PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONVENSI, PERJALANAN INSENTIF DAN PAMERAN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA IMPRESARIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG ASPIRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 2 TAHUN 1989 (2/1989) USAHA PROMOSI PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI SEMEN BEKU TERNAK

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

B U P A T I B A L A N G A N

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN PEREDARAN BENIH JERUK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PEMERINTAH KOTA PADANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri : C

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN NAMA NAMA JALAN DI WILAYAH KOTA SERANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa di wilayah Kalimantan Selatan terdapat peninggalan kepurbakalaan, kesejarahan dan nilai tradisional yang beranekaragam yang mencerminkan karakter masyakarat Kalimantan Selatan ; b. bahwa museum sebagai tempat penyimpanan peninggalan budaya yang bermanfaat untuk pendidikan dan wisata ; c. bahwa sesuai dengan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi, provinsi mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraan pengelolaan kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan permuseuman ; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu membentuk PeraturanDaerah tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Permuseuman; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427) ; 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470) ; 1

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3516); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3599); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan; 13. Peraturan Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor 02 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 1987 Nomor 5); 14. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 5); 2

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN dan GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISONAL DAN PERMUSEUMAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan. 4. Dinas adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan. 5. Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahaan, Nilai Tradisional dan Permuseuman yang selanjutnya disebut pengelolaan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pangkajian, perlindungan, pemeliharaan, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan Permuseuman yang sesungguhnya merupakan Benda Cagar Budaya (BCG). 6. Kepurbakalaan adalah semua peninggalan budaya masyarakat masa lalu yang bercorak Prasejarah. Hindu-Budha, Islam maupun kolonial. 7. Benda Cagar Budaya adalah : a. benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. b. benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 8. Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. 3

9. Peninggalan Budaya adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang menjadi warisan budaya. 10. Kesejarahan adalah dinamika peristiwa yang tejadi dimasa lalu dalam berbagai aspek kehidupan dan hasil rekonstruksi peristiwa-peristiwa tersebut, serta peninggalan-peninggalan masa lalu dalam bentuk pemikiran ataupun teks tertulis dari tradisi lisan. 11. Nilai Tradisional adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yang amat penting dan berguna dalam hidup dan kehidupan manusia yang tercermin dalam sikap dan prilaku yang lalu berpegang teguh pada adat istiadat. 12. Permuseuman adalah segala seluk beluk atau hal yang menyangkut museum. 13. Masyarakat adalah perorangan atau kelompok orang atau badan usaha atau lembaga swadaya masyarakat. BAB II TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Pengelolaan bertujuan untuk : a. melindungi, mengamankan dan melestarikan peninggalan budaya di Kalimantan Selatan; b. memelihara dan mengembangkan nilai-nilai tradisional yang merupakan jatidiri dan sebagai perlambang kebanggaan daerah dan masyarakat Kalimantan Selatan; c. meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadap sejarah Kalimantan Selatan; d. meningkatkan kepedulian, kesadaran dan aspirasi masyarakat terhadap peninggalan budaya Kalimantan Selatan; e. membangkitkan semangat cinta tanah air, nasionalisme dan patriotisme; f. membangkitkan motivasi, memparkaya inspirasi dan memperluas khasanah bagi masyarakat dalam berkarya dalam bidang kebudayaan. Pasal 3 Ruang lingkup pengelolaan meliputi : a. peninggalan budaya, situs dan lingkungannnya yang terdapat di Kalimantan Selatan; b. pengkajian, penulisan dan sosialisasi kesejarahan Kalimantan Selatan; c. nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam semua aspek budaya Kalimantan Selatan; dan d. Pengumpulan, pemeliharaan, pemanfaatan benda bukti peninggalan budaya Kalimantan Selatan. 4

