analisis wacana ialah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Yuniseffendri, (2007: 1 2) menyebutkan bahwa istilah wacana mengacu ke rekaman kebahasaaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Wacana memperlakukan kaidah-kaidah tata bahasa sebagai suatu sumber daya yang menyesuaikan dengan kaidah-kaidah itu ketika memang diperlukan. Pada mulanya kata wacana dalam bahasa Indonesia digunakan untuk mengacu pada bahan bacaan, percakapan dan tuturan dan pada akhirnya wacana digunakan sebagai istilah yang merupakan padanan dari istilah discourse (bahasa Inggris) yang mempunyai definisi sebagai satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi dan berada diatas dari kalimat, frase,kata dan bunyi yang secara berurutan rangkaian bunyi membentuk kata, rangkaian kata membentuk frase, rangkaian frase membentuk kalimat dan pada akhirnya rangkaian kalimat akan membentuk wacana, baik wacana lisan maupun wacana tulisan (Eriyanto, 2005 : 57). Adapun menurut Tarigan yang dimaksud wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata dan disampaikan secara lisan atau secara tertulis (dalam Eriyanto, 2005 : 56). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut jelas bahwa yang dimaksud wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap yang biasanya merupakan rentetan kata atau kalimat yang koheren dan di sampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan memiliki bagian awal dan bagian penutup yang mempunyai tujuan tertentu. Suparno (dalam Yunisefendri 2007:11), membagi empat macam wacana dalam tulis menulis, yaitu (1) wacana deskriptif, (2) wacana naratif, (3) wacana ekspositoris, dan (4) wacana argumentatif. Lebih lanjut suparno menyatakan bahwa wacana deskriptif merupakan wacana yang bercirikan suatu objek sesuai visi penulis/penutur. Wacana deskripif menyangkut tentang tempat, manusia, dan keadaan, misalnya pengungkapan sebuah tokoh. Wacana naratif lebih mengarah pada kesusastraan. Wacana ini mengungkapkan hal-hal yang sudah mengalami suatu proses pengimajian. Wujud wacana naratif, seperti karya sastra, yang terungkap bukan pengalaman konkret, tetapi pengalaman imajinatif. Wacana ekspositoris berusaha menjelaskan suatu objek. Wacana ini berlaku untuk menjelaskan konsep dalam dunia ilmu pengetahuan. Biasa juga disebut sebagai wacana ilmu pengetahuan. Pada wacana ini terdapat evidensi, informasi faktual, dan penalaran. Wacana argumentatif berusaha memberikan argumentasi suatu masalah. Wacana ini dapat digunakan untuk berdebat dan berbagi peristiwa komunikasi, dan sering juga dipakai dalam jurnalistik sebagai pengungkapan argumen tentang suatu peristiwa atau hal. Fokus penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah wacana argumentatif yang mengacu pada jurnalistik. Hal ini karena Rubrik opini merupakan sarana opini publik yang sudah mendapat proses penyuntingan oleh Jawa Pos. Pengertian jurnalistik ditinjau dari etimologi atau ilmu asal-usul kata berasal dari kata journal (bahasa Inggris) yang berarti hari, dimana segala berita atau warta itu termuat dalam lembaran yang tercetak (Rahardi, 2010:5). Adapun pengertian lain disebutkan bahwa definisi jurnalistik adalah perihal yang berhubungan dengan persuratkabaran, kewartawanan atau ilmu komunikasi massa (M. Dahlan, 2000:483 ). Jurnalistik merupakan salah satu ragam tuturan dalam masyarakat kita. Tuturan jurnalistik dibangun dalam bentuk berita dan bentuk jurnalistik lainnnya. Tuturan bahasa wartawan penting dipahami mengingat hampir tak ada manusia yang terhindar dari serbuan media, baik 3

