BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai 5 sub pokok bahasan

dokumen-dokumen yang mirip
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. pokok bahasan yang akan penulis jabarkan, yaitu yang pertama mengenai. kedua berisi analisis dalam skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

I. PENDAHULUAN. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK) disebutkan:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkannya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang. Undang Nomor 20 Tahun 2001 selanjutnya disebut dengan UUPTPK.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu kerugian keuangan Negara, dan tindak pidana korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut. untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RILIS MEDIA A. Dakwaan B. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

KONSEP UNSUR DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA PADA UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Singkatnya korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk. semakin melemahkan citra pemerintah di mata masyarakat.

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. merugikan hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. masalah yang serius dan penegakannya tidak mudah.

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan setiap orang berhak untuk bekerja serta

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS MURNI OLEH JUDEX JURIST

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

II. TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

PENERAPAN PEMBUKTIAN PUTUSAN HAKIM TENTANG UNSUR MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Putusan Pengadilan Tipikor Palu)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

I. PENDAHULUAN. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Selanjutnya disebut KUHP), dan secara

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang dirumuskan oleh Saparinah Sadli sebagai tingkah laku yang dinilai

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

Kasus Korupsi PD PAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai 5 sub pokok bahasan yaitu alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan metodologi penelitian A.Alasan Pemilihan Judul Tindak pidana korupsi adalah tindakan pejabat publik baik politisi maupun pegawai negeri serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Salah satu unsur yang paling penting dalam tindak pidana korupsi adalah adanya unsur kerugian negara,keuangan negara atau merugikan perekonomian negara.hal tersebut diatur dalam pasal 2 ayat 1 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 j.o Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001. Contoh tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara adalah korupsi baik mengenai pengadaan barang, harga pengadaan barang yang tidak wajar dan transaksi yang memperbesar utang Negara. Penentuan mengenai kerugian negara ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan ( BPKP ) atau badan lain yang ditunjuk seperti PPATK. Pada umumnya kasus tindak pidana korupsi biasanya melibatkan lebih dari satu orang, berbeda dengan kasus kasus tindak pidana umum (misalnya

pencurian atau penipuan), seperti permintaan uang saku yang berlebihan dan peningkatan frekuensi perjalanan dinas. Tindak pidana korupsi dilakukan secara rahasia, melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan secara timbal balik. Kewajiban dan keuntungan tersebut tidak selalu berbentuk uang. Dalam hal ini, yang menarik adalah dalam kebanyakan kasus,para penegak hukum cenderung menjerat para terdakwa dengan dalih kerugian keuangan dan perekonomian negara seperti dalam kasus kasus kontrak konstruksi atau pengadaan barang dan jasa pemerintah, kredit macet, atau pemberian pinjaman kepada perusahaan yang dinilai mengarah pada wanprestasi (ingkar janji) cenderung dijerat dengan pasal pasal dalam Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara dan pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 j.o Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 atau pasal 3 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 j.o Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tersebut dan sejumlah Undang Undang lain yang terkait dengan keuangan negara. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimanakah konsep kerugian Negara dan mengangkatnya ke dalam suatu skripsi dengan judul konsep kerugian negara menurut hukum pidana korupsi di Indonesia. Penulis beranggapan bahwa belum adanya kepastian mengenai konsep kerugian negara di Indonesia. Hal ini tentunya akan mempersulit klasifikasi mengenai tindak pidana seperti apa yang mengakibatkan atau berpotensi

