1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. underachievement atau berprestasi di bawah kemampuan ialah jika ada

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

I. PENDAHULUAN. merupakan aset besar yang dimiliki oleh suatu negeri. Masa muda adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan sangat erat hubungannya dengan perkembangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

Manusia merupakan individu yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan. berbagai macam kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan zaman kini, manusia dituntut untuk menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Sugihartono dkk, 2007:3-4), Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan setiap orang, terutama yang terlibat dalam dunia pendidikan. Belajar menekankan pada pembahasan tentang siswa dan proses yang menyertainya dalam usaha mengadakan perubahan secara kognitif, afektif, dan psikomotornya. Menurut Slameto ( 2002 : 2 ), belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapainya. Jika prestasi belajar siswa tinggi maka proses pembelajaran dikatakan berhasil. Namun, jika prestasi belajar siswa rendah dan tidak sesuai dengan kriteria kelulusan yang telah ditentukan maka proses pembelajaran dapat dikatakan belum berhasil.

2 Dalam kegiatan belajar, hasil yang diperoleh tidak senantiasa berhasil sesuai dengan yang diharapkan, seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa sehingga siswa tidak mampu mendapatkan prestasi yang baik. Dan pada kenyataannya, tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan untuk memperoleh hasil atau nilai yang baik pada pelajaran tersebut. Hambatan siswa untuk mencapai hasil yang optimal dalam belajar itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Penyebab siswa mengalami kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor nonintelegensi. Menurut Hallahan dan Kauffman (1991:127-128) mengemukakan bahwa tiga faktor penyebab kesulitan belajar yaitu : 1) organis/biologis, 2) genetik. 3) lingkungan. Sejalan dengan pendapat Cooney, Davis & Henderson (1975) mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan belajar diantaranya 1) faktor fisiologis, 2) faktor sosial, 3) faktor kejiwaan. 4) faktor intelektual, 5) faktor kependidikan. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal ( faktor fisiologis dan faktor psikologis ) dan faktor eksternal ( faktor sosial dan faktor nonsosial ). Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu akan menjamin keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Kotagajah, peneliti akan melakukan penelitian pada kelas X karena terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu :

3 (1) Banyak siswa yang memperoleh nilai ujian semester rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai yang diperoleh tidak mencapai kriteria yang ditentukan yaitu 75 (2) Sebagian besar siswa tidak menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru, hal ini terlihat ketika guru mengoreksi hasil ulangan siswa, jika siswa menguasai materi yang disampaikan oleh guru maka siswa akan mampu mendapatkan nilai yang baik. (3) Siswa mudah putus asa dalam belajar. Hal ini ditunjukkan ketika siswa diberikan soal latihan dan siswa tersebut tidak bisa mengerjakannya siswa lebih cenderung tidak mau berusaha untuk bisa mengerjakannya, hal ini ditunjukkan dengan sikapnya seperti mengobrol, mengganggu teman yang sedang belajar dan malasmalasan dalam belajar, mudah mengantuk dan kurang konsetrasi dalam belajar. (4) Siswa lambat dalam mengerjakan tugas. Hal ini ditunjukkan ketika guru memberikan tugas setelah menjelaskan materi pelajaran, beberapa siswa lambat dalam mengerjakan dan mengumpulkannya bahkan setelah guru mengoreksi tugas tersebut terdapat soal yang tidak dikerjakan oleh siswa tersebut. (5) Sebagian besar siswa banyak yang mengikuti kegiatan remedial. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang tidak mendapatkan nilai sesuai dengan kriteria kelulusan minimal yang telah ditentukan sehingga guru harus memberikan remedial supaya siswa tersebut mampu mencapai nilai dengan kreiteria kelulusan minimal yang telah ditentukan.

