BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENERAPAN LEARNING LOG UNTUK MENDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI ECHINODERMATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rezki Prima Putri, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renaldi Ednin Vernia,2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

BAB I PENDAHULUAN. (KPS) (Ramli, 2011). Selain itu, menurut Rustaman (2003) KPS. proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar Biologi tidak selamanya berjalan efektif, karena

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. siswa, kesulitan belajar, dan Keterampilan Proses Sains (KPS). Secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang... 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni Yuningsih, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rachmi Fitria Mustari, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB 1 PENDAHULUAN. tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aa Juhanda, 2014

KATA PENGANTAR. Penerapan Learning Log Class Untuk Mendiagnosis Kesulitan Dan Kebutuhan Belajar Siswa SMA Pada Materi Sistem Ekskresi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, menggambarkan analisis dari materi yang akan. penemuan tentang pengetahuan pembelajaran, dan sebuah perspektif

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

2014 PENERAPAN ASESMEN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN RESPIRASI SERANGGA DI SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1.Pengertian Asesmen pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood

2015 PROFIL COMMUNICATE STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN)

BAB III METODE PENELITIAN

I.PENDAHULUAN. menunjukkan kondisi ini adalah berdasarkan The Third Internasional

KONSEP DASAR PENILAIAN. Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Namun biasanya penilaian ini lebih ditujukan hanya untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi adalah agar peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang

dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8).

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di SD. OLEH ERMALINDA Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat penting. Dikatakan demikian karena penilaian dalam pembelajaran memilki fungsi yang strategis. Popham (Wulan, 2007) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran serta bukan merupakan hal yang terpisahkan. Fajar (2009) mengartikan asesmen sebagai proses dalam pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, yang digunakan untuk menentukan pencapaian hasil belajar dalam rangka pencapaian kurikulum. Menurut Airasian (1994) asesmen dapat dilakukan oleh seorang guru untuk tujuan pengambilan yang bervariasi, diantaranya adalah untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, mengukur potensi akademik siswa, memberikan umpan balik dan intensif kepada siswa, penataan siswa dalam kelas, mengaitkan perencanaan dan pelaksanaan dari tujuan instruksional, dan yang terakhir yang sering diabaikan adalah membentuk dan menjaga keseimbangan sosial di dalam kelas. Pada umumnya sekolah-sekolah biasa melakukan asesmen melalui tes untuk mendeteksi hasil belajar siswa atau bisa disebut tes prestasi belajar siswa (achievement test). Hal ini juga dikemukakan oleh Purwanto (2008) bahwa tes hasil belajar atau achievement test adalah suatu alat evaluasi yang selama ini umum dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya. Wulan (1998) menyatakan bahwa skor tes dalam

2 pembelajaran di kelas seringkali dipergunakan sebagai satu-satunya dasar dalam membuat suatu keputusan tentang siswa. Padahal perangkat penilaian tes kurang bisa mengukur kemampuan afektif dan psikomotor siswa, sehingga sangatlah penting untuk tidak membuat generalisasi kemampuan siswa hanya melalui tes. Pendapat sama dikemukakan oleh Gronlund (Rustaman, 2009) bahwa tahun-tahun terakhir ini ada reaksi terhadap penekanan berlebihan terhadap tes tertulis. Beberapa kritik diajukan terhadap pengimbang tes tulis, yakni perlunya penekanan lebih pada asesmen otentik. Penilaian atau asesmen otentik disebut juga asesmen alternatif (Rustaman, 2009). Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah (http://zudi-rajaartikel.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-dalampembuatan-asesmen.html). Asesmen alternatif atau lazim disebut dengan penilaian alternatif berupa tugas-tugas yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu (Munthe, 2011). Pendapat serupa dikemukakan oleh Jon Mueller (Rustaman, 2009), bahwa penilaian otentik adalah suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemontrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. Masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran di sekolah bisa bermacam-macam, baik dalam hal menerima pelajaran, menyerap

