I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pengaruh sekolah tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan siswa. Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 3 (Tholib, 2005:3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Ada 9 pilar pendidikan berkarakter, diantaranya adalah: 1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya 2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian 3. Kejujuran /amanah dan kearifan 4. Hormat dan santun 5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama 6. Kreatif dan bekerja keras 7. Kepemimpinan dan keadilan 8. Baik dan rendah hati 9. Toleransi kedamaian dan kesatuan

2 Berdasarkan fungsi itu, sekolah sebagai tempat pendidikan ikut berperan dalam mengembangkan potensi dalam diri siswa, supaya siswa dapat menjadi manusia yang memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, serta dapat bertanggung jawab. Hal ini didukung oleh Idris (Tholib, 2005:5), yang memandang bahwa: Pendidikan sebagai serangkaian interaksi dan bantuan terhadap perkembangan potensi (potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral, kepercayaan diri, pengetahuan, dan keterampilan) siswa semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa. Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa yang barang tentu memiliki tanggung jawab yang besar dalam upaya pengembangan potensi siswa secara optimal. Pengembangan tersebut bukan hanya perkembangan intelektual saja atau hanya pada aspek kognitifnya saja, akan tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotoriknya. Hal tersebut tentu didukung oleh rasa percaya diri. Maka dari itu, percaya diri pada siswa mutlak menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Lie (2003 :4) mengatakan bahwa percaya diri adalah modal dasar seorang siswa dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Menurut Lie (2003: 4) ada beberapa ciri-ciri perilaku siswa yang mencerminkan percaya diri diantaranya:

3 1. Yakin pada diri sendiri 2. Tidak terlalu bergantung kepada orang lain 3. Tidak ragu-ragu 4. Merasa diri berharga 5. Tidak menyombongkan diri 6. Memiliki keberanian untuk bertindak 7. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain Berdasarkan ciri ciri tersebut siswa yang percaya diri akan mempunyai kemampuan untuk menghadapi masalah masalah yang muncul dan tidak ragu untuk mengambil keputusan karena memiliki keyakinan yang tinggi pada diri. Selain itu, mereka berani mengemukakan ide ide kreatif yang positif, sehingga potensi yang ada dalam diri mereka akan berkembang dengan baik yang menjadikan diri mereka lebih berharga. Widarso (2005:44) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki rasa percaya diri dapat melakukan apa pun dengan keyakinan akan berhasil, apabila ternyata gagal, seseorang tidak lantas putus asa tetapi mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki percaya diri tidak mudah putus asa ketika menghadapi suatu permasalahan. Keyakinan individu terhadap dirinya timbul karena individu memiliki kepercayaan diri. Percaya diri merupakan dasar siswa untuk dapat melakukan hal yang cukup berarti dan dianggap menantang. Percaya diri dapat dimiliki oleh seorang siswa apabila ia yakin akan kemampuan diri yang dimiliki sehingga dapat melahirkan suatu cipta ataupun kreasi. Sebaliknya apabila seorang siswa memiliki percaya diri yang rendah dalam dirinya maka individu itu akan

4 terbebani dan terganggu dalam melakukan suatu hal serta ragu dalam mengambil keputusan untuk masa depan yang akan dipilihnya. Menurut Ubayidillah (Lina, 2010:18), ciri ciri seseorang dengan percaya diri rendah adalah sebagai berikut: 1. Kurang bisa untuk bersosialisasi dan tidak yakin pada diri sendiri, sehingga mengabaikan kehidupan sosialnya. 2. Seringkali tampak murung dan depresi. 3. Punya masalah dalam kebiasaan makan misalnya anorexia yang mengarah pada obesitas, yang membahayakan bagi tubuhnya. 4. Mereka suka berpikir negatif dan gagal untuk mengenali potensi yang dimilikinya. 5. Takut dikritik dan merespon pujian dengan negatif. 6. Takut untuk mengambil tanggung jawab. 7. Takut untuk membentuk opininya sendiri. 8. Hidup dalam keadaan pesimis. Berdasarkan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas, jelas bahwa individu yang memiliki rendahnya percaya diri memiliki citra diri negatif dan konsep diri yang kurang. Rendahnya percaya diri akan menjadi penghalang kemampuan seseorang dalam membentuk satu hubungan antar individu agar nyaman dan baik untuk dirinya. Hal ini tentunya merupakan keadaan kurang baik untuk seorang siswa. Apabila percaya diri mereka kurang maka prestasi yang mereka capai pun tidak maksimal. Kurangnya keberanian dalam mengambil keputusan, tidak berani tampil, tidak mampu mengeluarkan pendapat, dan mengekspresikan diri di dalam kelas tentu akan menghambat prestasi yang ingin dicapai. Melalui kancah orientasi yang telah dilakukan oleh peneliti, pada tanggal 28 31 Oktober 2013 di SMAN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur, peneliti melihat

