BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BADAN PUSAT STATISTIK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT OLEH VINA TRISEPTINA H

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

P E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Undang Undang No. 11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Dengan lahirnya Undang Undang No. 23 Tahun 2000 tentang Provinsi Banten, maka Wilayah Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi Provinsi Banten dengan daerahnya meliputi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten/Kota Tangerang serta Kota Cilegon. Adanya perubahan itu, maka saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari : 17 kabupaten dan 9 kota, dengan membawahi 625 kecamatan, 5.201 desa dan 609 kelurahan. Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah yang tediri dari : 20 kabupaten dan 5 kota, dan tahun 1999 jumlah kota bertambah menjadi 8 kota. Kota administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip Depok pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom. A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang Selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ; Sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah ; Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia ; Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Banten. Berdasarkan hasil digitasi batas wilayah, luas wilayah Provinsi Jawa Barat mencapai 3.711.654,00 hektar. Daratan Jawa Barat dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9,5% dari total luas wilayah Jawa Barat) terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl); wilayah lereng bukit yang landai (36,48%) terletak di bagian Tengah dengan ketinggian 10-1.500 m dpl; dan wilayah daratan luas (54,03%) terletak di bagian Utara dengan ketinggian 0-10 m dpl. 2. Kondisi Demografi Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP2010) adalah 43.021.826 orang dengan komposisi 21.876.572 laki- LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 1

laki dan 21.145.254 perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk lakilaki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan dengan sex ratio sebesar 103. Persebaran penduduk antar wilayah di Jawa Barat sangat bervariasi. Kabupaten Bogor merupakan wilayah administrasi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa Barat yaitu sebanyak 4.763.209 orang, disusul Kabupaten Bandung sebanyak 3.174.499 orang dan Kabupaten Bekasi diurutan ketiga dengan jumlah penduduk sebanyak 2.629.551 orang, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Penduduk No Kabupaten/Kota Seks Laki-laki Perempuan Total Rasio [1] [2] [3] [4] [5] [6] 1 Kab Bogor 2.446.251 2.316.958 4.763.209 105 2 Kab Bandung 1.617.513 1.556.986 3.174.499 103 3 Kab Bekasi 1.345.500 1.284.051 2.629.551 104 4 Kab Garut 1.216.139 1.185.109 2.401.248 102 5 Kota Bandung 1.213.718 1.179.915 2.393.633 102 6 Kab Sukabumi 1.191.489 1.147.859 2.339.348 103 7 Kota Bekasi 1.182.496 1.153.993 2.336.489 102 8 Kab Cianjur 1.120.550 1.047.964 2.168.514 106 9 Kab Karawang 1.095.202 1.030.032 2.125.234 106 10 Kab Cirebon 1.057.501 1.007.641 2.065.142 104 11 Kota Depok 879.325 857.240 1.736.565 102 12 Kab Tasikmalaya 835.052 840.492 1.675.544 99 13 Kab Indramayu 856.190 807.326 1.663.516 106 14 Kab Ciamis 757.729 773.630 1.531.359 97 15 Kab Bandung Barat 771.729 741.905 1.513.634 104 16 Kab Subang 737.398 724.958 1.462.356 101 17 Kab Majalengka 582.783 583.950 1.166.733 99 18 Kab Sumedang 546.389 544.934 1.091.323 100 19 Kab Kuningan 521.556 516.002 1.037.558 101 20 Kota Bogor 484.648 464.418 949.066 104 21 Kab Purwakarta 435.307 416.259 851.566 104 22 Kota Tasikmalaya 320.859 313.565 634.424 102 23 Kota Cimahi 273.900 267.239 541.139 102 24 Kota Sukabumi 152.193 147.054 299.247 103 25 Kota Cirebon 148.095 147.669 295.764 100 26 Kota Banjar 87.060 88.105 175.165 98 Jawa Barat 21.876.572 21.145.254 43.021.826 103 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (Hasil Sensus Penduduk 2010) LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 2