4 Menurut Kirk dan Gallagher (1989:187) secara garis besar, kesulitan belajar dibedakan kedalam kategori besar, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning disabilities ) mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, serta kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Sedangkan kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities) adalah kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan dimana rendahnya prestasi bukan disebabkan oleh keterbatasan mental, gangguan emosi yang serius, gangguan sensori, atau keterasingan dari lingkungan. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, penelitian ini cenderung meneliti pada kesulitan belajar akademik pada siswa kelas X karena banyak siswa mendapatkan prestasi belajar yang rendah, hal ini terlihat pada nilai ujian semester yang diperoleh siswa yang tidak memenuhi kriteria kelulusan minimal sesuai yang telah ditentukan sekolah. Apabila kesulitan belajar ini tidak segera diatasi maka dapat mengakibatkan siswa mendapatkan prestasi belajar yang rendah terus menerus. Dengan ini perlu penanganan yang ekstra dari guru bidang studi.selain guru bidang studi, guru pembimbing ( konselor ) memiliki peran besar dalam ikut serta mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Konseling kelompok digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa karena tujuan dari

konseling kelompok adalah untuk membantu memecahkan masalah anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. 5 Menurut Tohirin (2011:179 ), layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Dari pengertian tersebut maka konseling kelompok tepat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya, kemudian mencari dan memecahkan bersama-sama sebab-sebab siswa mengalami kesulitan belajar. Dengan layanan konseling kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, maka siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat secara mandiri mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialaminya lalu anggota kelompok secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Hal ini dimaksudkan agar kesulitan belajar yang dihadapi dapat diatasi sehingga siswa tersebut mampu melaksanakan proses belajar secara optimal guna mendapatkan prestasi belajar yang baik sesuai dengan kriteria kelulusan minimal yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan sebuah penelitian tentang Upaya mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Indentifikasi Masalah 6 Bedasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Banyak siswa memperoleh nilai yang rendah dalam ujian semester (2) Sebagian besar siswa tidak menguasai bahan yang telah disampaikan oleh guru (3) Siswa mudah putus asa dalam belajar (4) Ada siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas (5) Beberapa siswa mengikuti kegiatan remedial 3. Pembatasan Masalah Bedasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan penulis membatasi masalah mengenai Upaya mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014 4. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah maka masalah dalam penelitian ini banyak siswa kelas X mengalami kesulitan belajar. Permasalahannya adalah apakah kesulitan belajar pada siswa kelas X dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok. 2. Manfaat penelitian Penelitian ini memiliki manfaat antara lain : 1. Manfaat secara teoritis Dari segi teoritis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya layanan konseling kelompok. 2. Manfaat secara praktis Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga dapat membantu guru bidang studi dan guru pembimbing dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yang akhirnya dapat memberikan hasil yang baik dalam proses belajar dan meningkatkan prestasi belajar bagi siswa.

C. Ruang Lingkup Penelitian 8 Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah: 1. Ruang lingkup ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling. 2. Ruang lingkup objek Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok yang diberikan konselor sekolah. 3. Ruang lingkup subjek Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah. 4. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah. 5. Ruang lingkup waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2013/2014. D. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah dasar penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil observasi dan kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil atau konsep-konsep.

Kerangka berpikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur pikiran peneliti. 9 Dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah, untuk mendapatkan hasil dan prestasi yang baik harus dilaksanakan secara sadar, sengaja, bertahap dan berkesinambungan. Tetapi untuk mendapatkan hal tersebut tidaklah mudah dan terkadang terdapat hambatan dalam mencapainya karena masih banyak siswa yang belum memiliki kesadaran dalam mengikuti kegiatan belajar. Pada kenyataannya setiap siswa memang berbeda saat mengikuti kegiatan belajar. Ada siswa yang cepat, biasa, bahkan lambat dalam menangkap materi pelajaran. Hambatan yang ditemukan pada siswa saat mengikuti pelajaran disebut dengan kesulitan belajar. Masalah kesulitan belajar perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang khusus dari pendidik terutama guru pembimbing. Masalah dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar akademik siswa, yaitu sebagian besar siswa memperoleh nilai yang rendah, siswa tidak menguasai bahan yang telah disampaikan oleh guru, siswa mudah putus asa dalam belajar, siswa lambat dalam mengerjakan tugas, sebagian besar siswa banyak yang mengikuti kegiatan remedial. Seharusnya siswa tersebut mampu mendapatkan nilai yang baik karena mereka memiliki intelegensi normal/rata-rata yang terlihat dari hasil tes intelegensi yang telah dilakukan oleh pihak sekolah