cetak maupun elektronik, bahkan kita bergantung pada keberadaan media tersebut. Media tentu saja merupakan salah satu produk moderenisme yang tidak dapat diabaikan manusia saat ini. Harian Jawa Pos merupakan sebuah surat kabar yang sudah dikenal oleh pembacanya yang tentunya ada jenis tertentu didalam meletakkan sebuah berita agar berita yang dimuat sesuai dengan sasaran pembaca, sesuai dengan kebutuhan pembaca, menumbuhkan fanatisme pembaca, menciptakan kesetiaan pembaca dan menjadikan berita di HJP menjadi ajang gengsi bagi pembeli dan pembaca. Sudah diseutkan diatas bahwa dalam HJP ini terdapat kolom rubrik opini (RO). RO merupakan berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendikiawan, sarjana, ahli, atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi dari lingkungan sekitar. Dalam RO, terdapat kalimat, klausa, dan frasa yang menggunakan konjungsi sebagai penghubung antarkalimat atau antarklausa. Menurut Chaer (2009:81) konjungsi antarkalimat yang digunakan dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik adalah konjungsi setelah itu, saat itu, pada saat itu, waktu itu, pada waktu itu, maka dari itu, karena itu, sampai-sampai, padahal, dan konjungsi sejak saat itu. Konjungsi antarklausa yang digunakan dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik adalah konjungsi sebelum, setelah, sesudah, sudah, selesai, sehabis, habis, sampai, sesampai, sampaisampai, saat, pada saat, waktu, sewaktu, pada waktu, ketika, suatu ketika, setiap, sehingga, hingga, bahwa, kalau, daripada, walaupun, agar, supaya, berkat, karena, karna, dengan, untuk, sambil, semenjak, dan konjungsi jika. Konjungsi yang sering digunakan dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik tersebut adalah jenis konjungsi yang menyatakan makna urutan, penambahan, serta jenis konjungsi yang menyatakan makna kesewaktuan. Hal ini bisa saja dikarenakan oleh bentuk wacana jurnalistik yang bersifat naratif yang isinya menceritakan rangkaian peristiwa atau kejadian serta keadaan secara kronologis. Kegiatan menulis merupakan salah satu bentuk perbuatan melibatkan unsur kebahasaan, yaitu kode dan pesan. Untuk membentuk sebuah kalimat yang baik agar pesan yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh pembaca, diperlukan keterkaitan dan kepaduan yang kompak antarunsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya. Untuk kepentingan keserasian dan keterkaitan tersebut diperlukan alat pengait yang disebut penanda kohesi. Dengan demikian, penggunaan konjungsi dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik memunyai hubungan dengan proses pengembangan gagasan dalam kegiatan mengarang, khususnya dalam menjelaskan kalimat. Dengan demikian, konjungsi merupakan salah satu alat penanda kohesi yang mempunyai fungsi penting dalam pembentukan kalimat yang baik. Fungsi tersebut dapat dikembalikan pada fungsi penanda kohesi dan koherensi dalam kalimat. Sehubungan dengan pentingnya penanda kohesi dan koherensi dalam kalimat, peneliti mencoba mengkaji konjungsi dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik. METODE Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode deskripsi bertujuan mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam penelitian kualitatif terutama dalam mengumpulkan data serta menggambarkan data secara ilmiah. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitataif tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Data yang terkumpul berupa kata atau kalimat (Hasan, 1990:6). Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini, bermaksud mendeskripsikan data yang berupa konjungsi dalam penciptaan kohesi dan koherensi wacana jurnalistik yang ditinjau dari penggunaan, ketegaran serta mobilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan anilisis data peneliti menemukan aturan penggunaan konjungsi dalam kalimat kohesi dan koherensi, banyaknya ketegaran yang terjadi dalam kalimat kohesi dan koherensi serta banyaknya mobilitas yang terjadi dalam kalimat kohesi dan koherensi. Berdasarkan banyaknya ketegaran yang terjadi dalam kalimat kohesi dan koherensi terdapat ketegaran konjungsi yang terjadi pada kalimat yang tidak kohesi dan koherensi serta berdasarkan banyaknya mobilitas yang terjadi dalam kalimat kohesi dan koherensi terdapat mobilitas konjungsi yang terjadi dalam kalimat yang tidak kohesi dan koherensi. Berdasarkan data penggunaan konjungsi tersebut diperoleh aturan pemakaian konjungsi sebagai berikut. 1) Penggunaan konjungsi dan terdapat 4 aturan, (1) di antara dua kata berkategori nomina, (2) di antara dua kata berkategori verba, (3) di antara dua kata berkategori ajektifa yang tidak bertentangan, (4) di antara dua buah klausa dalam kalimat majemuk koordinatif. Terdapat pengecualian dalam penggunaan konjungsi dan, yaitu (1) bila yang digabungkan lebih dari

dua kata, maka konjungsi dan hanya ditempatkan di antara dua kata yang terakhir, (2) bila klausa-klausa yang digabungkan lebih dari dua buah, maka konjungsi dan hanya ditempatkan di antara klausa yang terakhir, dan (3) konjungsi dan tidak dapat digunakan pada awal kalimat. 2) Penggunaan konjungsi serta terdapat 2 aturan, (1) di antara dua kata atau lebih sebagai pengganti konjungsi dan, (2) di antara dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk koordinatif yang subjeknya adalah identitas yang sama. Terdapat pengecualian dalam penggunaan konjungsi serta, yaitu sama dengan konjungsi dan, maka konjungsi serta juga tidak dapat berposisi pada awal kalimat. 3) Penggunaan konjungsi dengan yaitu, (1) digunakan di antara dua buah kata berkatagori nomina pengisi fungsi subjek, kecuali (1) sebaiknya kata dengan sebagai konjungsi diganti dengan konjungsi dan, (2) kata dengan lebih berstatus sebagai preposisi daripada sebagai konjungsi. 4) Penggunaan konjungsi atau terdapat 5 aturan, (1) di antara dua kata berkategori nomina atau frase nomina, (2) di antara dua kata berkategori verba, (3) di antara dua kata berkategori ajektifa yang maknanya berlawanan, (4) di antara dua kata berkategori verba atau adjektifa dengan bentuk ingkarnya, (5) di antara dua buah klausa dalam kalimat majemuk koordinatif. Terdapat pengecualian dalam penggunaan konjungsi atau yaitu jika dipilih terdiri lebih dari dua unsur, maka konjungsi atau ditempatkan di muka unsur terakhir. 5) Penggunaan konjungsi tetapi terdapat 5 aturan, (1) di antara dua kata berkategori ajektifa yang berkontras di dalam sebuah klausa, (2) di antara dua klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang sama, sedangkan predikatnya adalah dua kata berkategori ajektifa yang berkontras, (3) di antara dua klausa yang subjeknya bukan identitas yang sama, sedangkan predikatnya berupa dua kataberkategori ajektifa yang bertentangan, (4) di antara dua klausa, yang klausa pertama berisi pernyataan, sedangkan klausa kedua berisi pengingkaran dengan adverbia tidak, (5) di antara dua klausa, yang klausa pertama berisi pengingkaran dengan adverbia bukan dan klausa kedua berisi pernyataan yang membetulkan isi klausa pertama. Terdapat pengecualian dalam penggunaan konjungsi tetapi yaitu (1) konjungsi tetapi pada penggunaan verba sebaiknya diganti dengan konjungsi melainkan, (2) konjungsi tetapi tidak boleh digunakan pada awal kalimat, atau sebagai konjungsi antar kalimat. 6) Penggunaan konjungsi namun yaitu di antara dua kalimat, yang kalimat pertama atau kalimat sebelumnya berisi pernyataan dan kalimat kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama. Terdapat pengecualian dalam penggunaan konjungsi namun yaitu (1) konjungsi namun sebenarnya sama fungsinya dengan konjungsi tetapi. Bedanya kalau konjungsi tetapi adalah konjungsi antar klausa, sedangkan konjungsi namun adalah konjungsi antar kalimat, (2) konjungsi namun, untuk lebih menegaskan, dapat diikuti kata begitu atau demikian. 