Kota Banjar, Kota Cirebon dan Kota Sukabumi adalah tiga kota yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit dibandingkan dengan wilayah administrasi lainnya di Jawa Barat. Penduduk Kota Banjar sebanyak 175.165 orang, penduduk kota Cirebon sebanyak 295.764 orang dan penduduk Kota Sukabumi sebanyak 299.247 orang. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa Barat per tahun selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2000-2010 sebesar 1,89 persen. Empat kabupaten/kota memiliki laju pertumbuhan penduduk lebih dari 3 persen yaitu Kabupaten Bogor sebesar 3,13 persen, Kabupaten Bekasi sebesar 4,69 persen, Kota Bekasi sebesar 3,48 persen dan Kota Depok sebesar 4,30 persen. Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Ciamis merupakan tiga wilayah administrasi yang memiliki laju pertumbuhan penduduk paling rendah di Jawa Barat, yaitu masing-masing 0,40 persen Kabupaten Majalengka, 0,46 persen Kabupaten Indramayu dan 0,47 persen Kabupaten Ciamis. Kabupaten/kota lain yang memiliki laju pertumbuhan penduduk kurang dari 1 persen adalah Kabupaten Tasikmalaya sebesar 0,88 persen, Kabupaten Kuningan sebesar 0,53 persen, Kabupaten Cirebon sebesar 0,68 persen, Kabupaten Subang sebesar 0,96 persen dan Kota Cirebon sebesar 0,84 persen. Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah sekitar 37.116,54 kilo meter per segi (sumber : hasil digitasi batas wilayah) dan jumlah penduduk sebanyak 43.021.826 orang, memiliki kepadatan penduduk 1.159 orang per kilo meter persegi. Kota Bandung dan Kota Cimahi memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat. Kepadatan penduduk Kota Bandung adalah 14.228 orang per kilo meter persegi, sedangkan kepadatan penduduk Kota Cimahi adalah 13.134 orang per kilo meter persegi. 3. Status Pembangunan Manusia Berdasarkan perhitungan BPS Provinsi Jawa Barat, IPM Jawa Barat pada Tahun 2010 mencapai 72,08 poin, mengalami peningkatan sebesar 0,44 poin dibandingkan tahun 2009 sebesar 71,64 poin. Indeks Pendidikan pada tahun 2010 mencapai 81,67 poin, naik sebesar 0,53 poin jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 81,14 poin. Sedangkan capaian angka Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Barat sebesar 7,95 tahun. Pencapaian Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 adalah 96,00 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2009, Angka Melek Huruf mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen. Indeks Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010, mencapai 72,00 poin. Capaian Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Barat adalah 68,20 tahun, naik 0,2 tahun dibandingkan dengan tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2010, pencapaian Provinsi Jawa Barat dalam Indeks Daya Beli yang merupakan alat ukur untuk mengetahui standar kehidupan yang layak adalah 62,57 poin. Kondisi Purchasing Power Parity atau Paritas Daya Beli LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 3

Provinsi Jawa Barat tahun 2010 mencapai Rp. 630,77 ribu, jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai Rp. 628,71 ribu mengalami kenaikan sebesar Rp. 2.060,-. NO 1. Tabel 1.2 PERKEMBANGAN INDIKATOR PEMBANGUNAN JAWA BARAT TAHUN 2009-2010 Capaian dan Target Indikator Makro Target 2010 INDIKATOR Capaian Capaian KUA 2009 RKPD 2010 Perubahan a. Jumlah 43,55 43,68 44,09 Penduduk 42.693.951 juta 43.021.826 juta (orang) (proyeksi) b. Laju Pertumbuhan 1,89 1) 1,99 1,6 1,7 1,89 1) Penduduk (%) IPM 71,64 73,51 73,51 72,08 2) 2. 3. a) Indeks Pendidikan b) Indeks Kesehatan c) Indeks Daya beli a) Jumlah Pengangguran (jiwa) b) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 81,14 83,46 83,46 81,67 2) 71,67 73,79 73,79 72,00 2) 62,10 63,28 63,28 62,57 2) 2,08 juta - - 1,95 juta 10,96 < 9,8 10 11 10,33 4. Penduduk Miskin 4.983.570-11 12 4.773.720 5. 6. 7. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Inflasi / yoy / Jan-Jan (%) PDRB adh Konstan Tahun 2000 (trilyun) 4,29 4,6 5,06 5,5 6,0 6,09 3,09 6 7 6 7 6,46 314,67 317,87 302,62 321,87 319,38 316,19 LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 4