BAB III PENGELOLAAN Bagian Pertama Wewenang dan Tanggung Jawab Pasal 4 (1) Gubernur memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan di bidang kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan permuseuman di tingkat daerah. (2) Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas. Bagian Kedua Kepurbakalaan Pasal 5 Wewenang dan tanggung jawab di bidang kepurbakalaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi : a. pendataan, pencatatan, dan pendokumentasian terhadap peninggalan budaya yang tersebar di wilayah Kalimantan Selatan dan atau dikuasai masyarakat; b. penyelamatan terhadap penemuan peninggalan budaya yang masih terkubur di tanah; c. pengkajian ulang terhadap penemuan peninggalan budaya; dan d. pengaturan pemanfaatan bagi kepentingan sosial, budaya, pendidikan, dan pariwisata. Pasal 6 (1) Untuk kepentingan kepurbakalaan, Dinas berkewajiban untuk : a. melakukan upaya pelestarian, pemeliharaan, perlindungan dan pemanfaatan atas peninggalan budaya, situs dan perlindungan; dan b. melakukan sosialisasi kepurbakalaan sesuai dengan standar teknis arkeologi kepada masyarakat secara luas, sistematis dan terarah. (2) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat, para ahli dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. 5

Pasal 7 (1) Hasil penemuan peninggalan budaya dalam bentuk benda bergerak disimpan di museum. (2) Hasil penemuan peninggalan budaya dalam bentuk tidak bergerak yang berada pada tanah milik perorangan perlu dibebaskan dengan diberi pengganti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Ketentuan mengenai hasil penemuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Pasal 8 (1) Dalam hal masyarakat menemukan dan atau menyimpan benda peninggalan budaya, maka wajib mendaftarkannya pada Dinas. (2) Batas waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 15 (lima belas) hari. (3) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendokumentasikan hal ihwal benda peninggalan budaya yang disimpan oleh masyarakat. (4) Tata cara pendaftaran dan pendokumentasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Pasal 9 (1) Peninggalan budaya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sosial, budaya, kepariwisataan dan kegiatan ilmiah (2) Tata cara pemanfaatan peninggalan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian Ketiga Kesejarahan Pasal 10 (1) Wewenang dan tanggung jawab di bidang kesejarahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi : a. pemeliharaan, perlindungan dan pengkajian sumber-sumber sejarah sebagai bahan penulisan sejarah; b. pengembangan sejarah Kalimantan Selatan melalui penulisan sejarah secara obyektif dan ilmiah; c. pemeliharaan dan pemilihan hasil penulisan sejarah ;dan 6

d. pemanfaatan hasil penulisan sejarah dengan mensosialisasikannya melalui jalur pendidikan, media massa, penerbitan berkala dan sarana publikasi lainnya yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dinas dengan melibatkan tenaga ahli dan masyarakat. Bagian Keempat Nilai Tradisional Pasal 11 (1) Wewenang dan tanggung jawab di bidang nilai tradisional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi : a. pengkajian, pemeliharaan dan pengembangan nilai-nilai tradisional Kalimantan Selatan yang dipedomani oleh masyarakat dalam berprilaku dan bertindak, yang meliputi aspek ungkapan, peribahasa, upacara, cerita dan arsitektur tradisional permainan rakyat, naskah kuno, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan, arsektur tradisional masyarakat kampung adat, dan nilai-nilai tradisonal lainnya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan ; b. pemeliharaan dan pemilihan terhadap nilai tradisional yang sesuai dengan perkembangan zaman; dan c. pelestarian aspek arsitektur tradisional melalui pembangunan gedung untuk publik dan perkantoran milik Pemerintah Daerah. (2) Perlindungan terhadap masyarakat yang menggunakan dan mengembangkan nilai-nilai tradisional dalam kehidupannya. (3) Pensosialisasian hasil kajian nilai tradisional Kalimantan Selatan pada masyarakat luas. (4) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dinas dengan melibatkan tenaga ahli dan masyarakat. Bagian Kelima Permuseuman Pasal 12 (1) Wewenang dan tanggung jawab di bidang permuseuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi penyelenggaraan, pengumpulan, pengkajian, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda hasil budaya, alam dan lingkungannya. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas dengan melibatkan tenaga ahli dan isntansi terkait. 7