5 ketika kegiatan belajar berlangsung, ada beberapa siswa yang tidak mau maju ke depan kelas untuk mengerjakan tugas di papan tulis, siswa yang tidak mau bertanya saat presentasi, siswa yang tidak mau maju presentasi dengan alasan takut salah, siswa berbicara ragu ragu saat ditanya oleh guru, siswa tidak kooperatif dalam kerja kelompok, siswa tidak menyelesaikan yag diberikan oleh guru, siswa tidak berani menampilkan hasil kerjanya di depan kelas dan siswa tidak berani mengeluarkan pendapat. Meskipun demikian, berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan oleh peneliti dengan wali kelas dan guru matapelajaran mengenai nilai akademik dan intensitas perilaku tersebut muncul, guru dan wali kelas menjawab nilai akademik siswa yang bersangkutan adalah rata rata dan perilaku tersebut sudah muncul sejak awal kegiatan belajar sebagai murid baru. Dengan demikian perilaku tersebut menunjukkan kurangnya percaya diri pada siswa. Menurut Hakim (2002:6) rasa percaya diri merupakan salah sat u kekuatan jiwa yang sangat menentukan berhasil tidaknya orang tersebut dalam mencapai berbagai tujuan hidupnya. Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi siswa yang memiliki percaya diri rendah perlu dilakukan upaya untuk membangun percaya diri siswa dalam belajar. Hal tersebut agar siswa tidak lagi merasa canggung, malu ataupun takut mengungkapkan ide, pikiran, dan pendapat sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai keberhasilannya dalam pendidikan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk membantu guru dalam meningkatkan percaya diri siswa yaitu dengan memberikan layanan bimbingan kelompok.

6 Cara membangun percaya diri dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diperkirakan tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang memiliki rasa percaya diri yang rendah dalam menampilkan diri terutama dalam belajar di kelas. Hal ini dikarenakan layanan bimbingan kelompok memiliki teknik dan isi kegiatan yang relevan dengan pengembangan percaya diri siswa. Salah satu kegunaan dari kegiatan kelompok seperti yang diungkapkan oleh Hartinah (2009: 9-10) bahwa, melalui kelompok dapat dihilangkan bebanbeban moril seperti malu, penakut, sifat-sifat egoistis, agresif, manja, dan sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan gejala-gejala orang yang mengalami tidak percaya diri. Sehingga melalui kegiatan kelompok yaitu bimbingan kelompok hal-hal tersebut dapat dikurangi sebaliknya kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dapat meningkat. Maka dari itu, peran guru pembimbing sangatlah dibutuhkan untuk membantu siswa dalam meningkatkan percaya diri siswa. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Percaya Diri dalam Belajar Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014

7 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Terdapat siswa yang sering menyuruh teman yang lain saat menjawab pertanyaan dalam presentasi kelompok. b) Terdapat siswa yang tidak mau menampilkan kemampuannya di depan kelas. c) Terdapat siswa tidak berani menampilkan hasil kerja tugas pelajarannya di depan kelas. d) Terdapat siswa ragu ragu mengeluarkan pendapat saat kegiatan belajar. 3. Masalah dan Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah terdapat siswa yang kurang percaya diri dalam kegiatan belajar di kelas. Penelitian ini akan dibatasi pada Meningkatkan Percaya Diri dalam Belajar Menggunakan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014. 4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah terdapat siswa yang kurang percaya diri dalam kegiatan belajar di kelas. Permasalahannya adalah Apakah Percaya Diri dalam Belajar pada Siswa Kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran

8 2013/2014 dapat ditingkatkan dengan menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok?. B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelian ini adalah untuk mengetahui peningkatan percaya diri dalam belajar menggunakan layanan bimbingan kelompk pada siswa kelas X SMAN I Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini secara umum terbagi menjadi dua, yaitu: a) Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. b) Kegunaan Praktis Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kurangnya kepercayaan diri siswa sehingga dapat membantu guru untuk mengatasi rasa percaya diri yang kurang pada siswa. Serta memberikan inspirasi kepada guru untuk

9 menggunakan metode yang lainnya dalam hal mengembangkan kepercayaan diri atau hal yang lainnya. C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari faktafakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil atau konsep-konsep. Dengan kata lain, kerangka berfikir merupakan hasil dari pemikiran seorang peneliti yang didasarkan pada konsep atau teori yang diajukan oleh pakar tentang variabel yang diteliti. Menurut Lina dan Klara (2010: 15) menjelaskan bahwa percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi sehingga menjadikan hidup lebih baik. Sedangkan (Lie, 2003:3) menjelaskan bahwa: Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri. Berdasarkan pendapat di atas, seseorang yang memiliki percaya diri dapat melakukan suatu hal tanpa beban persaan yang mengganggu. Percaya diri adalah perilaku penting yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk mengembangkan prestasi dan potensinya secara maksimal. Sebaliknya, seseorang dengan percaya diri yang rendah akan menjalani hidupnya dengan