116,65 Investasi (trilyun 116,65 8. 119,31 Rp) 122,79 122,79 Sumber : Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat Keterangan : 136,63 1) SP 2000-2010 2) Angka Sangat Sementara Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat melalui Berita Resmi Statistik, keadaan jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus tahun 2010 mencapai 18,89 juta jiwa atau sebesar 62,38% dari total penduduk usia kerja. Jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2009 yang mencapai 62,89% terjadi penurunan sebesar 0,51%. Jumlah penganggur pada tahun 2010 mencapai 1,95 juta jiwa atau sebesar 10,33%, sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 2,08 juta jiwa atau 10,96 %. Dengan demikian terjadi penurunan jumlah penganggur sebanyak 0,63% selama satu tahun terakhir. Kondisi tersebut, jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam dokumen KUA Perubahan Tahun 2010, maka indikator tersebut telah tercapai, sedangkan jika dibandingkan dengan target pada dokumen RKPD, maka indikator tersebut tidak tercapai, sebagaimana tercantum pada dokumen RKPD tahun 2010 ditargetkan kurang dari 9,8 persen. Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan data BPS, persentase penduduk miskin terhadap total penduduk Jawa Barat pada Maret 2010 sebesar 11,27% atau kurang lebih 4,77 juta jiwa. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 4,98 juta jiwa atau 11,96%, mengalami penurunan sebesar 0,69%. Kondisi tersebut, jika dibandingkan dengan target yang tercantum dalam dokumen KUA Perubahan Tahun 2010 telah mencapai target. 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan Daerah Sektor unggulan sebagai potensi daerah berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, digambarkan sebagai berikut : LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 5

Tabel 1.3 Sektor Unggulan Daerah No Kawasan Kegiatan Utama I Bodebekpunjur (Bogor, Depok, Pariwisata, industri manufaktur, Bekasi, Puncak, Cianjur) perikanan, perdagangan, jasa, pertambangan, agribisnis dan agrowisata II Purwasuka (Purwakarta, Pertanian, perkebunan, kehutanan, Subang, Karawang) peternakan, perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata dan pertambangan. III Sukabumi, dsk Agribisnis, peternakan, pariwisata, dan bisnis kelautan IV Ciayumajakuning (Cirebon, Agribisnis, agroindustri, perikanan, Indramayu, Majalengka, pertambangan dan pariwisata. Kuningan, Sumedang) V Priangan Timur-Pangandaran Pertanian, perkebunan, perikanan (Tasikmalaya, Garut, Ciamis, tangkap, pariwisata, industri pengolahan, Banjar) industri kerajinan dan pertambangan mineral. VI Sukabumi dan sekitarnya Peternakan, pertanian, perkebunan, (Sukabumi, Cianjur) perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan dan bisnis kelautan, serta pertambangan mineral. VII Kawasan Khusus Cekungan pertanian, hortikultura, industri nonpolutif, Bandung industri kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata dan perkebunan, dengan meningkatkan manajemen pembangunan yang berkarakter lintas kabupaten/kota yang secara kolektif berbagi peran membangun dan mempercepat perwujudan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya. b. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 tercatat sebesar 6,1 %. Pertumbuhan ini didukung semua komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,6 %, konsumsi pemerintah sebesar 0,3 %, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,5 % dan perubahan inventori sebesar 463,1 %. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV-2010 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 6