3 pelajaran, atau kegiatan-kegiatan lain yang menghambat proses belajar (Wood, 2007). Masalah atau kesulitan tersebut merupakan suatu masalah yang vital bagi siswa untuk segera dicari solusinya. Dengan diagnosis, letak kesulitan siswa dan faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar itu muncul dapat dideteksi (Daryanto, 2008). Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses untuk memahami jenis, karakteristik, dan latar belakang kesulitan belajar dengan jalan mengumpulkan informasi selengkap mungkin sehingga memungkinkan untuk dapat mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif pemecahannya (Yuliati, 2011). Sedangkan menurut Mulyadi (Shalena, 2011) kesulitan belajar pada dasarnya akan tampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung maupun tidak langsung. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris, dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran biologi di sekolah lanjutan memerlukan suatu bentuk asesmen yang dapat mendiagnostik kesulitan belajar siswa. Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa bermacam-macam, diantaranya dengan menggunakan asesmen alternatif. Salah satu bentuk dari asesmen alternatif adalah learning log. Learning log pada dasarnya adalah sebuah buku harian dari pembelajaran siswa itu sendiri dan merupakan catatan atau rekaman dari hasil belajar siswa (http://hull.ac.uk/php/cesagh). Learning log merupakan wadah atau tempat untuk menulis atau mencatat dalam periode tertentu dan penulisannya bisa terkait program pembelajaran (Moon, 2010). Sedangkan Bands (2008)

4 mengemukakan bahwa learning log adalah buku harian atau salah satu bentuk jurnal yang fokus terhadap apa yang dilakukan siswa di dalam kelas. Penerapan atau penggunaan learning log dalam hal ini dapat dijadikan sebagai alternatif asesmen yang dapat dikembangkan. Dimana Asesmen alternatif diperlukan untuk menilai dimensi proses dan hasil belajar siswa yang tidak tergali melalui tes, karena asesmen alternatif bersifat real task situation/otentik dan berpihak kepada siswa serta dapat memberikan umpan balik yang lebih bermakna bagi pengembangan potensi siswa secara menyeluruh (Wulan, 2007). Perlu ditekankan di sini bahwa penerapan learning log sebagai asesmen alternatif tidak dimaksudkan sebagai alternatif pengganti tes, tetapi sebagai alternatif pendamping tes yang digunakan untuk melengkapi tes sehingga tes tidak satu-satunya menjadi informasi dalam penilaian pembelajaran. Berdasarkan hasil survey di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandung, asesmen alternatif memang jarang digunakan oleh guru dalam penilaian di sekolah. Menurut Rustaman (2009) mengemukakan bahwa sebagian besar guru tidak tertarik dan tidak mau menggunakan penilaian otentik, karena pada umumnya guru berpendapat melakukan penilaian otentik hanya membuang waktu dan energi serta perlu dirancang dengan baik. Hal ini memang cukup beralasan karena guru mengalami kesulitan dalam menyusun dan menggunakan asesmen alternatif disamping situasi dan kondisi pembelajaran biologi di sekolah kurang mendukung bagi pelaksanaan asesmen alternatif (Wulan, 2007). Namun terdapat beberapa kendala dalam penyusunan learning log di Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga beberapa modifikasi dalam penyusunan learning log yang sesuai

5 dengan kondisi lapangan perlu diupayakan. Upaya ini diharapkan dapat memberikan alternatif terbaik bagi pengembangan asesmen alternatif di sekolah. Pencapaian hasil belajar siswa dalam pendidikan sains khususnya pada materi sistem reproduksi manusia dapat diketahui dari hasil penilaian tes tanpa mempertimbangkan penilaian non-tes. Padahal penilaian tes pada umumnya tidak bisa menilai potensi siswa yang sesungguhnya, dalam hal ini penilaian alternatif dapat menilai dimensi proses dan hasil belajar siswa yang tidak tergali dari penilaian tes (Wulan, 2007). Penilaian alternatif juga berfungsi sebagai diagnosis kesulitan belajar siswa dengan beberapa perangkat penilaian non-tes. Pada kenyataan lain, penguasaan siswa terhadap materi sistem reproduksi manusia termasuk rendah. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa siswa megalami kesulitan dalam membuat kaitan antara konsep dengan konsep yang relevan dalam materi sistem reproduksi manusia (Kurniati, 2000). Kesulitan tersebut cukup beralasan, karena materi tersebut bersifat abstrak dan terdiri dari struktur mikroskopis, beserta fungsinya, proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, menstruasi, ovulasi, fertilisasi, dan fungsinya pada sistem reproduksi manusia. Kesulitan belajar pada konsep sistem reproduksi manusia yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor harusnya dapat terungkap, agar pada proses pembelajaran selanjutnya tidak terulang lagi. Para guru di sekolah kenyataannya sering kali gagal dalam mengungkap kesulitan belajar tersebut oleh karena asesmen yang kurang tepat sasaran dan kualitas instrumen yang kurang memadai (Wulan et al., 2010a). Kegagalan tersebut dikarenakan asesmen yang digunakan