10 penuh ketidakberanian, merasa dirinya tidak berharga, tidak mandiri, dan prestasi yang tidak baik. Menurut teori Moleculer (Khasan Tolib, 2005: 239) pekembangan perilaku seseorang tergantung pada belajar. Sedangkan menurut Driscoll (Khasan Tholib, 2008:179) belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Manusia melakukan banyak pembelajaran sejak mereka pertama lahir, sehingga perilaku dan belajar tidak dapat dipisahkan. Aliran Skolastik ( Khasan Tholib, 2005:244) mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah mengulang ulang bahan yang harus dipelajari, dengan dilakukan berulang ulang maka perilaku yang muncul akan semakin meningkat. Sedangkan Thorndike (Khasan Tholib, 2005 : 252) mengatakan perilaku seseorang akan bertambah apabila ada latihan. Begitu pula dengan percaya diri siswa yang rendah. Percaya diri siswa dapat ditingkatkan dengan pemberian bimbingan kelompok. Di dalam bimbingan kelompok, kegiatan seperti mengekspresikan diri, mengungkapkan pendapat, aktif di dalam kelompok, menerima tantangan yang baru dapat dilatih dan dilakukan secara berulang ulang. Menurut Soejanto (1977: 19) perubahan perilaku ditentukan sendiri oleh individu, tetapi bila cara cara yang baru dengan sengaja diusahakan oleh orang lain dengan berulang ulang dan terus menerus sampai individu dapat melakukannya sendiri dengan benar maka belajar yang demikian disebut belajar dengan pembiasaan. Demikian pula dalam upaya meningkatkan

11 percaya diri siswa dalam belajar. Ada beberapa layanan bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa, yaitu konseling kelompok, konseling individual, dan bimbingan kelompok. Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok (Pra yitno, 2008:63). Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik. Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal (Tohirin, 2007:181) Konseling individual merupakan pelayanan bantuan secara profesional melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang untuk mengentaskan masalah yang dihadapi individu dalam

12 kehidupannya (Tohirin, 2007:170). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Konseling individual bertujuan membantu membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku ( Prayitno, 2004:143) Sukardi (2007:48) menjelaskan bahwa : Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan Menurut Prayitno (2004: 312) Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan Bimbingan Kelompok hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara dan dinamikan melalui berbagai masukan dan tanggapan baru.

13 Selain bertujuan sebagimana Bimbingan Kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien denagn memanfaatkan dinamika kelompok. Berdasarkan pengertian ketiga layanan bimbingan konseling di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga layanan tersebut bertujuan untuk membantu meningkatkan potensi siswa, salah satunya adalah percaya diri. Namun demikian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok untuk membantu siswa dalam meningkatkan percaya diri. Hal ini didasarkan pada teknik dan isi kegiatan yang ada di dalam bimbingan kelompok. Jenis bimbingan kelompok yaitu topik bebas dan topik tugas (Tohirin, 2007:172) menjadi salah satu hal penting yang diperhatikan dalam penggunaan bimbingan kelompok dalam penelitian ini. Dengan tpoik tugas maka pemimpin kelompok dapat menentukan topic yang akan dibahas dalam kegiatan bimbinga kelompok, tentunya topi tersebut adalah topik yang relevan untuk meningkatkan percaya diri siswa. Berbeda dengan konseling kelompok, topik atau permasalahan yang muncul dalam kelompok tidak dapat diketahui sebelumnya oleh anggota dan pemimpin kelompok sehingga dikhawatirkan permasalahan yang diangkat tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu meningkatkan percaya diri siswa. Di dalam bimbingan kelompok, peserta kelampok dapat mengekspresikan diri dihadapan anggota kelompok yang lain, sehingga memacu siswa untuk berani tampil dihadapan orang banyak, lain halnya dengan konseling individu dimana siswa hanya dihadapkan dengan satu konselor dalam layanan bimbingan dan

14 konseling sehingga kurang mendukung untuk siswa dapat melakukan belajar pembiasaan. Sesuai dengan pernyataan Soejanto ( Khasan Tholib, 1977:19), belajar pembiasaan dimana munculnya perilaku diusahakan oleh orang lain yang dilakukan secara berulang ulang hingga individu tersebut dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. begitu pula dengan kegiatan di dalam bimbingan kelompk, mengendalikan jalannya kegiatan pemimpin kelompok bertugas untuk kelompok. Pemimpin kelompok akan memberikan kesempatan atau menunjuk peserta kelompok untuk aktif mengungkapkan pendapat, mengekspresikan diri dan menerima tantangan. Hal ini tentunya akan menjadikan peserta kelompok akan menjadi aktif di dalam kegiatan dan dapat melakukannya sendiri tanpa disuruh ketika berada di luar kelompok karena sudah terbiasa. Maka dari itu, bimbingan kelompok adalah satu cara yang relevan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa karena kegiatan di dalam bimbingan kelompok sangat mendukung untuk meningkatkan percaya diri siswa. Dengan demikian pola pikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Percaya diri siswa dalam belajar rendah Bimbingan Kelompok Percaya diri siswa dalam belajar meningkat Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

15 D. Hipotesis Arikunto (2006: 71) menyebutkan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah bahwa meningkatkan percaya diri dalam belajar menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, peneliti mengajukan hipotesis statistik sebagai berikut : H o1 : Tidak terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok. H a1 : Terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi layanan bimbingan kelompok. H o2 : Tidak terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok. H a2 : Terdapat peningkatan percaya diri dalam belajar yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa diberi layanan bimbingan kelompok.