7) Penggunaan konjungsi sedangkan yaitu di antara dua klausa dalam satu kalimat. 8) Penggunaan konjungsi sebaliknya yaitu di antara dua buah klausa atau di antara dua buah kalimat. 9) Penggunaan konjungsi melainkan yaitu di antara dua klausa, yang klausa pertama atau klausa sebelumnya berisi pernyataan yang disertai adverbia bukan, klausa kedua berisi ralat terhadap klausa pertama, kecuali pada kasus-kasus tertentu konjungsi melainkan dapat diganti dengan konjungsi tetapi. 10) Penggunaan konjungsi hanya yaitu di antara dua klausa, yang klausa pertama berisi pernyataan positif dan klausa kedua yang meralatnya berisi pernyataan yang mengurangi kepositifan klausa pertama, serta konjungsi hanya juga berfungsi menyatakan hubungan pembatasan. 11) Penggunaan konjungsi bahkan yaitu di antara dua klausa atau kalimat. 12) Penggunaan konjungsi lagipula yaitu diletakkan di depan klausa (kalimat) terakhir dari beberapa klausa (kalimat) sebelumnya. 13) Penggunaan konjungsi apalagi yaitu di antara dua klausa atau kalimat, yang klausa (kalimat) pertama berisi suatu pernyataan sedangkan klausa (kalimat) kedua memberi penegasan klausa (kalimat) pertama. 14) Penggunaan konjungsi begitujuga yaitu ditempatkan pada awal kalimat kedua. Konjungsi begitu juga dapat disubstitusikan dengan konjungsi begitu pula, demikian juga atau demikian pula 15) Penggunaan konjungsi itupun yaitu diletakkan pada awal klausa (kalimat). Dalam hal ini 5

klausa (kalimat) pertama diawali dengan adverbia hanya 16) Penggunaan konjungsi kecuali yaitu diletakkan pada awal klausa (kalimat) kedua. Konjungsi kecuali ada juga yang berlaku sebagai adverbia pembatasan. Jika sebagai adverbia konjungsi kecuali hanya membentuk sebuah frase bukan klausa. Terdapat pengecualian dalam penggunaan konjungsi kecuali yaitu (1) konjungsi kecuali ada juga yang berlaku sebagai adverbia pembatasan sebagai adverbia kecuali hanya membentuk sebuah frase bukan klausa. 17) Konjungsi pengurutan yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam urutan beberapa kejadian atau peristiwa secara kronologis. Yang termasuk konjungsi pengurutan ini adalah katakata sesudah, sebelum, lalu, mula-mula, kemudian, selanjutnya, setelah itu, atau katakata pertama, kesua, ketiga, dan seterusnya. Konjungsi pengurutan ini dapat digunakan satu, dua, tiga, atau beberapa segaligus tergantung pada jumlah klausa yang membentuk kalimat itu. Konjungsi sebelum itu, setelah itu, selanjutnya, seterusnya, kemudian dari itu, dan sesaat kemudian biasa digunakan sebagai konjungsi antarkalimat. 18) Penggunaan konjungsi yaitu yaitu konjungsi yaitu untuk menghubungkan menyamakan digunakan antara dua bagian kalimat yang maujudnya sama. Biasanya antara maujud subjek atau objek dengan maujud aposisinya. 19) Penggunaan konjungsi yakni yaitu konjungsi yakni secara bebas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi yaitu. Adanya kemungkinan konjungsi yaitu dan yakni saling dapat dipertukarkan adalah karena secara etimologi, kata yaitu berasal dari ia + itu, sedangkan yakni berasal ia + ini. Perbedaan keduanya adalah yaitu bersifat kataforis, sedangkan yakni bersifat anaforis. 20) Penggunaan konjungsi adalah yaitu untuk menghubungkan dua bagian kalimat di mana bagian kalimat pertama merupakan maujud yang sama dengan kalimat kedua. Konjungsi ini biasa digunakan di dalam konstruksi definisi atau pembatasan. Namun kata adalah yang digunakan pada awal kalimat bukanlah sebuah konjungsi, melainkan kata yang menjadi tumpuan kalimat. 21) Penggunaan konjungsi ialah yaitu konjungsi ialah untuk menghubungkan menyamakan secara terbatas dapat digunakan sebagai varian dari konjungsi adalah. 