6 hanya dilihat dari asesmen tes prestasi belajar. Padahal terdapat asesmen alternatif yang lebih berpihak kepada siswa serta memberikan umpan balik yang lebih bermakna bagi pengembangan potensi siswa secara menyeluruh (Wulan, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam (2011) menyatakan bahwa penerapan asesmen kesulitan belajar siswa berupa penilaian tes dapat mengungkap kesulitan belajar yang dialami siswa. Namun penelitian tersebut terbatas pada aspek akademis saja tanpa bisa mengungkap bidang non-akademis atau dalam hal ini mengenai lingkungan belajar siswa itu sendiri. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Darmiyati (2007) mengenai pengembangan model asesmen diagnostik dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika menyatakan bahwa model asesmen diagnostik memudahkan bagi guru dalam menyajikan pembelajaran sehingga dapat mendorong dan membantu secara langsung mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjadikan siswa lebih teliti, terampil dan mampu menggunakan matematika dalam memecahkan persoalan sehari-hari, serta sebagai bekal untuk pendidikan lebih tinggi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian mengenai penerapan learning log sebagai asesmen alternatif untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA pada materi sistem reproduksi manusia sangat diperlukan agar dapat menghasilkan perangkat penilaian alternatif dan mengetahui penerapannya.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah learning log dan penerapannya sebagai asesmen alternatif untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA pada materi sistem reproduksi manusia?. Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana penyusunan perangkat penilaian learning log sebagai asesmen alternatif untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi sistem reproduksi manusia? 2. Bagaimana penerapan learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi sistem reproduksi manusia? 3. Bagaimana tanggapan guru tentang penerapan learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia? 4. Kelebihan dan kelemahan apa sajakah yang ditemukan pada perangkat learning log yang dikembangkan? 5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia?

8 C. Batasan Masalah Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada materi sistem reproduksi manusia khususnya pada alat reproduksi pria, alat reproduksi wanita, pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan kehamilan. 2. Asesmen alternatif yang digunakan berupa penilaian buku belajar harian (learning log). Rubrik untuk penilaian learning log, serta beberapa instrumen lain yang digunakan diantaranya daftar cek, wawancara dan format catatan penting lapangan. 3. Penerapan asesmen alternatif kesulitan belajar siswa dibatasi hanya pada penyusunan learning log sebagai asesmen alternatif kesulitan belajar siswa, penerapan learning log sebagai asesmen alternatif kesulitan belajar siswa, dan tanggapan menurut guru terhadap asesmen alternatif kesulitan belajar siswa. 4. Kesulitan belajar yang diukur adalah kesulitan belajar mendasar pada ranah kognitif, yang lebih difokuskan pada kesulitan belajar bidang akademik pada materi sistem reproduksi manusia sub konsep alat reproduksi pria, alat reproduksi wanita, pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan kehamilan. Sub konsep-sub konsep tersebut terkait dengan satu kompetensi dasar yang terdapat dalam BSNP yaitu Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi,

9 kehamilan, dan pemberian ASI, serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA pada materi sistem reproduksi manusia. Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan khusus berikut ini: 1. Menghasilkan perangkat penilaian learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia. 2. Mengetahui penerapan learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi sistem reproduksi manusia. 3. Mengungkap kelebihan dan kelemahan penerapan learning log dalam pembelajaran yang telah dikembangkan. 4. Mengungkap kendala yang dihadapi dalam penerapan learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia. 5. Mengetahui tanggapan guru tentang penerapan learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia.

10 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan acuan dalam penyusunan asesmen alternatif khususnya learning log untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA pada konsep sistem reproduksi manusia yang selanjutnya dapat dikembangkan lagi oleh guru dalam menggunakan asesmen alternatif (learning log) untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA pada konsep yang lain. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mengembangkan model pembelajaran biologi yang sesuai untuk konsep sistem reproduksi manusia agar lebih mudah dipahami oleh siswa SMA dengan cara menyisipkan penilaian learning log pada pembelajaran biologi. 3. Hasil penelitian ini dapat memberikan feedback dan motivasi kepada siswa SMA dalam meningkatkan pemahaman konsep sistem reproduksi manusia. 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti sendiri dan orang lain untuk mengembangkan strategi yang sesuai dalam mempelajari konsep sistem reproduksi manusia serta peneliti dapat menerapkan penelitian ini untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa pada konsepkonsep biologi yang lain yang dianggap sulit.