terhadap PDB sebesar 57,8 %, diikuti Pulau Sumatera sebesar 23,2 %, Pulau Kalimantan 9,1 % dan Pulau Sulawesi 4,7 %, serta provinsi lainnya sebesar 5,2 %. Berdasarkan perbandingan antar provinsi, tiga provinsi yang terbesar dari sisi kontribusi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat, yang memberikan kontribusi sebesar 45,6 % terhadap Indonesia, dengan rincian, Provinsi DKI Jakarta sebesar 16,5 %, Jawa Timur sebesar 14,8 % dan Jawa Barat sebesar 14,3 %. Jawa Barat merupakan provinsi dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk terbesar dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Dengan posisi geografis yang berbatasan dengan Ibukota Negara, Jawa Barat merupakan barometer situasi dan kondisi makro di Indonesia. Bertolak dari kondisi tersebut, berbagai kebijakan strategis yang diambil Pemerintah Provinsi Jawa Barat sangat berpengaruh pada akselerasi pertumbuhan sektor-sektor dominan ditingkat Nasional. Kinerja perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 cukup baik dibandingkan tahun 2009. Hal tersebut, terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 6,09 %, lebih kecil 0,01 % dari laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,1 %, sementara laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2009 hanya 4,29%. Memperhatikan capaian LPE Jawa Barat tahun 2010, bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada RKPD dan KUA Perubahan Tahun 2010, LPE Jawa Barat melebihi target. Selama periode tahun 2010, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 mengalami peningkatan sebesar 6,36% dari Rp. 302,62 trilyun tahun 2009 menjadi Rp. 321,87 trilyun pada tahun 2010. Berdasarkan penjelasan diatas, capaian PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2010 melebihi target yang telah ditetapkan dalam KUA Perubahan dan RKPD tahun 2010. Selanjutnya PDRB Provinsi Jawa Barat periode 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 1.4. Tabel 1.4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009-2010 (Trilyun Rupiah) Lapangan Usaha 2009 **) 2010 ***) I. Primer 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian II. Sekunder 1. Industri Pengolahan 48,67 41,25 7,42 148,77 131,43 49,60 42,14 7,46 154,38 135,25 LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 7

Lapangan Usaha 2009 **) 2010 ***) 2. Listrik, Gas dan Air Bersih 3. Bangunan 7,04 10,30 7,32 11,81 III. Tersier 1. Perdagangan Hotel, & Restoran 2. Pengangkutan & Komunikasi 3. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4. Jasa-jasa 105,18 62,70 13,19 9,62 19,67 117,89 70,08 15,35 10,56 21,90 PDRB 302,62 321,87 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Catatan : **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Berdasarkan pengelompokkan sektor, sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Provinsi Jawa Barat. Total PDRB atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder tahun 2010 mencapai Rp. 341,10 trilyun, atau meningkat sebesar 7,76% dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana tercantum dalam tabel 1.5. Adapun kelompok tersier mengalami peningkatan sebesar 29,78% dari Rp. 244,13 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp. 316,82 trilyun pada tahun 2010. Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 23,40% atau dari Rp. 91,36 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp. 112,74 trilyun pada tahun 2010. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut belum menunjukkan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi. Tabel 1.5 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2009-2010 (Trilyun Rupiah) Lapangan Usaha 2009 **) 2010 ***) I. Primer 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian II. Sekunder 1. Industri Pengolahan 91,36 79,89 11,47 316,54 275,17 112,74 97,19 15,55 341,10 290,75 LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 8