Pasal 13 (1) Setiap benda yang menjadi koleksi museum harus memperhatikan kriteria : a. memiliki nilai sejarah dan ilmiah; b. memiliki identitas menurut bentuk dan wujudnya tipe dan gayanya, fungsi dan asalnya secara historis, geografis genos dalam orde biologi atau periodisasi dalam geologi; dan c. dapat menjadi monumen dalam sejarah dan budaya. (2) Koleksi museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasikan secara verbal dan visual sesuai dengan ketentuan teknis permuseuman melalui kegiatan pengkajian. Pasal 14 (1) Koleksi museum tidak dapat diperjualbelikan dan atau dipindahtangankan (2) Untuk kepentingan pelayanan kepada masyarakat, setiap museum dapat saling meminjamkan koleksi. (3) Penyelenggaraan museum dapat bekerja sama dengan instansi dan lembaga lain baik pemerintah maupun masyarakat. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai peminjaman koleksi museum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Pasal 15 (1) Pengumpulan koleksi museum dilakukan oleh Dinas dan UPT Museum (2) Dalam hal pengumpulan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) benda warisan alam dan budaya milik masyarakat baik yang dihibahkan, diganti rugi, maupun yang dititipkan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. bukti kepemilikan yang sah; b. telah mendapatkan persetujuan dari ahli warisnya;dan c. perjanjian yang dituangkan dalam berita acara. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumpulan koleksi museum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Pasal 16 (1) Perawatan koleksi museum dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi yang disebabkan faktor alam dan atau manusia. (2) Perawatan koleksi museum dilaksanakan di dalam ruang perawatan dengan cara dan teknik tertentu sesuai dengan kaidah permuseuman. 8

Pasal 17 (1) Pengamanan koleksi museum dilakukan untuk menjaga keaslian, keutuhan dan kelengkapan koleksi. (2) Pelaksanaan pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh petugas yang berwenang. Pasal 18 (1) Pemanfaatan koleksi museum dapat dilakukan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penghayatan, pariwisata dan pemanfaatan lainnya sepanjang tidak menimbulkan kerusakan, hilang atau pemindahan benda koleksi museum. (2) Pengelola museum berwenang menetapkan kebijakan pemanfaatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Khusus untuk pemanfaatan kepentingan pendidikan, pihak penyelenggara sekolah menganjurkan para siswanya untuk melakukan kunjungan ke museum. Pasal 19 (1) Dalam hal pemanfaatan koleksi museum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), pengelola museum wajib menginformasikannya melalui pameran tetap dan atau temporer, pemutaran slide atau film, video, museum keliling, bimbingan dan penyuluhan, ceramah, seminar, penyusunan buku hasil penelitian, serta cara dan bentuk lainnya yang berfungsi sebagai sarana penyajian koleksi museum. (2) Pihak pengelola museum berhak untuk melakukan renovasi tata pameran tetap dengan memperbaiki sarana pameran, tata letak koleksi penggantian dan atau penambahan koleksi dengan yang baru sekurang-kurangnya dilakukan dalam 5 (lima) tahun sekali. BAB IV PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 20 (1) Masyarakat berperan serta dalam pengelolaan kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional dan permuseuman. (2). Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk : a. menerima dan memberi informasi; b. melakukan pengkajian dan pengembangan yang bekerja sama dengan instansi terkait; 9

c. menyatakan keberatan secara tertulis maupun lisan terhadap kebijakan pemerintah yang menimbulkan dampak negatif bagi benda cagar budaya dan d. memberikan masukan sebagai bahan pengambilan keputusan. BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 21 Pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Gubernur yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas berkoordinasi dengan instansi terkait. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 22 Pembiayaan pengelolaan kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisonal, dan permuseuman berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 23 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini; 10

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini; e melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini; g. menyuruh berhenti atau seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik Polri bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; k. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polri sesuai dengan ketentuan Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Barang siapa tidak mendaftarkan benda peninggalan budaya yang dikuasai dan atau dimiliki oleh masyarakat kepada instansi yang berwenang sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1), dipidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Selain ancaman pidana kurungan atau denda sebagaimana dimaksud ayat (1), terhadap pelanggaran Pasal 8 ayat (1) dapat dikenakan ancaman pidana atau denda sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 11

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 (1) (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, semua ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisonal dan museum dinyatakan masih dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini. Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, benda peninggalan budaya yang belum terdaftar diberikan waktu paling lama 6 bulan terhitung sejak tanggal Pengundangan Peraturan Daerah ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Ditetapkan pada tanggal di Banjarmasin GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Diundangkan di Banjarmasin pada tanggal H. RUDY ARIFFIN SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN, H. M. MUCHLIS GAFURI LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 8 12

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADINISONAL DAN PERMUSEUMAN I. UMUM Di wilayah Kalimantan Selatan telah ditemukan berbagai bentuk peninggalan kepurbakalaan, beberapa di antaranya mencerminkan karateristik tersendiri bila dibandingkan dengan daerah lain di wilayah nusantara. Untuk mengembangkan kebudayaan daerah di bidang kesejarahan khususnya mengenai kesadaran masyarakat akan sejarah, peristiwa sejarah, sejarah lokal dan sejarah daerah perlu dilakukan kegiatan penulisan dan sosialisasi nilai-nilai kesejarahan Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan sebagai daerah budaya, memiliki sejumlah nilai dan norma sosial budaya yang melandasi pemikiran dan prilaku warganya, Berbagai ungkapan tradisional merupakan contoh gambaran pandangan hidup masyarakat yang memiliki nilai-nilai kehidupan bermasyarakat yang luhur dan sangat penting untuk dipelihara, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus. Benda-benda yang bernilai budaya yang tersebar di alam baik yang berserakan di permukaan tanah, masih ada di dalam tanah atau yang dikuasai oleh perorangan perlu disimpan di museum untuk dilindungi serta dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, maupun pariwisata. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang berkepentingan misalnya para kolektor, dan pecinta benda-benda purbakala. 13

Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Benda bergerak adalah benda yang dapat dipindahkan misalnya keramik, gerabah, keris dan sebagainya Ayat (2) Ayat (1) Ayat (1) Sumber sejarah terdiri dari : - Sumber tulisan yaitu naskah (tulisan tangan) kuno, arsip, surat, surat kabar majalah, buku, dan lain-lain - Sumber benda yaitu patung, prasasti, bangunan, monumen, senjata, alat tulis, mata uang, dan lainlain. - Sumber lisan yaitu orang (Tokoh Sejarah), kaset rekaman, film, cerita rakyat, dan lain-lain. Ayat (2) Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) huruf c. Pelestarian aspek arsitektur tradisional melalui pembangunan gedung dan perkantoran daerah harus berciri khas arsitektur rumah Banjar Bubung Tinggi. Cukup jelas Ayat (1) Pada dasarnya masyarakat tidak dapat menyerahkan benda- benda budaya miliknya ke museum secara sembarangan. Hal ini untuk menghapus kesan masyarakat, seolah-olah museum adalah tempat penyimpanan benda-benda yang tidak dipakai/tidak berguna. Kriteria yang dimaksud mengingat museum Negeri Provinsi merupakan museum umum yang menyimpan jenis/klasifikasi koleksi sesuai cabang ilmu yang mempelajarinya yaitu : Koleksi geologika, biologika etnografika, arkeologika, historika, numismatika, heraldika, filologika, keramologika, seni rupa dan teknologika. 14

Ayat (2) - Dokumentasi koleksi yang dimaksud adalah pencatatan koleksi pada buku-buku induk, kartutik maupun komputer meliputi latar belakang sejarah, guna dan fungsi koleksi pada masyarakat - Dokumentasi verbal, meliputi photo berwarna, hitam putih dan slide. Pasal 14 Ayat (1) Ayat (2) Peminjaman koleksi dilakukan untuk memenuhi materi tata pameran khusus/temporer. Hal itu mengingat banyaknya koleksi arkeologi dan sejarah yang telah menjadi koleksi museum. Pasal 15 Ayat (1) Pengumpulan koleksi museum dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu imbalan jasa, pembuatan replika, atau reproduksi dan titipan. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 16 Pasal 17 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kerusakan koleksi yang disebabkan faktor alam umpamanya berkarat, keropos, dan lain-lain. Sedangkan kerusakan karena faktor manusia umpamanya vandalisme, untuk perawatan koleksi memerlukan perawatan dan perlengkapan teknis perawatan seperti ruang fumigasi, laboratorium, bahan-bahan kimia, dan lain-lain. Pengetahuan teknis perawatan koleksi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan maupun pengalaman. Pengamanan koleksi dilakukan melalui upaya : a. pengadaan kelengkapan sarana dan prasarana pengamanan pada bangunan museum, meliputi persyaratan teknis bangunan. b. tersedianya tenaga keamanan museum. Pasal 18 Pasal 19 15

Pasal 20 Masyarakat adalah orang perorangan atau kelompok masayarakat atau badan usaha atau lembaga swadaya masyarakat. Peran serta masyarakat adalah sebagai kegiatan masyarakat yang timbul atas minat, kehendak dan keinginan sendiri untuk bergerak dan melakukan kegiatan di bidang kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisonal dan museum. Yang dimaksud dengan instansi terkait adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi, Kabupaten/Kota, Balai Arkeologi, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisonal. Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 16