10 Menurut Irham dan Wiyani ( 2013 : 259 ) keberhasilan atau kegagalan siswa dalam belajar adalah dilihat dari prestasi belajarnya. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan prestasi bagus dalam bentuk penguasaan terhadap bahan dan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang dapat dilihat pada tingginya perolehan nilai ujian atau hasil evaluasi yang dicapai. Sebaliknya, siswa yang belum berhasil dan mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran akan ditandai dengan rendahnya nilai ujian yang diperoleh. Maka dari itu kesulitan belajar yang dialami siswa harus segera diatasi karena jika kesulitan belajar siswa dibiarkan tanpa diberi penanganan dari guru bidang studi dan konselor maka dapat menghambat siswa dalam mencapai prestasi yang baik di sekolahnya, dan tentu saja dapat membuat siswa tersebut memiliki prestasi yang semakin rendah. Sedangkan menurut Derek Wood dkk ( Irham dan Wiyani, 2013:257 ) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar siswa akan berdampak pada kehidupan siswa yang bersangkutan. Artinya, kesulitan belajar yang dialami siswa akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa, baik di sekolah, rutinitas keseharian, kehidupan keluarga, hubungan dengan teman sebaya bahkan dalam persahabatan dan bermain. Dengan demkian kesulitan belajar akan menghambat proses belajar siswa yang ada akhirnya akan berdampak pada aspekaspek kehidupan yang lain. Adapun dalam memberikan bantuan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa, peneliti menggunakan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dikarenakan dalam konseling kelompok memanfaatkan dinamika kelompok untuk mengatasi permasalahan anggotanya

11 Layanan konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialami siswa melalui dinamika kelompok. Sukardi dan Kusumawati (2008:79) menyatakan bahwa Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika yang terjadi didalam kelompok itu. Masalahmasalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( pribadi, belajar, social, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap angggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu tanpa terkecuali sehingga semua masalah terbicarakan. Berdasarkan pendapat tersebut maka konseling kelompok tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan untuk mengatasi masalah kesulitan belajar siswa karena permasalahan yang dapat diselesaikan melalui konseling kelompok mencakup masalah dalam segenap bidang bimbingan ( belajar, pribadi, sosial dan karir ), sedangkan masalah kesulitan belajar adalah sebuah permasalahan pada bidang bimbang belajar. Dalam konseling kelompok, adanya dinamika kelompok sangat membantu anggota dalam meneleaikan masalah kesulitan belajar yang dihadapi. Menurut Prayitno ( Kurnanto, 2013:123 ) mengemukakan : Secara khusus, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan unuk pemecahan masalah pribadi para anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam kelompok itu difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksdkan. Dalam suasana seperti ini melaalui dinamika kelompok yang berkembang masing-masin anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut melalui konseling kelompok yang memanfaatkan adanya dinamika kelompok maka anggota atau peserta dari konseling kelompok

12 dapat mengetahui penyebab dan dapat menyelesaikan bersama-sama permasalahan kesulitan belajar. Dengan konseling kelompok maka pemimpin kelompok/konselor dapat bekerja sama dengan guru bidang studi supaya hasil yang diharapkan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dapat optimal. Diperkuat dengan tujuan dari konseling kelompok. Menurut Prayitno (2004:4) tujuan dari konseling kelompok adalah terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu- individu lain yang menjadi peserta layanan. Maka dari itu, melalui konseling kelompok diharapkan siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya dan memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama Berikut ini adalah kerangka pikir dari penelitian ini: Kesulitan Belajar Siswa Tinggi Kesulitan Belajar Siswa Menurun Konseling Kelompok Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian

13 E. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul ( Arikunto, 2006:71). Hipotesis yang peneliti ajukan adalah bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hipotesis penelitian diatas, penulis mengajukan hipotesis statistik penelitian ini sebagai berikut : Ha : Kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2013/2014. Ho : Kesulitan belajar siswa tidak dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2013/2014.