Lapangan Usaha 2009 **) 2010 ***) 2. Listrik, Gas dan Air Bersih 3. Bangunan 20,14 21,23 21,30 29,05 III. Tersier 1. Perdagangan Hotel, & Restoran 2. Pengangkutan & Komunikasi 3. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4. Jasa-jasa 244,13 132,52 41,78 18,80 51,03 316,82 172,71 54,63 21,16 68,32 PDRB 652,03 770,66 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Catatan : **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Berdasarkan harga konstan tahun dasar 2000, kinerja sektor sekunder dan sektor tersier selama tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan pesat, sedangkan sektor primer mengalami pertumbuhan melambat. Kinerja kelompok sektor sekunder mampu tumbuh sebesar 3,90% dari tahun 2009. PDRB sektor sekunder tahun 2009 sebesar Rp. 148,77 trilyun, tahun 2010 naik menjadi Rp. 154,38 trilyun. Kelompok sektor tersier tahun 2010 meningkat sebesar 11,56% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 PDRB kelompok sektor tersier sebesar Rp. 105,18 trilyun, meningkat menjadi Rp. 117,89 trilyun tahun 2010. Tahun 2010, sektor primer mengalami pertumbuhan relatif rendah hanya sebesar 0,93% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2009, kelompok sektor primer sebesar Rp. 48,67 trilyun meningkat menjadi Rp. 49,60 trilyun tahun 2010, sebagaimana tabel 1.4 diatas. Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dalam Perekonomian Jawa Barat Tahun 2009-2010 (%) Tahun Sektor 2009 **) 2010 ***) I. Primer 12,30 0,93 1. Pertanian 13,00 1,00 2. Pertambangan dan Penggalian 8,38 0,54 II. Sekunder -0,5 3,90 LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 9

1. Industri Pengolahan 2. Listrik, Gas & Air Bersih 3. Bangunan III. Tersier 1. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pengangkutan dan Komunikasi 3. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4. Jasa-jasa -1,74 16,82 5,84 8,09 10,12 7,83 5,98 3,18 2,90 6,97 14,67 11,56 11,77 16,23 9,84 8,64 PDRB 4,29 6,09 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dan Bappeda Provinsi Jawa Barat Catatan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Berdasarkan tabel 1.6, sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor sekunder dan tersier. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan salah satu sektor tersier yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya sebesar 16,23%, disusul sektor bangunan/konstruksi yang merupakan salah satu dari sektor sekunder sebesar 14,67%. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian mengalami hambatan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 8,38% menjadi 0,54% pada tahun 2010. Beberapa sektor lainnya mengalami pertumbuhan cukup pesat adalah sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor jasa dan sektor keuangan, persewaan, serta jasa perusahaan mengalami pertumbuhan di atas 8,00%. c. Struktur Ekonomi Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan PDRB menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah. Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, memberikan gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan yang terus dapat dikembangkan serta menjadi pendorong roda perekonomian semakin berkembang. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masingmasing sektor dalam kontribusi terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga tampak sektor-sektor andalan yang menjadi pemicu pertumbuhan di wilayah yang bersangkutan. Struktur ekonomi Jawa Barat dapat dijelaskan menurut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Pada tahun 2010 kontribusi sektor primer terhadap LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 10

PDRB Jawa Barat berdasarkan harga berlaku sebesar 14,63%. Kontribusi sektor primer terbesar masih disumbang sektor pertanian, sebesar 12,61%, sedangkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 2,02%. Dibandingkan dengan tahun 2009, kontribusi sektor primer mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,62% dari 14,01% pada tahun 2009 menjadi 14,63% di tahun 2010. Kelompok sektor sekunder masih merupakan penyumbang terbesar bagi PDRB Jawa Barat yaitu sebesar 44,26% walaupun mengalami penurunan sebesar 4,29% dibandingkan tahun 2009. Kontribusi terbesar sektor sekunder adalah sektor industri sebesar 37,73%, sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor bangunan hanya berkontribusi masing-masing sebesar 2,76% dan 3,77%. Tabel 1.7 Peranan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku setiap Sektor dalam Perekonomian Jawa Barat tahun 2009-2010 (%) Lapangan Usaha 2009 **) 2010 ***) I.Primer 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 14,01 12,25 1,76 14,63 12,61 2,02 II. Sekunder 1. Industri Pengolahan 2. Listrik Gas dan Air Bersih 3. Bangunan 48,55 42,20 3,09 3,26 44,26 37,73 2,76 3,77 III. Tersier 1. Perdagangan Hotel, & Restoran 2. Pengangkutan & Komunikasi 3. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4. Jasa-jasa 37,44 20,32 6,41 2,88 7,83 41,11 22,41 7,09 2,75 8,86 PDRB 100,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dan Bappeda Provinsi Jawa Barat Catatan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Pada tahun 2010 kontribusi kelompok sektor tersier sebesar 41,11% atau mengalami peningkatan 3,67% dari tahun sebelumnya sebesar 37,44%. Kelompok sektor tersier didukung oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 22,41%, sektor pengangkutan dengan kontribusi LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 11

sebesar 7,09%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar 2,75% serta sektor jasa dengan kontribusi sebesar 8,86%. Berdasarkan uraian pada tabel 1.7, diketahui struktur perekonomian Jawa Barat selama periode 2009 2010 sangat didukung sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terendah pembentukan PDRB selama tahun 2010 adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Tabel 1.8 PDRB menurut Penggunaan Tahun 2009 dan Tahun 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (%) PDRB KOMPONEN NO Distribusi (%) Laju PENGGUNAAN 2009 **) 2010 ***) Pertumbuhan 1 2 3 4 5 6 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventory Diskrepansi Statistik Ekspor Dikurangi Impor 65,59 0,78 8,33 18,30 0,33-36,70-30,03 60,39 0,44 8,63 17,73 3,94 1,30 36,08-28,51 8,83-33,04 14,34 17,38 18,10-13,40 11,37 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Catatan : **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010, sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 60,39%, ekspor sebesar 36,08% dan dikurangi impor sebesar 28,51%. Sedangkan pertumbuhan nilai PDRB menurut penggunaan, konsumsi Pemerintah mengalami kenaikan sebesar 14,34% dan konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 8,83% dibandingkan tahun 2009. Laju Pertumbuhan Investasi atas dasar harga berlaku tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 17,38% dilihat dari nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tahun 2009 sebesar Rp.119,31 trilyun menjadi Rp.136,63 trilyun. LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 12

d. PDRB per Kapita Indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro adalah PDRB per kapita. Semakin tinggi PDRB yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Secara rinci PDRB per kapita sebagaimana tabel 1.9 : Tabel 1.9 Pendapatan per Kapita Jawa Barat dan Laju Pertumbuhannya Tahun 2009-2010 PDRB per Kapita Tahun 2009 **) Tahun 2010 ***) Atas Dasar Harga Berlaku 15,71 17,91 (juta rupiah) Pertumbuhan ( % ) - 14,02 Atas Dasar Harga 7,29 7,48 Konstan (juta rupiah) Pertumbuhan ( % ) - 2,63 Keterangan : **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara Tabel 1.9 menggambarkan terjadinya kenaikan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun 2009 sebesar Rp. 15,71 juta menjadi Rp. 17,91 juta tahun 2010. Peningkatan PDRB per kapita tersebut, belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat. Hal tersebut, disebabkan beberapa faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk melihat perkembangan daya beli masyarakat secara riil digunakan PDRB berdasarkan harga konstan. Berdasarkan harga konstan, PDRB per kapita Jawa Barat naik dari Rp. 7,29 juta tahun 2009 menjadi Rp. 7,48 juta tahun 2010. Kondisi tersebut memberi gambaran secara riil, daya beli masyarakat Jawa Barat tumbuh sebesar 2,63% tahun 2010. LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2010 13