22) Penyimpulan adalah konjungsi yang menghubungkan menyimpulkan. Yang termasuk konjungsi penyimpulan antara lain, maka, maka itu, jadi, karena itu, oleh karena itu, sebab itu, oleh sebab itu, dengan demikian, dan dengan begitu. Semua konjungsi penyimpulan ini memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menghubungkan menyimpulkan terhadap isi kalimat-kalimat yang disebutkan didepannya. Secara semantik ada perbedaanya, yaitu bagaimana cara menarik kesimpulan itu. Namun, semuanya dapat disubstansikan. 23) Penggunaan konjungsi bahwa terdapat 3 aturan, (1) sebagai penjelasan wujud subjek sitempatkan di belakang subjek, (2) sebagai penjelasan predikat transitif diletakkan pada awal fungsi objek, (3) konjungsi bahwa boleh ditempatkan pada awal kalimat. 24) Penggunaan konjungsi sebab yaitu untuk menghubungkan menyatakan sebab secara umum dapat menggantikan posisi konjungsi karena. Konjungsi sebab tidak dapat ditempatkan pada awal kalimat. Kata sebab yang berkategori konjungsi berhomonim dengan kata sebab yang berkategori nomina, sehingga dalam bahasa Indonesia ada data aktual menyebabkan atau disebabkan (yang bentuk dasarnya nomina sebab), tetapi tidak ada bentuk *mengkarenakan atau dikarenakan*. 25) Penggunaan konjungsi karena yaitu untuk menghubungkan menyatakan sebab ditempatkan pada awal klausa bawahan. Lalu, karena klausa bawahan bisa berposisi sebagai klausa pertama maupun klausa kedua maka konjungsi karena dapat berposisi pada awal kalimat maupun pada tengah kalimat. 26) Penggunaan konjungsi lantaran yaitu untuk menghubungkan menyatakan sebab dapat dignakan untuk menggantikan konjungsi karena. Namun, konjungsi lantaran ini hanya digunakan dalam bahasa Indonesia ragam nonbaku. 27) Penggunaan konjungsi kalau yaitu untuk menghubungkan menyatakan syarat ditempatkan pada awal klausa bawahan. Lalu, karena klausa bawahan ini dapat berposisi sebagai klausa pertama dan klausa kedua, maka konjungsi kalau bisa berada pada awal kalimat bisa juga ditengah kalimat. 28) Penggunaan konjungsi jika yaitu untuk menghubungkan menyatakan syarat dapat

digunakan untuk menggantikan konjungsi kalau. 29) Penggunaan konjungsi jikalau yaitu untuk menghubungkan menyatakan syarat dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi jika. Namun, secara semantik ada perbedaan kecil. Konjungsi jikalau lebih memberi tekanan dibandingkan konjungsi jika. 30) Penggunaan konjungsi bila yaitu untuk menghubungkan menyatakan syarat dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi kalau. 31) Penggunaan konjungsi bilamana dan apabila yaitu menghubungkan menyatakan syarat dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi bila. Hanya secara semantik konjungsi bilaman dan apabila lebih menegaskan daripada konjungsi bila. 32) Penggunaan konjungsi asal yaitu menghubungkan menyatakan syarat digunakan dalam bahasa ragam nonformal. 33) Penggunaan konjungsi agar yaitu untuk menghubungkan menyatakan tujuan ditempatkan pada awal klausa kedua (klausa bawahan) dari sebuah kalimat majemuk subordinatif. Karena klausa bawahan ini dapat berada pada awal kalimat, maka konjungsi agar dapat berposisi pada awal atau pada tengah kalimat. Bila konjungsi agar ditempatkan pada awal kalimat, maka lazim juga pada klausa utama diawali dengan konjungsi maka, meskipun hal ini tidak perlu. 34) Penggunaan konjungsi supaya yaitu untuk menghubungkan menyatakan tujuan dapat digunakan unjtuk menggantikan konjungsi agar. Konjungsi agar dan supaya sebaiknya tidak digunakan sekaligus. Cukup salah satu diantara keduanya. 35) Penggunaan konjungsi untuk yaitu untuk menghubungkan menyataka tujuan tepatnya pada awal klausa bawahan pada sebuah kalimat majemuk subkoordinatif. Berbeda dengan konjungsi agar dan supaya yang ditempatkan pada klausa bawahan yang dimulai dengan fungsi subjek, maka konjungsi untuk digunakan pada klausa bawahan yang dimulai dengan predikat. 36) Penggunaan konjungsi guna yaitu untuk menghubungkan menyatakan tujuan dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi untuk. 37) Penggunaan konjungsi yang menyatakan penyuguhhan yaitu konjungsi untuk menghubungkan menyuguhkan hal, peristiwa, atau tindakan yang terjadi pada klauhan dalam sebuah klausa utama pada sebuah kalimat majemuk subordinatif. Yang termasuk konjungsi penyuguhan adalah kata-kata meskipun (meski), biarpun (biar), walaupun (walau), sungguhpun, kalaupun, kendatipun dan sekalipun. Konjungsi penyuguhan ini ditempatkan pada awal klausa bawahan dalam sebuah kalimat majemuk subordinatif. Semuanya dapat saling dipertukarkan; dan karena klausa utama dan klausa bawahan dapat saling bertukar posisi, maka konjungsi penyungguhan ini dapat berada pada awal kalimat, dan dapat juga di tengah kalimat, kecuali konjungsi meski (bentuk singkat dari meskipun), biar (bentuk singkat dari biarpun), dan walau (bentuk singkat dari walaupun) hanya bisa digunakan dalam ragam bahasa nonformal. 38) Penggunaan konjungsi ketika yaitu untuk menghubungkan menyatakan saat waktu yang sama antara kejadian, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa yang satu dengan klausa yang lain pada sebuah kalimat majemuk subordinatif. Konjungsi waktu, sewaktu, saat, dan tatkala secara umum dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi ketika. 39) Penggunaan konjungsi sesudah yaitu untuk menghubungkan menyatakan waktu kejadian, peristiwa, atau tindakan pada klausa utama terjadi sesudah terjadinya kejadian, peristiwa, atau tindakan pada klausa bawahan. 40) Penggunaan konjungsi sejak yaitu untuk menghubungkan menyatakan waktu kejadian, peristiwa, atau tindakan pada klausa utama terjadi berawal ketika kejadian, peristiwa, atau tindakan pada klaua bawahan terjadi. Berdasarkan pembahasan penggunaan, ketegaran, mobilitas konjungsi dalam kalimat kohesi dan koherensi dapat disimpulkan penggunaan aturan konjungsi dalam kalimat rubrik Opini Jawa Pos edisi Juli 2012, ditemukan konjungsi yang tidak dapat digunakan di awal kalimat. Konjungsi tersebut adalah konjungsi dan, serta, tetapi, sebab. Tidak terdapat bentuk konjungsi mengkarenakan dan dikarenakan, yang ada hanya bentuk konjungsi menyebabkan dan disebabkan. Konjungsi yang tidak digunakan pada Jawa Pos rubrik Opini edisi Juli 2012 adalah konjungsi selagi, sementara, sebelum dan setelah. Konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan tidak koherensi terjadi ketidaktegaran, serta ketegaran konjungsi dalam kalimat yang kohesi dan koherensi lebih banyak dibandingkan ketegaran konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan 7

koherensi. Permutasian konjungsi dalam kalimat yang kohesi dan koherensi lebih banyak dibandingkan permutasian konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan koherensi. Konjungsi dalam kalimat yang tidak kohesi dan tidak koherensi terjadi permutasian konjungsi dalam kalimat lebih rendah. Maksudnya, dalam kalimat yang tidak kohesi dan tidak koherensi konjungsi cenderung tidak dapat dipermutasikan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2007. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta. Eriyanto. 2005. Analisis Wacana; Pengantar Analisis teks media. Yogyakarta: LKiS Hasan, Oetomo. 1990. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial dalam Kasus Penelitian Sosial. Surabaya: FISIP Universitas Airlangga. Sudaryanto. 1988. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra. Yuniseffendri. 1997. Analisis Wacana. Surabaya: Lembaga Penerbit FBS Unesa.