merugikan negara. Akibatnya para penegak hukum bisa dengan leluasa menjerat siapa saja dalam kasus apa saja yang terindikasi atau mengarah pada kerugian keuangan negara, sekalipun hal itu terjadi di luar wilayah kekuasaan pemerintah seperti dalam perseroan atau yayasan. B.Latar Belakang Masalah Tidak ada definisi baku dari tindak pidana korupsi (Tipikor). Akan tetapi secara umum, pengertian Tipikor adalah suatu perbuatan curang yang merugikan keuangan negara. Atau penyelewengan atau penggelapan uang negara untuk kepentingan pribadi dan orang lain. 1 Berdasarkan pasal 1 ayat 22 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang dimaksud dengan kerugian Negara atau Daerah adalah Kekurangan Uang, surat berharga dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Apabila dicermati dari pengertian tersebut di atas, maka dapat dikemukakan unsur-unsur dari kerugian negara yaitu : 1. Kerugian Negara merupakan berkurangnya keuangan negara berupa uang berharga,barang milik negara dari jumlahnya dan/ atau nilai yang seharusnya. 1 Dr.Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 15

2. Kekurangan dalam keuangan negara tersebut harus nyata dan pasti jumlahnya atau dengan kata lain kerugian tersebut benar benar telah terjadi dengan jumlah kerugian yang secara pasti dapat ditentukan besarnya, dengan demikian kerugian negara tersebut hanya merupakan indikasi atau berupa potensi terjadinya kerugian. 3. Kerugian tersebut akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai, unsur melawan hukum harus dapat dibuktikan secara cermat dan tepat. 2 Sedangkan menurut Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 pasal 2 (1) yang dimaksud dengan korupsi adalah Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 ( empat ) tahun dan paling lama 20 ( dua puluh ) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah ) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 ( satu milyar rupiah ). Pasal 3 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 berbunyi : Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,menyalahgunakan wewenang,kesempatan atau sarana yang ada http://raypratama.blogspot.com/2012/02/kerugian-negara.html

padanya karena jabatan atau kedudukannya yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara... Penjelasan pasal 2 ayat (1) menerangkan : Dalam ketentuan ini kata dapat sebelum frasa merugikan keuangan negara atau perekonomian negara menunjukan bahwa tindak pidana korupsi,cukup dengan dipenuhinya unsur unsur perbuatan yang dirumuskan,bukan dengan timbulnya akibat. Bahwa ketentuan tentang tindak pidana korupsi yang terdapat di dalam pasal 2 ayat (1) memang merupakan delik formil, juga ditegaskan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang menerangkan : Dalam undang-undang ini,tindak pidana korupsi dirumuskan secara tegas sebagai tindak pidana formil. Hal ini sangat penting untuk pembuktian.dengan rumusan secara formil yang dianut dalam undang-undang ini, meskipun hasil korupsi telah dikembalikan kepada negara, pelaku tindak pidana korupsi tetap diajukan ke pengadilan dan tetap dipidana. Dengan dirumuskannya tindak pidana korupsi seperti yang terdapat dalam pasal 2 ayat (1) sebagai delik formil, maka adanya kerugian keuangan negara atau kerugian perekonomian negara tidak harus sudah terjadi, karena yang dimaksud dengan delik formil adalah delik yang dianggap telah selesai dengan dilakukanya tindakan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang undang. 3 3 P.A.F.Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,1984, hlm. 202

Dengan demikian, agar seseorang dapat dinyatakan bersalah telah melakukan tindak pidana korupsi seperti yang ditentukan dalam pasal 2 ayat (1),tidak perlu adanya alat-alat bukti untuk membuktikan bahwa memang telah terjadi kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian Negara Jika diteliti ketentuan tentang tindak pidana korupsi seperti yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1), akan ditemui beberapa unsur sebagai berikut : A. Secara melawan hukum ; B. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ; C. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Dalam hal ini penulis akan lebih memfokuskan pada point c atau point ketiga. Yang dimaksudkan dengan merugikan adalah sama artinya dengan menjadi rugi atau menjadi berkurang,sehingga dengan demikian yang dimaksudkan dengan unsur merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara. 5 Pengertian keuangan negara menurut Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara secara umum dicantumkan dalam bab1 (Ketentuan Umum),Pasal 1 ayat (1) : Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa 4 R.Wiyono, Pembahasan Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 27. 5 Ibid.

barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Adapun yang dimaksud dengan keuangan negara, di dalam penjelasan umum Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 disebutkan bahwa keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apa pun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena : Berada dalam penguasaan,pengurusan,dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara,baik di tingkat Pusat maupun Daerah; Berada dalam penguasaan,pengurusan,dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah,yayasan,badan hukum dan perusahaan yang menyertakan modal negara,atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara. Pada hari Rabu, 29 oktober 2008, majelis hakim membacakan vonis terhadap Burhanuddin Abdullah.Ia dihukum pidana penjara selama 5 tahun karena terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan primer jaksa Pasal 2 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang Undang 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat ( 1 ) ke-1 KUHP.Majelis juga menjatuhkan vonis denda sebesar Rp 250 juta rupiah subsider 6 bulan kurungan.vonis ini lebih rendah dari tuntutan penuntut umum yang

menginginkan terdakwa divonis 8 tahun penjara serta denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan. 6 Vonis terhadap Burhanuddin diwarnai dissenting opinion,soal kerugian negara,majelis hakim menegaskan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia ( YPPI ) adalah uang negara karena statusnya adalah milik BI (Bank Indonesia) selaku pendiri yayasan tersebut. Majelis beralasan penggunaan dana YPPI sebesar rp 100 Miliar berdasarkan persetujuan Rapat Dewan Gubernur ( RDG ) 3 juni dan 22 juli tahun 2003, terjadi ketika YPPI belum berstatus hukum. Status hukum itu sendiri baru diperoleh pada bulan september tahun 2003. Dalam dissenting opinion-nya, Hakim Moerdiono berpendapat dana YPPI bukan milik BI. Berdasarkan Pasal 26 Undang Undang Yayasan, dana YPPI tidak lagi murni kekayaan pendiri. Dana YPPI didepositokan dan menghasilkan bunga yang menjadi milik YPPI. Ada beberapa contoh putusan yang memiliki konsep berbeda dalam memandang konsep kerugian Negara. Sebagai contoh adalah Putusan Mahkamah Agung No.1902 K/Pid/SUS/2008 dengan terdakwa Dr.H.Syafruddin selaku mantan ketua koperasi dan Suhelmi selaku wakil ketua koperasi dalam perkara pengadaan dan penggemukan sapi manalagi Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Konsep Kerugian Negara berdasarkan putusan tersebut menggunakan konsep kerugian Negara di Undang Undang No.1 Thn 2004 tentang http://www1.kompas.com/read/xml/2008/10/29/13215060/hakim.beda.pendapat.sidang.burhanud din.geger

perbendaharaan Negara yang dalam Undang Undang ini menyatakan bahwa kerugian Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hokum baik disengaja maupun lalai. Kemudian dalam menentukan kerugian Negara maka harus ditentukan oleh ahli yaitu yang berasal dari akuntan public independent dan atau setidak-tidaknya oleh akuntan yang ada pada BPK atau BPKP seperti halnya yang tercantum dalam pasal 186 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana. Berdasarkan contoh di atas, tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dimaknai di dalam tafsiran berbeda oleh para hakim selaku penegak hukum, sehingga oleh karena itu perlu adanya konsep yang jelas mengenai kerugian Negara agar tidak menimbulkan multi tafsir bagi para penegak hukum dalam menegakkan hukum di Indonesia. Dengan tetap berpegangan pada arti kata merugikan yang sama artinya dengan menjadi rugi atau menjadi berkurang, maka apa yang dimaksud dengan unsur merugikan perekonomian negara adalah sama artinya dengan perekonomian negara menjadi rugi atau perekomian negara menjadi kurang berjalan. 7 Di dalam Penjelasan Umum Undang Undang Nomor 31 tahun 1999 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan perekonomian negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan R.Wiyono, Pembahasan Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 33.

asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijaksanaan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat. Ditinjau dari sudut pengertian dalam ilmu hukum, apa yang dimaksud dengan perekonomian negara seperti yang disebutkan di dalam penjelasan umum Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah sangat kabur. Akibatnya, sangat sulit untuk menentukan apa yang dimaksud dengan unsur merugikan perkonomian negara di dalam perumusan ketentuan tentang tindak pidana korupsi seperti yang terdapat dalam pasal 2 ayat (1). Dengan demikian,untuk dapat membuktikan adanya unsur merugikan keuangan negara tidak terlalu sulit, karena apa yang dimaksud dengan keuangan negara pengertiannya sudah jelas, tetapi sebaliknya untuk dapat membuktikan adanya unsur merugikan perekonomian negara sangat sulit C.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil satu pokok permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah konsep kerugian Negara menurut hukum Pidana Korupsi di Indonesia?

D.Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimanakah memaknai dan memahami konsep kerugian negara dalam sistem hukum pidana korupsi di Indonesia. E.Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Pendekatan Yuridis Normatif dengan jenis Penelitian Deskriptif. Penelitian Yuridis Normatif dilakukan karena penelitian ditujukan pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan bahan hokum yang lain serta melihat perkembangan perkembangan hokum dalam praktek terutama yang berkaitan dengan konsep kerugian Negara.Penelitian Deskriptif dilakukan karena penelitian ini menggambarkan karakteristik atau ciri-ciri suatu keadaan, perilaku pribadi dan perilaku kelompok. 8 Macam pendekatan yang digunakan oleh penulis antara lain : 1. Pendekatan undang undang ( statute approach ) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hokum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang undang dengan undang undang lainnya atau antara undang Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum. UI Press,Jakarta,1984, hlm. 96.

undang dengan Undang Undang Dasar atau antara undang undang dengan regulasi. 9 2. Pendekatan kasus ( case approach ) dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai keputusan hokum tetap. Yang menjadi kajian pokok di dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau reasoning yaitu pertimbangan pengadilan untuk sampai pada suatu putusan. Baik untuk keperluan praktik maupun kajian akademis, ratio decidendi dan reasoning tersebut merupakan referensi bagi penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum. 10 3. Pendekatan konseptual ( conceptual approach ). Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam isu hukum. Dengan mempelajari pandanganpandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep konsep hukum, dan asas asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan pandangan dan doktrindoktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi. 11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 93. 10 Ibid, hlm. 94. 11 Ibid, hlm. 95.

2. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan Pendekatan Yuridis Normatif, maka data yang dikumpulkan terutama adalah data Sekunder/Data Tambahan ( Kepustakaan). 12 Data Sekunder ini berupa Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum Sekunder. 13 Bahan-bahan tersebut adalah : 1.Bahan Hukum Primer yang terdiri atas : a) Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara b) Undang Undang Nomor 31 tahun 1999 j.o Undang Undang Nomor 20 tahun 2001 c) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara d) Kitab Undang undang Hukum Pidana e) Putusan Mahkamah Agung No. 1902 K/Pid/SUS/2008 f) Putusan Mahkamah Agung No. 1198 K Pid/SUS/2011 g) Kitab Undang undang Hukum Perdata 2. Bahan Hukum Sekunder yaitu hasil-hasil penelitian terdahulu tentang konsep kerugian Negara, buku karangan sarjana, dan makalah-makalah dari seminar. Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984. hlm. 12. 13 Ibid, hlm. 52

Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah tinjauan Kepustakaan (berupa dokumen-dokumen seminar dan diskusi, buku, peraturan perundangundangan, dan publikasi penelitian lainnya). 3. Unit Amatan Unit Amatan di dalam penelitian ini adalah interpretasi makna kerugian Negara dalam penegakan hukum. 4. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah konsep kerugian Negara dalam: a) Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 j.o Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 b) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara c) Putusan Mahkamah Agung No. 1902 K/Pid/SUS/2008 d) Putusan Mahkamah Agung No. 1198 K Pid/SUS/2011 e) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara f) Kitab Undang undang Hukum Pidana g) Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara